Fungsi di alam Alat dan cara perburuan

Menurut Suyanto 2001, ciri-ciri kusing dayak adalah: bentuk geraham atas P 3 , P 4 dan geraham bawah P 3 , P 4 , dan M 1 menyerupai segiempat berukuran besar, P 3 berukuran 2,87-3,01 x 2,36-2,60 mm, P 4 berukuran 2,52-2,90 x 2,32-2,61 mm, P 3 berukuran 3,38-3,60 x 2,21-2,31 mm, dan P 4 berukuran 3,06- 3,17 x 2,35-2,67 mm. Rumus gigi I 1 I 2 CP 3 P 4 M 1 I 1 I 2 CP 1 P 3 P 4 M 1 M 2 dengan M 1 jauh lebih kecil daripada P 4 , dibandingkan dengan Cynopterus yang hampir sama besarnya, crista sagittalis tumbuh baik, ada celah antara gigi seri nomor 2 dengan taring atas Suyanto 2001. Selanjutnya, Suyanto 2001 menyatakan lengan bawah sayap berukuran 76-92 mm, betis 27 mm, telinga 17-21 mm, warna wajah kehitaman, bahu kekuningan, coklat pada daerah punggung dan sisi samping badan, serta keputih-putihan pada dada dan perut.

2.2 Fungsi di alam

Fungsi kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak di alam sangat besar. Dilihat dari segi ekologi, kalong kapauk dapat memencarkan biji pohon- pohon yang menghasilkan buah ke tempat-tempat yang lebih luas dibandingkan dengan yang dapat dilakukan oleh binatang-binatang lainnya Suyanto 1979. Peran ini akan sangat penting dalam hal pemulihan hutan di lokasi-lokasi yang rusak akibat aktivitas penebangan hutan ataupun akibat bencana alam Suyanto 1979. Kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak juga berperan dalam penyerbukan pohon-pohon di hutan, termasuk pohon-pohon dengan nilai komersial tinggi seperti durian, randu, dan jenis-jenis lainnya di hutan mangrove Suyanto 1979. Fungsi kalelawar secara umum, selain fungsi yang telah disebutkan diatas adalah sebagai pengendali hama serangga, penghasil pupuk guano lalai kembang E. spelaea Dobson, 1871 dan tambang fosfat di gua-gua, sebagai obyek wisata, bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan yang tidak kalah pentingnya daging dan hati kalong kapauk ternyata merupakan penawar asma yang baik, walaupun belum bisa dibuktikan secara ilmiah Suyanto 1979. Menurut Suyanto 1979 dibeberapa tempat di Indonesia daging kalong kapauk dianggap lezat, tetapi kebanyakan orang enggan memakannya karena baunya yang tidak sedap. Disamping dagingnya, tulang lengan bawah kalong kapauk dibeberapa tempat digunakan sebagai pipa rokok. Menurut Walker et al. 1968 diacu dalam Suyanto 1979 oleh penduduk tertentu lemaknya digunakan untuk menyuburkan rambut kepala dan menyembuhkan penyakit encok. Ada pula yang mengatakan hati kalong kapauk dicampur hati codot Macroglossus minimus dan cleret gombel Draco volans, setelah dimasak dapat menyembuhkan penyakit asma yang berat Suyanto 1979.

2.3 Alat dan cara perburuan

Peraturan yang mengatur perburuan satwaliar terdapat pada bab 4 pasal 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999, tentang p emanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar. Perburuan jenis satwaliar dalam peraturan tersebut dilakukan untuk keperluan olah raga buru sport hunting, perolehan trofi hunting trophy, dan perburuan tradisional oleh masyarakat setempat. Penangkapan kelelawar dapat dilakukan untuk tujuan penelitian, khususnya bagi jenis-jenis yang belum diketahui identitasnya Suyanto 2001. Alat penangkapan kalelawar meliputi jaring kabut mistnet, jaring harpa dan jaring serangga jaring bertangkai Suyanto 2001. Di Indonesia alat yang biasa dipakai untuk menangkap kalelawar adalah jaring kabut Gambar 3a dan jaring serangga Gambar 3b Suyanto 2001. Jaring kabut yang dipakai untuk menangkap kalelawar adalah jaring yang memiliki mesh lebar mata jaring 30-32 mm, dan ketebalan benang jaring 80 Denier 1 Denier = berat 9000 m benang nilon dalam gram, serta benang nilon yang terdiri dari untaian rangkap Suyanto 2001. Di dalam gua yang berlangit-langit rendah jaring bertangkai biasanya sangat efektif untuk menangkap kelelawar. Sedangkan, untuk gua yang berlangit- langit tinggi dapat menggunakan jaring kabut dengan mengikatkannya pada kedua tiang, lalu menggerakkan kedua tiang kearah kelelawar Suyanto 2001. Suyanto 2001 melanjutkan bahwa tempat paling baik untuk memasang jaring adalah di tempat kelelawar tidur atau sedang mencari makan, seperti di sekitar pohon yang sedang berbuah jambu, beringin dan lain-lain, pohon randu atau pisang yang sedang berbunga dan di sekitar tempat koloni laron atau semut terbang. Jaring dapat dipasang menyusuri tepi hutan, atau punggung bukit, menyilang lorong-lorong atau jalan setapak yang dilalui kelelawar Suyanto 2001. Jaring harus dipasang di tempat yang agak terbuka karena ditempat yang tumbuhannya lebat biasanya tidak dilalui kelelawar karena kelelawar tidak bisa menggunakan sayapnya dengan bebas untuk terbang Suyanto 2001. Gambar 3 Jaring kabut a dan jaring serangga b Sumber: Suyanto 2001 . Selain alat-alat yang telah disebutkan diatas, cara lain yang biasa digunakan pemburu kalong kapauk adalah dengan menggunakan senapan angin, jala ikan jaring, dan layangan. Penangkapan dengan senapan angin dan jala ikan pernah dilakukan di Kebun Raya Bogor, ketika populasi kalong kapauk dinyatakan mengalami peningkatan yang begitu cepat dan dinyatakan dapat mengakibatkan kematian pohon koleksi Susetyo 2007. Penangkapan dengan jala ikan yang dimaksudkan adalah menangkap dengan menggunakan jaring semacam net untuk permainan bola voli. Jaring dipasang dengan tali kemudian dinaikkan hingga membentang di lintasan udara yang biasa dilalui kalong kapauk. Dalam sehari, sejak matahari terbenam hingga subuh, rata-rata tertangkap 30-40 ekor Susetyo 2007. Cara penangkapan dengan jaring ini juga yang dilakukan penangkap kalong kapauk di kawasan Bukit Tangkiling di Palangkaraya dan di hutan Timpah, arah ke Buntok Kabupaten Barito Selatan Zainuddin 2009. Penangkapan kalong kapauk dengan layangan pernah dilakukan oleh warga Sirenjang Jambi, yang mana di daerah ini kalong kapauk dianggap sebagai hama pertanian Pakde 2009. Pada tali layangan dipasang mata kail pancing yang cukup banyak dengan tujuan kalong kapauk akan tersangkut di mata kail tersebut ketika layangan diterbangkan Pakde 2009. Biasanya layangan diterbangkan sampai ketinggian 100 m dan dilakukan dari pukul 17.00 −18.30 WIB, yaitu ketika kalong kapauk baru mulai keluar dari sarang untuk mencari makan sampai hari mulai gelap. Dalam sehari mereka dapat menangkap 8 ekor kalong kapauk Pakde 2009.

2.4 Perdagangan