5.4.1 Pemburu
Usia pemburu sangat dipengaruhi oleh waktu perburuan. Pada hari libur sekolah dapat dijumpai pemburu berusia belasan tahun, sedangkan pada hari-hari
biasa pemburu adalah orang dewasa yang terdiri dari umur 26-55 tahun. Bila dilihat dari latar belakang pendidikannya sebahagian besar pemburu 46,38
hanya pernah duduk di bangku SD. Pemburu yang berlatar belakang pendidikan setingkat SMA adalah pemburu-pemburu dengan usia lebih muda. Rendahnya
pendidikan pemburu juga menjadi penyebab terjadinya perburuan kalong kapauk. Pemburu kalong kapauk yang berhasil diwawancarai sebahagian besar
berasal dari Suku Batak Toba 75,36 dan Suku Nias 15,94. Hal ini terjadi karena pemburu dari Suku Batak lebih terbuka dan besedia dalam memberi
informasi. Bila ditelusuri lebih dalam lagi ternyata jumlah pemburu yang berasal dari kedua suku ini hampir sama besar. Pemburu kalong kapauk yang berada di
pinggiran hutan atau kebun umumnya berasal dari Suku Batak, sedangkan pemburu yang berada di dalam hutan atau kebun umumnya dari Suku Nias.
Seluruh pemburu adalah pria dan umumnya beragama Kristen. Aktivitas perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT sudah
berlangsung lebih dari 10 tahun. Sebanyak 22 responden 31,88 berburu kalong kapauk lebih dari 10 tahun, 34 responden 49,28 berburu 5
−9 tahun, 11 responden 15,94 berburu 1
−4 tahun, dan 2 responden 2,90 berburu kalong kapauk kurang dari 1 tahun. Perburuan kalong kapauk dijadikan pekerjaan
tambahan, karena umumnya pemburu memiliki pekerjaan tetap Tabel 2 Responden mengetahui cara perburuan dari orang tua 66,67 dan dari teman
atau lingkungannya 33,33. Awalnya pengetahuan tentang cara perburuan kalong kapauk ini menyebar dari satu daerah ke daerah lain, karena pemburu juga
melakukan perburuan ke daerah-daerah baru yang belum melakukan perburuan. Berdasarkan hasil wawancara, alasan responden berburu kalong kapauk
adalah sebagai matapencaharian tambahan 62,32, sebagai hiburan 17,39, menganggap kalong kapauk sebagai hama 13,04, dan karena adanya pesanan
7,25. Umumnya pemburu menganggap profesi ini sebagai pekerjaan tambahan, karena meskipun mendapatkan uang yang lebih besar, perburuan hanya
dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja musiman. Perburuan kalong
kapauk karena adanya pesanan terjadi di Desa Sipange, karena di tempat ini perburuan dilakukan tanpa musim.
Jumlah efektif pemburu dalam 1 lokasi penjaringan sebanyak 2-3 orang. Berdasakan hasil wawancara, 48 responden 69,57 menjawab 2-3 orang dalam
setiap lokasi; 15 responden 21,74 menjawab 3 −5 orang; dan 6 responden
8,70 menjawab lebih dari 5 pemburu dalam 1 lokasi penjaringan. Sistem pembagian hasil perburuan dilakukan dengan membagi rata uang hasil penjualan
kalong kapauk. Bentuk pembagian hasil antara pemilik jaring: pemburu 1: pemburu 2 adalah 1:1:1. Apabila jaring yang dipergunakan adalah milik
pemburu 1, maka perbandingannya menjadi 2:1. Anggota dalam setiap kelompok pemburu adalah teman atau anggota
keluarga yang dianggap cocok untuk dijadikan teman dalam berburu kalong kapauk. Sebanyak 21 responden 30,43 menjawab anggota tim masih
merupakan keluarga dekat dan 48 responden lainnya 60,57 menyatakan anggota tim merupakan teman dekat. Responden yang menjawab orang-orang
dalam satu lokasi penjaringan biasanya tetap sebanyak 46 orang 66,67, sedangkan yang menjawab tidak tetap sebanyak 23 orang 33,33.
Perburuan kalong kapauk yang terjadi belum memperhatikan kelestarian dari kalong kapauk tersebut. Tidak ditemukan adanya upaya-upaya perlindungan
kalong kapauk. Hal tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan pemburu kalong kapauk yang 100 mengatakan bahwa jumlah hasil tangkapan pemburu
semakin berkurang. Menurut responden pemburu, berkurangnya hasil tangkapan disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah pemburu di dalam dan sekitar
KHBT. Persepsi responden mengenai upaya perlindungan kalong kapauk dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Persentase persepsi pemburu mengenai upaya perlindungan kalong kapauk n = 69.
5.4.2 Pengumpul dan pedagang