Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dan agar ketika membuat karangan selanjutnya kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Kemudian guru mengintruksikan siswa kembali kepada siswa untuk berkumpul dengan teman-teman kelompok yang telah di bentuk kemarin dan guru meminta siswa untuk menggali pengalaman yang akan dijadikan topik menulis karangan deskripsi degan cara melakukan observasi kembali seperti instruksi pada pertemuan sebelumnya secara berkelompok mengenai keadaan sudut sekolah, misalnya tiap kelompok dapat memilih tempat seperti: sudut Kantin, Perpustakaan, UKS, Ruang Guru, Gudang, Ruang Kelas sebelah dan Halaman Sekolah. Setelah para siswa melakukan observasi bersama teman sekelompoknya guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil observasi salah satu sudut sekolah yang telah di tugaskan. Setelah itu guru memberikan LKS pada setiap siswa untuk membuat karangan deskripsi berdasarkan pengalaman selama melakukan observasi di lingkungan sekitar sudut sekolah yang telah ditemukan bersama teman kelompok masing masing dengan bantuan kerangka karangan yang diberikan oleh guru. Setelah masing-masing siswa selesai membuat karangan deskripsi yang berisikan pengalaman observasi keadaan sudut sekolah, Guru mempersilahkan kepada siswa yang berani untuk membacakan hasil karangan di depan kelas. Siswa yang berani membacakan hasil karangan di depan kelas akan mendapatkan reward. Setelah beberapa siswa selesai membacakan hasil karangannya di depan kelas guru memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan observasi masing-masing di rumah dengan mencari foto keluarga yang dianggap paling menarik. Namun apabila tidak memiliki foto, siswa boleh mengambil foto lain untuk dijadikan acuan menulis karangan deskripsi pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen terdapat perkembangan menulis karangan deskripsinya dari pertemuan sebelumnya. Siswa sangat antusias dan memiliki dorongan tersendiri untuk bertanggung jawab secara individu dan juga kelompoknya. Sedangkan perlakuan kedua pada kelompok kontrol hampir sama dengan kelompok eksperimen saat penyampaian materi, hanya saja kelompok kontrol tidak menggunakan model Experiential Learning. Ketika peneliti akan memberikan materi, terlihat sekali kejenuhan sikap para siswa di kelas. karena siswa pada kelas kontrol hanya diberikan atau disuguhkan model ceramahkonvensional saja. Akhirnya sebelum memulai pembelajaran peneliti mengajak para siswa untuk melakukan ice breaking sejenak yang kira-kira durasinya sekitar 5 menit. Meskipun demikian, respons setiap siswa berbeda. Ada yang memperhatikan dengan baik, tetapi ada pula yang tetap acuh. Setelah selesai memberikan ice breaking, peneliti baru memberikan materi, guru menceritakan contoh karangan dengan suara nyaring dan siswa diperintahkan guru untuk memperhatikan dengan baik. dan beberapa siswa ada yang berminat untuk membacakan hasil karangan pada pertemuan sebelumnya kemudian guru memberi tahu di mana saja letak kesalahan dalam karangan tersebut sehingga besar harapan agar pada pembuatan karangan selanjutnya karangan tersebut menjadi karangan dengan penulisan yang lebih baik. Setelah siswa diberikan materi, siswa diberikan LKS yang sama seperti kelompok eksperimen. c. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol dan Eksperimen Pada perlakuan ketiga kelompok eksperimen, guru masih menerapkan model experiential learning dalam menulis karangan deskripsi, sebagaimana langkah model experiential learning sebelumnya. Hanya saja isi indikator menulis karangan dan media saja yang berbeda pada setiap pertemuan. Pada pertemuan ini siswa menjawab pertanyaan dari guru perihal bagaimana pengalaman selama menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning. Kemudian guru mengaitkan jawaban yang disampaikan siswa dengan karangan deskripsi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga ini guru menginstruksikan siswa untuk mengambil foto keluarga masing-masing untuk dijadikan acuan menggali pengalaman yang akan dijadikan topik menulis karangan deskripsi kemudian diamati dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa untuk kembali duduk secara berkelompok untuk mendiskusikan hasil observasi di rumah berupa foto keluarga yang dibawa masing- masing bersama teman kelompoknya. Kemudian setiap satu kelompok diberikan hanya satu LKS untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan foto. Setiap siswa dalam satu kelompok mulai mendiskusikan atau bercerita secara silih berganti di dalam kelompoknya tentang pengalaman bersama keluarga yang dicetak dalam foto yang telah dibawa masing-masing. Setelah selesai berdiskusi, cerita salah satu anggota kelompok yang dianggap paling menarik kemudian dijadikan karangan untuk perwakilan kelompok yang akan dikumpulkan dan untuk dibacakan di depan kelas. Kini terlihat jelas bahwa siswa sudah terlihat mengalami peningkatan keterampilan menulisnya terutama pada menulis karangan deskripsi. Sedangkan pada perlakuan ketiga pada kelompok kontrol, guru masih menggunakan metode konvensional tidak menggunakan model experiential learning. Siswa semakin nampak kejenuhan pada pembelajaran menulis karangan deskripsi ini yang sangat monotown. Yang hanya mendengarkan penjelasan guru dan melakukan pembelajaran tanpa ada model pembelajaran yang kreatif untuk menulis karangan deskripsi. Adapun kegiatan intinya siswa kelompok kontrol sama hal nya dengan siswa kelompok eksperimen yang diperintahkan menulis karangan deksripsi berdasarkan pengalaman saat foto keluarga dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan pada karangan tersebut. Hanya saja yang berbeda dari segi model pembelajaran dan media. Kemudian siswa pada setiap kelompok hanya diberikan satu LKS yang sama seperti kelompok eksperimen, kemudian berdiskusi tanpa menggunakan media foto keluarga. Cerita salah satu anggota kelompok yang dianggap paling menarik kemudian dijadikan karangan untuk perwakilan kelompok yang akan dikumpulkan dan untuk dibacakan di depan kelas. d. Pertemuan Keempat Kelas Kontrol dan Eksperimen Setelah mendapat perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut diberikan posttest. Soal posttest yang diberikan sama dengan kelompok eksperimen yaitu tes menulis karangan deskripsi. Bentuk soal posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu siswa diberikan LKS Kemudian guru meminta siswa untuk membuat sebuah karangan deskripsi berdasarkan pengalaman foto bersama keluarga masing-masing dengan kerangka karangan di antaranya di mana tempat kejadian foto, pengalaman apa saja yang terdapat di dalam foto, kedetailan yang terdapat di dalam foto. Setelah selesai guru meminta beberapa siswa membacakan hasil karangan deskripsinya kemudian semua siswa mendapatkan reward dari guru karena telah mengalami peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya. Posttest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menulis karangan deskripsi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan. Hasilnya kedua kelompok mengalami peningkatan rata-rata. Namun, kelompok eksperimen memperoleh rata-rata posttest lebih tinggi daripada rata- rata posttest yang diperoleh kelompok kontrol. Dari perlakuan yang telah diberikan peneliti kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran experiential learning mampu membantu siswa agar terampil dalam menulis karangan deskripsi. Selain itu, model pembelajaran experiential learning dapat merangsang imajinasi siswa dalam membuat karangan karena secara tidak langsung siswa sedang belajar menjadi pribadi yang menghargai pengalaman pribadi kemudian diabadikan dalam bentuk karangan deskripsi. Siswa pun menjadi lebih fokus dan antusias saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Berbeda dengan kelompok kontrol tanpa menggunakan model experiential learning dalam menulis karangan deskripsi. Siswa pada kelompok ini terlihat kurang tertarik mengikuti proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan saat pembelajaran berlangsung dan hasil pembelajaran saat di kelas. Selain itu, siswa membutuhkan waktu lebih lama dalam menemukan ide yang akan dituangkan untuk menjadi karangan dibandingkan kelompok eksperimen. Meskipun demikian, di antara kedua kelompok tersebut ada siswa yang sudah pandai menulis karangan deskripsi, ada juga yang masih harus diberi motivasi. Keterampilan menulis yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor guru, siswa serta model pembelajaran. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa aktivitas siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model Experiential Learning terjadi peningkatan dari pada pembelajaran sebelum menggunakan model experiential learning. Selain menilai keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model Experiential Learning yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti memberikan angket respon kepada masing-masing siswa. Persentase tiap pilihan x 100 Keterangan : A = Banyaknya siswa yang menjawab suatu pilihan “ya atau tidak” B = Banyaknya siswa yang memberi tanggapan Tabel 4.15 Data Hasil Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan menggunakan model Experiential Learning. No Respon Siswa Hasil Ya Tidak Σ Σ 1 Saya senang menulis karangan deskripsi dengan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning 30 100 - - 2 Saya bisa membuat karangan deskripsi yang baik dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning 30 100 - - 3 Dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning saya tidak merasa kesulitan untuk menulis karangan deskripsi. 24 80 6 20 4 Dengan bantuan model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning saya lebih mudah untuk menentukan judul, tema dan karangan deskripsi yang 28 93,3 2 6,6 Dari hasil data analisis respon siswa di atas, dapat dikatakan positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Experiential Learning, karena persentase jawaban siswa pada setiap aspek pertanyaan berada ≥ 90 sehingga pembelajaran dengan menggunakan model Experiential Learning dapat dikategorikan membantu siswa untuk melatih keterampilan menulis karangan deskripsinya. Dengan model Experiential Learning dapat membuat siswa lebih terampil untuk menulis karangan deskripsi. Tetapi meskipun model Experiential Learning telah membantu siswa untuk lebih bersemangat dan lebih terampil dalam menulis karangan deskripsi, siswa tetap masih membutuhkan seorang guru pada setiap pembelajaran berlangsung. Peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Selain dapat memberikan arahan, membimbing siswa, guru juga bisa membantu siswa untuk memecahkan permasalahan atau soal-soal yang kiranya sulit diselesaikan oleh siswa.

E. Temuan Hasil Penelitian

Temuan-temuan yang didapat dalam penelitian dengan menggunakan model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi antara lain sebagai berikut : akan saya tulis. 5 Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 30 100 - - 1. Keterampilan menulis karangan deskripsi siswa menjadi meningkat dengan adanya penggunaan model experiential learning, dan dapat dilihat juga dari hasil karangan yang dibuat oleh siswa daripada pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan cara konvensional 2. Proses pembelajaran menjadi lebih seru dan menyenangkan dengan adanya penggunaan model experiential learning, dengan mengajak siswa belajar dari pengalaman yang telah dialami dan pengalaman yang diintruksikan oleh guru. 3. Siswa menjadi lebih mudah menuangkan ide-idenya sebelum disusun ke dalam karangan deskripsi, karena objek yang di deskripsikan oleh siswa langsung mereka lihat dan diamatinya, sehingga karangan yang dibuat oleh siswa lebih terorganisasi. 4. Penerapan konsep model experiential learning menjadi lebih jelas dalam pembelajaran, karena tujuan dari dilaksanakannya model experiential learning itu adalah mengajak siswa untuk membuat karangan deskripsi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dikuatkan oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan beberapa kali dengan model pembelajaran yang sama, yaitu sama-sama menggunakan model experiential learning, dan mendukung beberapa penelitian relevan yang telah di jadikan sebagai bahan acuan penelitian ini. Antara lain penelitian- penelitian yang telah di lakukan oleh : Wita Dwi Payana, Santi Dewi Farisma dan Yulis Nurrahmawati, adapun penjabaran tentang apa dan bagaimana penelitian mereka dapat dilihat dalam skripsi ini di halaman 25 sampai dengan halaman 27.

F. Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa kendala yang cukup berarti. Kendala-kendala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Beberapa siswa ada yang merasa jenuh karena setiap pertemuan harus membuat karangan. 2. Peneliti belum memiliki keterapilan yang cukup untuk mengondisikan siswa sebelum pelajaran dimulai sehingga suasana kurang kondusif. 3. Siswa kelas kontrol mengalami kecemburuan terhadap kelas eksperimen yang berbeda saat proses pembelajaran. 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran experiential learning berpengaruh terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata hasil pretest-posttest kelas eskperimen dan kelas kontrol. Rata-rata pretest yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 66,17. Sementara itu, rata-rata pretest yang diperoleh kelas kontrol yaitu 67,43 sedangkan rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 80,00 sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol yaitu 72,67. Demikian juga berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil perhitungan pretest pada kelompok kontrol dihasilkan nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 0,512 0,05. Pada hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dihasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 0,000 0,05 berarti hipotesis alternatif Ha diterima dan hipotesis nol H ditolak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diajukan beberapa saran bagi: 1. Siswa, diharapkan dapat membuat karangan deskripsi sesuai dengan pengalaman sendiri untuk mempermudah dalam proses pembelajaran menulis karangan. 2. Guru, sebaiknya menggunakan model experiential learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis karangan deskripsi. 3. Sekolah, diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran experiential learning pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. 4. Peneliti, sebagai ilmu pengetahuan dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan model experiential learning. Di samping itu perlu adanya penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui pengaruh model experiential learning pada jenis lainnya. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu: Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011. Alfin, Jauharoti. Muhammad Thori dan Sri Wahyuni. Bahasa Indonesia 1. edisi pertama. Jakarta: LAPIS PGMI, h. 2008. Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Arikuntoro, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS, 2008. Cahyani, Isah. Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiential learning. Bandung: Pendidikan Dasar SPS UPI, 2012. Dina, Indriana. Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jogjakarta: DIVA Press, 2011. Fitriyah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah, 1982. Kompas, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”, 2012, http:edukasi.kompas.com . Kompas,”Dampak Negatif Gadget Pada Prestasi Anak” 2013, http:female.kompas.com . Kuncoro, Mudrajat. Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom dan Resensi Buku. Jakarta: Erlangga, 2009. Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014. Nadjua, A.S. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya: Triana Media, 2013. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001. Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo, 2007. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dn Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta, 2010. Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015. Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangakan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Saddhono, Kundharu dan Y. Slamet. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. S. Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Saleh, Zuleha H. M. Terampil Menulis di Sekolah Dasar. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013. Solchan, Yetty Mulyati, dkk. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011. Subana, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2000. Sudarno dan Eman A. Rahman. Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Hikmat Syahid Indah, 1996. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta, 2009. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

0 17 238

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS IV SDN RANCADADAP DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

0 3 27

(ABSTRAK) Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Experiential Learning melalui Teknik Melanjutkan Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 3

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SDN BANYUMENENG GIRIHARJO PANGGANG GUNUNGKIDUL.

0 1 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN.

0 1 100

PENGARUH METODE OUTDOOR LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI KELAS V SDN 09 PONTIANAK TENGGARA

0 4 13

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 13

PENGARUH MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS IV SD

0 1 9

1 PENGARUH METODE OUTDOOR STUDY TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SDN 36 PONTIANAK

0 1 10

Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SDN 3 Selang Tahun Ajaran 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 19