Dimensi Lingkungan Distribusi Kualitas Hidup Lansia

Responden laki-laki berjumlah 19 orang, yang memiliki persepsi dimensi kesehatan lingkungan buruk sebanyak 8 orang atau 42,1 dari total responden laki-laki. Responden laki-laki dengan persepsi kesehatan lingkungan yang baik sebanyak 11 orang atau 57,9 dari total responden laki-laki. Untuk responden perempuan dengan jumlah total responden 37 orang, terdapat 17 orang responden yang memiliki persepsi kesehatan lingkungan buruk atau 45,9 dari total responden perempuan. Responden yang memiliki pesepsi kesehatan lingkungan .baik berjumlah 20 orang atau 45,9 dari total responden perempuan. Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38 orang, dan lansia yang memiliki dimensi lingkungan buruk dengan masalah pruritus senilis akut berjumlah 17 orang atau 44,7 dari total responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden yang menderita pruritus senilis akut dengan dimensi lingkungan yang baik sebanyak 21 orang atau 55,3 dari total responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden dengan masalah pruritus senilis kronik sejumlah total responden 18 orang, terdapat 8 orang responden yang memiliki dimensi hubungan sosial buruk atau 44,4 dari total responden dengan masalah pruritus senilis kronik. Responden yang memiliki dimensi lingkungan baik berjumlah 10 orang atau 55,6 dari total responden dengan masalah pruritus senilis kronik. Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki dimensi lingkungan buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 9 orang atau 52,9 dari total responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan memiliki dimensi lingkungan yang baik sebanyak 8 orang atau 47,1 dari total responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi non-farmakologi berjumlah 15 dan yang memiliki dimensi lingkungan yang buruk berjumlah 4 orang atau 26,7 dari responden dengan penanganan non-farmakologi dan yang memiliki dimensi lingkungan baik sebanyak 11 orang atau 73,3 dari total responden dengan penanganan nonfarmakologi. Responden yang mengombinasikan penanganan pruritus dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi berjumlah 9 orang, diantara para responden tersebut yang memliki dimensi lingkungan buruk sebanyak 4 orang dengan presentase 26,7 dari total responden dengan penanganan kombinasi total dan responden dengan dimensi lingkungan baik berjumlah 5 orang dengan presentase 55,6 dari total responden dengan penanganan kombinasi. Responden yang tidak melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak 15 orang dengan dimensi lingkungan yang buruk berjumlah 8 orang atau 53,3 dari total responden dengan penanganan kombinasi dan lansia dengan dimensi lingkungan baik berjumlah 7 orang atau 46,7 dari semua responden yang tidak menangani pruritusnya

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Masalah Pruritus Senilis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia wanita lebih banyak mengalami pruritus daripada lansia pria. Jumlah lansia yang mengalami pruritus senilis akut lebih banyak dibandingkan lansia dengan pruritus senilis kronik. Penelitian menunjukan bahwa penanganan nonfarmakologis lebih banyak dilakukan lansia dari pada penanganan farmakologis. Dalam jumlah yang sama banyak juga lansia yang memilih untuk tidak memberikan penanganan khusus pada pruritus senilisnya. Sejalan dengan penelitian Ferm 2010 yang menggambarkan bahwa lansia wanita dengan masalah pruritus tanpa sebab yang diketahui lebih banyak presentasinya dibandingkan dengan laki-laki. Masih dalam penelitian yang sama, sebagian besar responden juga mengalami pruritus kronik bahkan lebih dari 5 tahun. Berbeda dengan penanganan pruritus yang diberikan, pada penelitian Ferm 2010 lansia diberi penanganan farmakologis seperti anti hitamin untuk mengurangi gatal. Masalah pruritus senilis merupakan masalah yang sering dihadapi lansia. Lansia wanita lebih banyak mengalami pruritus dibandingkan lansia laki-laki karena setelah seorang wanita mengalami menopause, ia akan banyak mengalami penurunan fungsi organ termasuk sistem imun. Penyebab gatal yang belum diketahui secara pasti membuat masalah ini sulit disembuhkan sampai ke akarnya, selama ini pengobatan pruritus senilis hanya dibarikan sesuai gejala dan pencegahan terhadap gatal yaitu dengan pemberian anti histamin, pemberian omeolin atau biasanya di PSTW Budhi Mulya 03 mendapatkan lotion atau kayu putih untuk mengurangi sensasi gatalnya.

B. Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis

1. Gambaran Kualitas Hidup Umum Pada Masalah Pruritus Senilis

Gambaran kualitas hidup umum lansia dengan masalah pruritus senilis secara umum baik pada semua karakteristik lansia. Kualitas hidup umum lansia dilihat dari penanganan pruritus senilisnya juga menunjukan bahwa sebagian besar lansia memiliki kualitas hidup yang baik, bahkan untuk mereka yang mengaku tidak melakukan penanganan khusus terhadap pruritusnya juga memiliki kualitas hidup umum yang baik. Sesuai dengan penelitian Ertruck tahun 2012 yang menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pruritus dan kualitas hidup P0.05. Kualitas hidup umum dilihat dari persepsi tentang kehidupan yang sedang dialaminya dilihat dari aspek kesehatan umum, kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Kualitas hidup 70