BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
World Health Organisation WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu pada kehidupanya dalam konteks
budaya dan nilai sistem dimana mereka tinggal dan hubunganya dengan tujuan, harapan, standar dan kekhawatiran WHO, 1997.
Tidak ada persetujuan umum terkait dengan kualitas hidup pada lansia Bowling , dalam Shea 2002 . Sejauh ini masih belum ada definisi
yang universal mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup seringkali digambarkan sebagai kesejahteraan fisik, fungsional, emosional, dan
faktor sosial Yenny dan Herwana, 2006. Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan
dengan peristiwa atau kondisi yang dialami lansia, yang dipengaruhi penyakit atau pengobatan. Kualitas hidup lansia bisa di dapatkan dari
kesejahteraan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan, kognitif dan kehidupan sosial Fogari dan Zoppi dalam Kustanti, 2012. Definisi
QOL masih samar dan dianggap sebagai konsep yang sulit di definisikan.
Keith menjelaskan
kebanyakan peneliti
tidak mendefiniskan QOL secara ekplisit dan kebanyakan peneliti memilih
untuk mempelajari berbagai aspek dan dimensi dalam kualitas hidup Keith, 2001; Galloway, 2006
8
2. Aspek Dalam Kualitas Hidup
Definisi yang diberikan Cummins 1998; Glatzer, 2015 menyatakan bahwa kualitas hidup adalah konstruksi universal dari
kedua definisi secara subyektif dan obyektif dimana pada domain obyektif berupa kesehatan dan domain subyektif berupa kepuasan
yang kepentingnya pada setiap individu. Netuveli dan Balne 2008; Glatzer, 2015 menyatakan bahwa
pembentuk kualitas hidup adalah dimensi subyektif dan obyektif yang berupa kesehatan, psikologis, sosial dan dengan instrumen penelitian
yang umum dan spesifik. Brown 2004 dalam Glatzer, 2015 mengemukakan bahwa
hubungan dengan keluarga, kontak dengan orang lain, kesehatan emosional, spiritualitas, mobilitas,kemandirian, aktivitas sosial dan
komunitas, perekonomian, kesehatan pribadi, dan lainya merupakan bagian dari komponen kualitas hidup.
Fernandez – Ballesteros 2011 dalam Glatzer, 2015
mengklasifikasikan multidimensi dari kualitas hidup pada lansia berdasarkan konteks yang berbeda Individual konteks tingkat mikro
versus populasi konteks tingkat makro dan pendekatan kondisi obyektif dan persepsi subyektif. Prespektif obyektif menunjukan pada
personal atau karakteristik lingkungan mandiri atau persepsi manusia, termasuk demografi, lingkungan fisik, ekonomi, sosial, kesehatan,
fungsional dengan hasil komponen obyektif pada tingkat makro atau mikro. Subyektif prespektif berhubungan dengan bagaimana individu
tersebut mengkaji domain kehidupanya tingkat mikro dan kondisi serta stereotipe di komunitas.
Prespektif subyektif dari kualitas hidup dioperasionalkan dengan jalan yang berbeda, menggukanan variasi indikator seperti
kebahagiaan, kepuasan hidup, moral, percaya diri, aspirasi, ekspektasi, persepsi hubungan sosial dan dukungan Glatzer, 2015.
Pengkahila 2007 dalam Kustanti, 2012 kualitas hidup lansia meliputi :
a. Aspek fisik yang meliputi kenyamanan, energi, kelelahan, dan istirahat.
b. Aspek psikososial yang meliputi perasaan positif dan negatif, harga diri, citra tubuh dan penampilan diri.
c. Tingkat independensi meliputi aktivitas fisik, ketergantungan obat dan kapasitas kerja.
d. Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksualitas.
e. Lingkungan : lansia berkesempatan mendapatkan informasi. f.
Spiritual. Hardywinoto dalam purwanti 2009 dalam Kustanti, 2012
menjelaskan Komponen – komponen yang mendukung kualitas hidup
lansia anatara lain : a. Aspek demografi yaitu jenis kelamin, umur, harapan hidup,
pekerjaan, penghasilan dan lain – lain.
b. Aspek biologis meliputi sistem kekebalan tubuh, kerusakan sel dan jaringan akibat radikal bebas.
c. Aspek sosial dan budaya yaitu kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi kesehatan, kesempatan kerja, bantuan sosial.
d. Aspek ekonomi yang mencakup kondisi sosial ekonomi lanjut usia
e. Aspek hukum dan etika yaitu mencakup keterbatasan sumber daya manusia dan hubungan dengan keluarga.
f. Aspek psikologi dan perilaku dipengaruhi oleh hal
– hal yang disadari bagi lansia.
g. Aspek agama dan rohani yaitu upaya bagi lansia mengatasi kesulitan hidup dan percaya bahwa diciptakan oleh tuhan yang
maha esa. h. Aspek kesehatan mempengaruhi kehidupan lanjut usia seperti
kesehatan fisik dan mental. i.
Aspek pembinaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pelayan kesehatan bagi perawatan lansia.
j. Aspek keperawatan lansia bertujuan mempertahankan kesehatan
dan semangat hidup lansia dengan meningkatkan perawatan secara promotif, preventif dan kuratif Kustanti, 2012.
Kualitas hidup biasanya dibagi dalam dimensi lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Kualitas hidup juga terdiri atas penilaian
subjektif seseorang mengenai sejauh mana berbagai dimensi seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial, dan kondisi psikologis dirasa
memenuhi kebutuhanya Sadli, 2010. Lawton 1983 dalam Schalock, 1997 mendefinisikan faktor yang berperan dalam kualitas hidup
sebagai “good life” bagi lansia yang terdiri dari empat sektor , yaitu : a. Kompetensi tingkah laku : kesehatan, kesehatan fungsional,
kognitif, tingkah laku sosial. b. Kesehatan psikologi
c. Penerimaan kualitas hidup d. Lingkungan objektif.
Konsep kualitas hidup menurut WHO dipengaruhi oleh kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, kemandirian, hubungan
sosial, keyakinan pribadi dan lingkungan tempat tinggal WHO, 1997. Domain dalam WHOQOL-BREEF diantaranya:
1. Kesehatan fisik Teori Felce dan Perry 1996 dalam Rohmah ett all, 2012
mengemukakan bahwa kesejahteraan fisik difokuskan pada kesehatan. Optimum aging didapatkan pada posisi dimana
fungsional lansia mencapai kondisi yang optimal atau maksimal. Fisik yang berfungsi baik memungkinkan lanjut usia untuk
mencapai penuaan berkualitas. Ketidaksaiapan lansia menghadapi kondisi tersebut berdampak pada rendahnya pencapaian kualitas
hidup. Fisik yang kurang berfungsi dengan baim akan menurunkan kesempatan lansia untuk mengaktualisasikan dirinya.
Kesehatan fisik adalah aspek dasar yang menentukan kualitas hidup. Kebebasan akibat dari kelemahan, penyakit dan
ketidakmampuan adalah pertimbangan penting. Keterbatasan fisik dapat mengurangi kemandirian dan menghalangi kebiasaan,
aktivitas sosial dan pada tingkat yang lebih jauh akan menurunkan kepuasan hidup Rohmah ett all, 2012: Schalock, 1997.
WHO menjelaskan bahwa dalam domain kesehatan fisik terdapat enam facet yang dijadikan indikator dalam menentukan
kualitas kesehatan fisik diantaranya: a. Aktifitas sehari-hari
b. Ketergantungan terhadap obat-obatan c. Energi dan kelelahan
d. Kemampuan gerak e. Nyeri dan ketidaknyamanan
f. Tidur dan istirahat.
g. Kapasitas kerja. Venkatesh, 2015 2. Faktor psikologis
Kestabilan kesejahteraan psikologis menjadi faktor yaqng berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis Renwick
Brown dalam Rohmah ett all, 2012. kesejahteraan psikologis mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori
dan konsentrasi. Kesejahteraan psikologis menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup lansia.
Faktor psikologis merupakan faktor yang penting dalam melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang dialami dalam
hidup. Penurunan fungsi psikologis biasanya dipengaruhi oleh
penurunan fungsi fisiologis. Perubahan psikologis berasal dari kesadaran tentang merosotnya perasaan rendah diri lansia apabila
dibandingkan dengan orang disekitarnya yang lebih muda. Penurunan terhadap kecerdasan emosional menyebabkan lansia
menjadi mudah cemas, menyendiri, sering takut, merasa tidak dicintai, merasa gugup, sedih dan cenderung mudah depresi. Hal ini
juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.
Kesehatan kognitif juga penting terhadap kualitas hidup lansia. Dimensi ini memiliki persepsi tersendiri tentang kepuasan
hidup. Banyak peneliti mengatakan bahwa persepsi pribadi terkait kesehatan kognitif berhubungan erat dengan faktor sosial ekonomi,
derajat interaksi sosial dan aspek situasi kehidupan Larson dan Schalock, 1997.
WHO menjelaskan dalam aspek psikologis seseorang terdapat beberapa indikator yang menentukan kualitas psikologis
nya. Indikator tersebut dibagi dalam enam facet dalam WHOQOL- BREEF, diantaranya:
a. Citra tubuh dan penampilan.
b. Perasaan negatif.
c. Perasaan positive.
d. Kepercayaandiri.
e. Keyakinan Personal.
h. Kemampuan berfikir, belajar, mengingat dan berkonsentrasi. Venkatesh, 2015
3. Faktor sosial Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang
memungkinkan lansia memenuhi kebutuhan dasar dengan sebaik- baiknya. Blunden 1988 mencatat bahwa dimensi kesehatan sosial
merupakan element penting pada kehidupan kebanyakan orang. Memiliki hubungan menjadikan seseorang mampu menentukan
pilihan, beraktivitas dan menjadi objek yang dihormati merupakan komposisi penting dari kesehatan sosial Rohmah ett all,
2012:Schalock, 1997. WHO menjelaskan bahwa dalam domain hubungan sosial
terdapat tiga facet yang dijadikan indikator dalam menentukan kualitas hubungan sosial diantaranya:
a. Hubungan personal.
b. Dukungan sosial.
c. Aktivitas seksual. Venkatesh, 2015
4. Faktor lingkungan Tempat tinggal yang baik akan meningkatkan kualitas hidup
pada lansia. Lingkungan hidup lansia sebaiknya dalam suasana yang tentram, damai, dan menyenangkan penghuninya sehingga
penghuni merasa betah. Salah satu aspek dalam kesejahteraan lingkungan adalah kesehatan material.
Kesehatan material adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan kebebasan terkait dengan pendapatan, hidup
dengan sebagian kualitas fisik yang dapat diterima dan memiliki kepemilikan materil adalah bagian dari kualitas dan kuantitas
Rohmah ett all, 2012 : Schalock, 1997. WHO menjelaskan bahwa dalam domain lingkungan
terdapat delapan facet yang dijadikan indikator dalam menentukan kualitas lingkungan diantaranya:
a. Sumber keuangan. b. Kebebasan, keamanan fisik, keamanan lingkungan.
c. Ketersedian dan kualitas layanan fisik dan sosial. d. Lingkungan.
e. Kesempatan mendapatkan informasi. f. Berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi.
g. Lingkungan fisik Polusi,kebisingan. h. Transportasi. Venkatesh, 2015
3. Kualitas hidup dalam keperawatan