b. Terapi non-farmakologi 1 Stimulasi lapisan subkutan
2 Hipnosis 3 Terapi cahaya
4 Terapi ultraviolet c. Terapi farmakologik
1 Topikal: menthol, Tacrolimus, Doxepin, Kortikosteroid, Capsaisin
2 Sistemik: Cyclosporin,
Doxepin, Oxatomide,
Aminotriptyline, Mirtazipine, SSRIs Selectife serotonin reuptake
inhibitor, Ondansteron,
Carbamazepine, Gabapentin, Thalidormide, Opioid Anatgonis Ward, 2005.
D. Penelitian Terkait
Penelitian Andreas Rantepadang tahun 2012 yang berjudul Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Lansot
Kecamatan Tomohon Selatann it Metode yang digunakan peneliti adalah kuantitatif deskriptif, korelasi dan regresi, dan dari hasil penelitian
tersebut, Ia menjelaskan bahwa sebagaian besar lansia di kelurahan Lansot memiliki interaksi sosial yang baik dan memiliki kualitas hidup yang baik
pula. Kualitas hidup dilihat dalam tiga dimensi: yaitu dimensi biologi yang berhubungan dengan fisik dengan nilai rata-rata 4,10, psikologi dengan
nilai rata-rata 3,72, spirital dengan rata-rata 4,75,. Terdapat hubungan yang signifikan antar kualitas hidup dan interaksi sosial dengan nilai korelasi
0,690. Interaksi yang kuat juga terjadi antara dimensi biologis dengan interaksi sosial lansia dengan nilai korelasi 0,673 Rantepadang, 2012.
Penelitian Tessari, ett all. tahun 2009 dengan judul The Impact of Pruritus on Quality of Life Patient Undergoing Dialysis: a Single-Center
Cohort Study. yang dilakukan pada 169 pasien yang menjalani hemodialisa atau peritonial dialisa di Italia dapat diambil kesimpulan
bahwa adanya gejala pruritus atau gejala fisik lain mampu menurunkan kualitas hidup seseorang. Adanya gangguan psikologis minor dialami oleh
orang-orang dengan masalah pruritus dan hal ini terjadi cukup signifikan, gangguan yang diakibatkan masalah pruritus lainya adalah masalah
gangguan tidur Tessari, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Yudianto, ett all tahun 2008 dengan
judul Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan dilakukan
terhadap 4 dimensi berhubungan dengan kualitas hidup penderita diabetes di poli penyakit dalam RSUD Cianjur dengan responden sebanyak 50
orang. Kuisioner kualitas hidup menggunakan WHOQOL-BREEF dan dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup penderita yang berobat di poli
penyakit dalam RSUD Cianjur secara keseluruhan baik dan persepsi terhadap kesehatanya adalah memuaskan. Dimensi kesehatan fisik
responden merasa lebih pusa dengan kemampuan bergaulnya, dimensi kesehatan psikologis memiliki perasaan negatif seperti cemas, putus asa
dan kesepian, dimensi hubungan sosial merasa lebih puas dengan
dukungan sosial, dimensi kesehatan lingkungan lebih puas dengan kesempatan mendapat informasi Yudianto, 2008
Penelitian lainya tentang Status Gizi, Penyakit Kronis dan Konsumsi Obat terhadap Kualitas Hidup Dimensi kesehatan Fisik Lansia
di Cilacap Utara tahun 2013 dilakukan oleh Sari. Metode penelitian ini adalah metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional
dengan jumlah responden 58 orang. Kejadian penyakit kronis dan konsumsi obat-obatan berhubungan dengan menurunya kualitas hidup
dimensi kesehatan fisik pada lansia di wilayah kerja puskesmas Cilacap Utara 1. Status gizi tidak memiliki hubungan dengan kualitas hidup
dimensi kesehatan fisik. Status gizi mengkin secara tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup melalui penurunan fisik Sari, 2012.
E. Kerangka Teori