Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning

Bagan 2.1 Model Experiential Learning yang di gambarkan oleh Kolb. Dalam hal ini model experiential learning disebut sebagai sebuah model elegan yang menawarkan sebuah cara untuk memahami gaya pembelajaran yang berbeda pada seorang individu, dan sebuah penjelasan tentang siklus Experiential Learning yang diterapkan di dalam kelas. 33 Masing-masing tujuan dari rangkaian-rangkaian tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active experimentation 34 . Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : a concrete experience feeling : belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman langsung yang konkrit. b reflective observation watching : mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau merefleksikanya. 33 Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Jogjakarta, DIVA Press, 2011, h. 108-108. 34 Ibid., h.110. c abstract conceptualization thinking : analisis logis dari gagasan- gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi, dari itu bentuk generalisasi dan abstraksi. d active experimentation doing : Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru. 35 Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi penunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan finding out, sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan taking action. Kemampuan murid dalam proses belajar experietial learning: 36 Kemampuan Uraian Pengutamaan Concrete Experience CE Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru. Feeling perasaan Reflection Observation RO Siswa mengobservsi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi. Watching mengamati Abstract Siswa menciptakan Thinking 35 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet. 14, h.111. 36 Majid, op cit., h.95. Conceptualization AC konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat. berpikir Active Experimentation AE Ss Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah- masalah dan mengambil keputusan. D Doing berbuat Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan bahwa Experiential Learning merupakan suatu urutan peristiwa atau tahap- tahap dari tujuan yang telah ditetapkan, yang mensyaratkan keterlobatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa, karena experiential learning mempunyai prinsip utama yaitu belajar paling baik apabila ia melakukannya. c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning 1 Keterlibatan siswa di mana siswa aktif melakukan sesuatu. 2 Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning. 3 Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan. 4 Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik settingan-nya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya termasuk tujuannya 37 d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning Beberapa manfaat yang akan didapat apabila model Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar antara lain sebagai berikut: 37 Taufik, op cit., h. 7.21. 1 Meningkatkan semangat dan gairah pembelajar 2 Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif 3 Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar 4 Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif 5 Menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda 6 Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah 7 Memperkuat kesadaran diri 38 e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning Isah Cahyani menjabarkan kelebihan model experiential learning, diataranya : 1 Meningkatkan semangat pembelajar karena pembelajar aktif. 2 Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, karena pembelajar berstandar pada penemuan individu. 3 Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena pembelajar dinamis dan terbuka dari berbagai arah. 4 Mendorong serta mengembangkan proses berfikir kreatif karena pembelajar partisipatif untuk menemukan sesuatu. Senada dengan pendapat dari Isah Cahyani, Iif Khoiru Ahmadi dan kawan-kawan juga menjabarkan kelebihan dari model pembelajaran berbasis pengalaman experiential learning antara lain sebagai berikut : a Meningkatkan partisipasi peserta didik. b Meningkatkan sifat kritis peserta didik. c Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi lain. 39 38 Cahyani, op cit., h. 165. 39 Iif Khoiru Ahmadi dan kawan-kawan, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 18. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran berbasis pengalaman experiential learning adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal dan memerlukan waktu yang panjang. 40 Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat disimpulkan bahwa model experiential learning tidak hanya memberikan pengetahuan konsep-konsep saja. Tetapi memberikan pengalaman kepada siswa, pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat menjadi renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain apabila pengalaman tersebut dituliskan.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wita Dwi Payana mahasiswi jurusan PBSI Universitas Muhammadiyah Medan tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning Terhadap Kemampuan Menyulis Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung lebih besar daripada skor t tabel th = 3,27 tt = 2,00 maka H ditolak H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak. Perbedaan dari penelitian Wita Dwi Payana dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Wita Dwi Payana meneliti pada aspek kemampuan menulis karangan narasi di kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah 40 Ibid, h.19. Hamparan Perak, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Wita Dwi Payana dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Dewi Farisma mahasiswi jurusan PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 dalam skripsinya yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X MAN Yogyakarta III. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung lebih besar daripada skor t tabel th = 8,159 tt = 2,045 maka H ditolak H 1 diterima. Hal ini berarti terdapat keefektifan model pembelajaran berbasis pengalaman experiential learning dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X MAN Yogyakarta III. Perbedaan dari penelitian Santi Dewi Farisma dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Santi Dewi Farisma meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan argumentasi di kelas Kelas X MAN Yogyakarta III, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Santi Dewi Farisma dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulis Nurrahmawati mahasiswi jurusan PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul Keefektifan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest- Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung sebesar 20,48, db = 27, dan nilai p sebesar 0,000 pada taraf signifikansi 0,005 5. Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi 0,000 0,005. Hasil ini membuktikan bahwa terdapat keefektifan pembelajaran menulis puisi dengan model experiential learning pada siswa kelas VIII SMP negeri 3 Sentolo, Kulon Progo. Perbedaan dari penelitian Yulis Nurrahmawati dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Yulis Nurrahmawati meneliti pada aspek keterampilan menulis puisi di kelas Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Yulis Nurrahmawati dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan demikian dapat disimpukan bahwa penerapan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran menulis.

C. KERANGKA BERPIKIR

Model Experiential learning pembelajaran berdasarkan pengalaman dijadikan sebagai alternatif sebagai model pembelajaran yang di pakai dalam pembelajaran menulis karangan, model ini dapat yang membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pembelajaran dengan keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kebanyakan guru menggunakan pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan guru. Selain itu, dalam pembelajaran guru kebanyakan menyampaikan materi dengan cepat dan menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Hal tersebut membuat siswa merasa kurang bersemangat sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan. Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered. Dengan demikian diharapkan situasi pembelajaran akan berpengaruh menjadi lebih aktif, menarik, dan menyenangkan sehingga muncul semangat untuk belajar dan keterampilan menulis karangan siswa apabila menggunakan model pembelajaran Experiential learning meningkat. Bagan Kerangka Berpikir Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H : Tidak terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. H a : Terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Pembelajaran dengan model konvensional ceramah Pembelajaran dengan model Experiential Learning Posttest Posttest Pengaruh model Experiential Learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi kelas eksperimen dan kelas kontrol. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cengkareng Timur 15 Pagi yang berlokasi di Jalan Bangun Nusa Rt 9 Rw 9. Kecamatan Cengkareng-Jakarta Barat. Kode Pos 11730. Waktu Penelitian ini berlangsung pada saat pembelajaran semester ganjil di bulan September tahun ajaran 2015 – 2016. Adapun waktu penelitian yang berisi penjelasan kapan penelitian di lakukan dan lamanya penelitian sedari bulan Februari 2015 yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Waktu Penelitian Kegiatan Penelitian Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Penyusunan dan Seminar Proposal Persiapan Perencanaan Observasi Kegiatan Penelitian Analisis Data Laporan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

0 17 238

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS IV SDN RANCADADAP DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

0 3 27

(ABSTRAK) Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Experiential Learning melalui Teknik Melanjutkan Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 3

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SDN BANYUMENENG GIRIHARJO PANGGANG GUNUNGKIDUL.

0 1 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN.

0 1 100

PENGARUH METODE OUTDOOR LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI KELAS V SDN 09 PONTIANAK TENGGARA

0 4 13

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 13

PENGARUH MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS IV SD

0 1 9

1 PENGARUH METODE OUTDOOR STUDY TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SDN 36 PONTIANAK

0 1 10

Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SDN 3 Selang Tahun Ajaran 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 19