Camera trap Jenis kelelawar yang diburu dan diperdagangkan

dalam aktivitas orang yang diteliti tanpa membatasi diri hanya sebagai pengamat saja Gulo 2002. Pengamatan dilakukan di lokasi perburuan kalong kapauk yang termasuk dalam lokasi penelitian, dan di Gua Liang habitat kelelawar yang mejadi lokasi perburuan lalai kembang dan kusing dayak.

3.4.2 Wawancara interviu

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden Gulo 2002. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal Gulo 2002. Dalam wawancara telah disiapkan daftar pertanyaan instrumen dalam bentuk panduan wawancara. Secara prosedur wawancara ini termasuk kedalam bentuk wawancara terpimpin, yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti Gulo 2002. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa lokal Batak Toba, dan diusahakan tidak membuat responden tersinggung atau takut. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel secara sengaja yang melibatkan informan kunci Bungin 2003. Penggunaan teknik purposive sampling disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemampuan biaya dan waktu yang dimiliki oleh peneliti, dengan asumsi yang telah dipilih untuk dijadikan sampel dianggap dapat mewakili dari sampel yang diharapkan. Total responden berjumlah 247 orang, yang terdiri dari: 69 responden pemburu kalong kapauk; 6 responden pemburu lalai kembang dan kusing dayak; 4 responden pengumpul kalong kapauk; 2 responden pedagang kalong kapauk; 20 responden pembeli kalong kapauk; 25 responden pembeli lalai kembang dan kusing dayak; 25 responden pemilik rumah makan dan warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji; 37 responden pengkonsumsi kalong kapauk siap saji; dan 59 responden petani durian.

3.4.3 Camera trap

Pemasangan camera trap dilakukan selama 12 bulan dan hanya ditujukan untuk pemburu lalai kembang dan kusing dayak. Camera trap dipasang dalam 2 periode. Pemasangan pertama dilakukan oleh LSM YEL selama 7 bulan, yaitu bulan Desember 2008 - Juni 2009. Pemasangan camera trap yang kedua dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung, selama kurang dari 5 bulan 24 Desember 2009 - 4 Mei 2010. Foto hasil camera trap diambil setiap 1-2 bulan sekali. Lokasi pemasangan camera trap berada di 2 jalur yang biasa dilalui pemburu lalai kembang dan kusing dayak berasal dari 4 dusun. Kedua jalur ini memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dari lokasi perburuan dan masih merupakan daerah penelitian LSM YEL, sehingga pemasangan camera trap relatif aman dari gangguan manusia. Pemasangan camera trap di sekitar gua lokasi perburuan tidak dilakukan karena menghindari rasa curiga dari pemburu dan pertimbangan keamanan. Jumlah pemburu dalam satu kelompok diketahui dengan menghitung jumlah orang datang pada waktu yang bersamaan pada foto hasil camera trap. Jumlah seluruh kunjungan pemburu ke Gua Liang dan jumlah seluruh kelompok diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pemburu dan seluruh kelompok yang ada. Untuk mengetahui jumlah orang yang melakukan perburuan dan asal dari pemburu tersebut maka dilakukan identifikasi wajah pemburu pada foto hasil camera trap. Identifikasi wajah dibantu oleh salah seorang masyarakat lokal. Setelah mengidentifikasi wajah pemburu, kelas umur pemburu dan banyaknya perburuan yang dilakukan oleh masing-masing pemburu juga dapat diketahui. Lamanya waktu perburuan berapa malam diketahui dengan melihat jam kedangan dan kepulangan pemburu pada foto hasil camera trap.

3.4.4 Jenis kelelawar yang diburu dan diperdagangkan

Pengambilan sampel kelelawar yang diburu dan diperdagangkan dilakukan setelah beberapa kali melakukan pengamatan lapang. Sampel kalong kapauk diperoleh dengan membeli seekor kalong kapauk yang sedang diperjual-belikan, sedangkan sampel lalai kembang dan kusing dayak diperoleh dengan membeli hasil buruan langsung di lokasi perburuan. Sampel diambil sebanyak 5 ekor, yaitu: 1 ekor kalong kapauk; 2 ekor lalai kembang jantan dan betina; dan 2 ekor kusing dayak jantan dan betina. Sampel diawetkan dengan cara direndam dalam larutan alkohol 90. Sampel kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi “Kelelawar di Indonesia” seri panduan lapang Suyanto 2001.

3.4.5 Perburuan kelelawar