Upaya konservasi TINJAUAN PUSTAKA 2.1

2.5 Upaya konservasi

Berdasarkan Red List IUCN 2008 versi 3.1, kalong kapauk terdaftar sebagai hampir terancam Near Threatened; NT, karena jenis ini menurun secara signifikan akibat pemanenan secara berlebihan untuk dimakan, dan karena terus- menerus mengalami degradasi habitat di hutan primer IUCN 2008. Berbeda dengan lalai kembang yang berstatus risiko rendah Least Concern; LC, karena lalai kembang memiliki disribusi yang luas, diduga populasinya besar di sejumlah kawasan lindung, dapat mentoleransi sedikit banyak perubahan habitat, dan karena tidak mungkin mengalami penurunan populasi yang begitu cepat IUCN 2008. Sedangkan, kusing dayak terdaftar sebagai hampir terancam Near Threatened; NT karena hilangnya habitat secara luas, sehingga membuat spesies dekat dengan kualifikasi untuk Rentan di bawah kriteria A IUCN 2008. Ancaman terbesar bagi kelelawar adalah kehilangan atau rusaknya habitat, dan perburuan secara berlebihan Suyanto 1979; Maharadatunkamsi et al. 2003; Mulyana 2009. Banyak jenis kelelawar yang mencari makan di hutan hujan tropis dan menyesuaikan hidupnya dengan kondisi sekitarnya. Ketika hutan tersebut dikonversi maka akan ada banyak kelelawar yang tidak mampu bertahan hidup bahkan akan mati Suyanto 2001. Di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Thailand, Vietnam dan pulau sekitarnya, populasi kalong kapauk terancam punah akibat penurunan jumlah hutan mangrove, perdagangan, dan pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan karet Heideman Heaney 1992, diacu dalam Kunz Jones 2000. Metode perlindungan yang baik adalah dengan melindungi kelompok-kelompok kalong kapauk di pulau-pulau kecil. Menurut Kepala Balai Zoologi LIPI, Ahmad Johan Arif diacu dalam Mulyana 2009, populasi jumlah kalong kapauk di KRB mulai berkurang akibat pengaruh pembangunan Kota Bogor. Penangkapan kelelawar untuk dimakan secara berlebihan juga dapat mengancam populasinya, karena perkembangbiakannya yang berlangsung sangat lambat Suyanto 2001. Selain itu, kebakaran hutan juga dapat mengancam kehidupan satwaliar di dalamnya.

III. METODE PENELITIAN 3.1