Gambaran Persepsi Hubungan Sosial pada Masalah Pruritus

memiliki kualitas hubungan sosial yang baik. Dibandingkan dengan lansia laki-laki, presentase lansia wanita dengan kualitas dimensi hubungan sosial yang buruk lebih banyak dibandingkan laki-laki hal ini dikarenakan pada lansia wanita lebih rentan dalam mengalami kesepian dibandingkan dengan lansia laki-laki Sanjaya:Rusdi, 2012. Banyak diantara responden wanita yang lebih senang menyendiri daripada berkumpul dan berbincang dengan wanita lainya. Lansia wanita lebih cenderung tenggelam dalam kesendirian terutama apabila mereka telah ditinggalkan orang-orang yang mereka sayangi. Adanya masalah pruritus senilis semakin membuat lansia merasa segan untuk berkumpul dengan teman lainya karena untuk mengaruk di depan umum, lansia wanita masih merasa malu. Kehidupan lansia di panti sosial adalah kehidupan lansia yang jauh dari angota keluarganya terutama anak dan cucu, kecenderungan lansia untuk mengisolasi diri, engan bergaul dengan yang lainya menyebabkan lansia sangat rentan mengalami ganguan fisik dan psikis akibat perasan terpingirkan dalam kelompok Sari, 2012. Lansia dan proses penuaan yang dialaminya akan menyebabkan lansia tersebut menghindari proses interaksi dengan keluarga, teman sebaya hingga ahirnya menjalani kehidupanya sendiri Heiken Et all, 1995; Amalia, 2013. Gatal yang sering dirasa oleh lansia menyebabkan mereka tidak memiliki kepercayan diri ketika bersama temanya, seringkali mereka harus menyembunyikan rasa gatalnya atau menahan gatal ketika lansia tersebut sedang berinteraksi dengan lainya. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhidayah 2013 bahwasanya lansia dengan permasalahan penyakit kronik memiliki kecenderungan untuk mengalami kesepian karena lansia cenderung untuk menutup diri dari lingkungan disekitarnya. Pruritus senilis dan kondisi lansia menyebabkan kecenderungan lansia untuk menutup diri dari lansia lainya atau orang sekitarnya. Secara umum masalah pruritus senilis tidak menyebabkan kualitas hubungan sosial lansia memburuk karena banyak lansia yang berangapan bahwa gatal yang mereka rasakan tidak menggangu hubungan mereka dengan orang lain, namun sebagian kecil lansia menyatakan kondisi pruritus membuat kepercayan diri mereka untuk bergaul menjadi menurun. Dengan tidak adanya orang terdekat dalam kehidupan mereka, lansia cenderung mengalami kesepian yang aman apabila hal ini terus di biarkan maka akan berdampak pada masalah fisik dan psikologisnya.

6. Gambaran Dimensi Lingkungan pada Masalah Pruritus Senilis

Berdasarkan data penelitian, digambarkan bahwa secara umum kualitas lingkungan lansia berada dalam kondisi baik atau sekitar 55 dari total responden. Aspek lingkungan dapat dilihat dari segi kesehatan lingkungan tempat tingal, keamanan tempat tingal, layanan klinik, Dimensi lingkungan pada penelitian ini melihat tentang sisi keuangan lansia, penelitian yang didapatkan lansia memiliki keuangan yang sangat sedikit 42,9 dan keuangan sedikit sebanyak 78,6 dari respondn total. Sejalan dengan penelitian Haris 2014 yang mengatakan bahwa hampir 67 dari total respondn lansia memiliki pendapatan dibawah UMR DKI jakarta. Meski demikian, kebutuhan dasar lansia di PSTW seperti makanan, pakaian masih ditanggung oleh pihak panti. Dimensi lingkungan erat kaitanya dengan tempat tinggal lansia. Renwick dan Brown 2000 menjelaskan bahwa tempat dimana individu atau lansia tinggal merupakan tempat untuknya melaksanakan kehidupan sehari-hari. Lingkungan adalah kondisi yang berada di sekitar lansia termasuk di dalamnya unsur keamanan, kebebasan, keselamatan fisik, sumber keuangan, transportasi, layanan keehatan, kesehatan tempat tinggal Rosyiani, 2015. Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam peraturan perundang- undangan dan Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, pasal 13, pasal 14 dan pasal 15 yang mencakup akses dari dalam bangunan, pintu, tangga, lift, tempat parkir, toilet dan beberapa lainya aksebilitas pada bangunan umum. Secara umum PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki lingkungan yang standar untuk lansia dimana menurut UU Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang prasyarat bangunan Gedung, paragraf 4 pasal 26 ayat 1 dan pasal 16 ayat 1 sampai 6 meliputi kenyamanan ruang gerak, hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan Isfiaty, 2011.