Lalai kembang dan kusing dayak

berkisar Rp 15.000-40.000, sedangkan harga kalong kapauk siap saji berkisar Rp 5.000-10.000 per piring.

5.10.2 Lalai kembang dan kusing dayak

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak terjadi di salah satu gua yang ada di dalam KHBT blok Barat. Oleh masyarakat gua tersebut diberi nama Gua Liang. Perburuan dilakukan oleh 45 kelompok pemburu, yang terdiri dari 48 orang. Apabila dilihat dari kelompoknya, 26 kelompok pemburu 57,78 berasal dari Haramonting dan Huta Raja, 9 kelompok 20 berasal dari Tapian Nauli, 8 kelompok 17,78 berasal dari Lubuk Pariasan, dan 2 kelompok 4,44 berasal dari Badiri Pardomuan. Sedangkan bila dilihat dari orang yang melakukan perburuan lalai kembang dan kusing dayak, 18 pemburu 37,50 berasal dari Haramonting dan Huta Raja, 13 pemburu 27,08 dari Tapian Nauli, 14 pemburu 29,17 dari Lubuk Pariasan, dan 3 pemburu 6,25 dari Badiri Pardomuan. Pemburu berasal dari kalangan perekonomian menengah ke bawah, yang pada umumnya bekerja sebagai petani tanaman perkebunan karet dan aren. Seluruh pemburu adalah pria, dan berusia sekitar 16-55 tahun. Lalai kembang dan kusing dayak merupakan sebahagian dari jenis kelelawar yang hidup di Gua Liang, yang dapat dikonsumsi karena memiliki bobot tubuh lebih besar dari jenis kelelawar lainnya. Di dalam dan sekitar KHBT, kedua jenis kelelawar ini terdapat dalam jumlah yang besar dan memiliki distribusi yang luas. Perburuan lalai kembang dan kusing dayak saat ini hanya terjadi di Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun, perburuan dikhawatirkan akan menyebar ke daerah lain, karena KHBT memiliki beberapa lokasi gua yang di dalamnya juga terdapat lalai kembang dan kusing dayak. Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi lalai kembang dan kusing dayak menciptakan peluang usaha bagi pemburu untuk terus memburu dan memperdagangkannya. Lalai kembang dilaporkan dimakan secara teratur dan populasinya menjadi terancam di Filipina, Thailand, dan Vietnam Mickleburgh at al . 2009. Menurut hasil penelitian Bates 2003 diacu dalam Mickleburgh at al. 2009, kelelawar kecil juga dimakan karena daging dan tulangnya dapat dikonsumsi. Sedangkan Heinrichs 2004 diacu dalam Mickleburgh at al. 2009, menyatakan di beberapa lokasi kelelawar kecil diburu karena sudah tidak ada kelelawar berukuran besar lagi. Perburuan lalai kembang dan kusing dayak tidak dilakukan setiap malam. Dalam waktu 12 bulan, perburuan berlangsung sebanyak 53 malam. Itu artinya perburuan terjadi setiap 5-6 hari sekali. Waktu perburuan yang demikian dipengaruhi oleh lokasi gua yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman pemburu. Namun, meskipun perburuan lalai kembang dan kusing dayak tidak berlangsung setiap malam, perburuan juga tidak memiliki musim atau atau batas waktu. Perburuan dilakukan sewaktu-waktu, bila pemburu ingin berburu lalai kembang dan kusing dayak.

5.10.3 Implikasi terhadap pengelolaan