Karangan Deskripsi DESKRIPSI TEORETIS

lemah memasuki belaian, dan tempat, berjingkrak perlahan agar tidak meminjak lagu. 19 5 Teknik Deskripsi Tempat, tempat adalah latar pengisahan, entah kisah tersebut merupakan peristiwa yang sesungguhnya atau hanya imajinasi. Untuk melukiskan suatu tempat dipengaruhi oleh suasana hati dan pikiran. Dalam penulisan yang bersifat ilmiah, penulisan tempat harus didasarkan pada fakta-fakta yang dilihat secara objektif oleh mata yang dapat diukur, jika perlu menampilkan angka-angka secara akurat. 20 e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi Dalam menulis karangan deskripsi baiknya mengetahui langkah- langkah menulis deskripsi diantaranya : Menentukan apa yang akan dideskripsikan; misalnya tempat atau orang. 1 Merumuskan tujuan; apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. 2 Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan; misalnya ciri-ciri fisik, watak, gagasan atau benda-benda disekitar tokoh. 3 Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. 21 Melihat paparan diatas bahwa langkah-langkah menulis deskripsi adalah menentukan sesuatu yang akan dideskripsikan, sebagai apa tujuan kita menulis, dapat menyebutkan ciri-ciri yang melekat pada objek dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang bagian dideskripsikan tersebut

3. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran 19 Gorys Keraf, op cit, h. 98 20 Rahayu, op cit., h. 160 21 Jauharoti, op cit., h. 11.8 jangka panjang, merancang bahan-bahan belajar, dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain. 22 Senada dengan pemikiran Rusman, Arends dalam Trianto juga mengatakan bahwa model pembelajaran dapat disebut sebagai bentuk suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 23 Iif Khoiru Ahmadi mengatakan bahwa model pembelajaran itu seperti kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. 24 Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam keterampilan menulis adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Experiential learning theory ELT yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning dikembangkan oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul Experiential Learning : Experience as The Sourse of Learning and Development sekitar awal tahun 1984. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar. 25 Abdul Majid menjelaskan bahwa experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara 22 Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangakn Profesionalisme Guru, Jakarta : Rajawali Pers, 2012, h.133. 23 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta :Bumi Aksara, 2010, h.51. 24 Iif Khoiru Ahmadi dan dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 14. 25 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, h.93. langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. 26 Oemar Hamalik mengartikan bahwa dengan model experiential learning dapat menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman akan menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan- kegiatan belajar secara aktif, memberi para siswa seperangkatserangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. 27 Wisnubrata dalam Agus Taufik dan kawan-kawan menyatakan bahwa experiential learning merupakan suatu urutan peristiwa satu atau lebih peristiwa yang ditetapkan, yang mensyaratkan keterlibatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa. Prinsip utama Experiential learning ini adalah seseorang belajar paling baik apabila ia melakukannya. 28 Isah Cahyani dalam bukunya mengemukakan bahwa Experiential learning merupakan suatu model yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nila- nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model pembelajaran ini akan bermakna ketika siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya ke dalam bentuk lisantulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 29 Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan bahwa experiential learning menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman, karena pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar, karena pengalaman dapat digunakan sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. 26 Ibid., h. 94. 27 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2013, h. 212 28 Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, Jakarta : Universitas Terbuka, 2009, h.7.21 29 Isah Cahyani, Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiential learning, Bandung : Pendidikan Dasar SPS UPI, 2012 h. 164. b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning David Kolb dalam Isah Cahyani menjabarkan tahap-tahap pembelajaran Experiential Learning dengan sederhana, antara lain dimulai dengan melakukan do, refleksikan reflect, kemudian terapkan apply. Jika dielaborasikan lagi maka akan terdisi dari 5 lima langkah. Berikut ini merupakan penjelasan dari lima tahap model pembelajaran berbasis pengalaman experiential learning. 30 1 Experience mengalami yaitu dengan membiarkan peserta didik mengalami dengan melakukan hal tertentu baik secara individu maupun kelompok perform and do it. Pada tahap ini lebih mengutamakan interaksi dengan lingkungan, serta menghasilkan informasi yang melibatkan feeling atau perasaan. Siswa akan merasakan tahap ini seperti permainan yang menyenangkan. Berikut contoh kegiatan diantaranya : permainan games, manipulasi objek simbolis, melakukan percobaan, membuat model, membuat seni, membuat produk, observasi lapangan, darmawisata, dan pengalaman kerja. 2 SharePublishing berbagi rasapengalaman yaitu dengan melakukan proses sharing atau berbagi rasacerita pengalaman. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengingat apa yang telah dialami, mengemukakanmelaporkan segala sesuatu apa yang mereka lihat dan rasakan, semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan gaya masing-masing. 31 Hal ini dilakukan bersama dengan anggota kelompok atau di dalam kelas. Tujuannya anatara lain untuk menyediakan data untuk di analisis nanti. Pengamatan dan reaksi dapat direkam dalam beberapa cara, yaitu : laporan tertulis, posting di kertas atau papan tulis, laporan lisan, laporan email atau halaman web, sebuah diskusi bebas atau dengan wawancara. 30 Ibid., h. 173. 31 Ibid., 3 Process analisis pengalamanpengolahan data yaitu dengan menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagimana hal tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini di dilakukan dengan cara berdiskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih baik. Pada tahap ini teknik yang dapat digunakan seperti : mencari tema-tema umum, mengelompokkan pola-pola peristiwa atau perilaku. Intinya bukan hasil yang dicari akan tetapi responnya yang dicari. 4 Generalize kesimpulanmenghubungkan pengalaman dengan situasi nyata yaitu dengan menyimpulkan bersama hasil analisis yang telah dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis pada tahap sebelumnya. Menyimpulkan yang juga berarti dapat menjawab pertanyaan “jadi apa?”, langkah ini menimbulkan pertanyaan “apa yang telah saya pelajari?” atau “apa yang saya mulai pelajari?”. Setelah data dianalisis dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari melalui pengalaman. Untuk menyimpulkan ada beberapa cara, yaitu : merekam kesimpulan siswa tentang bagaimana siswa belajar dan hasilnya dapa digunakan dalam konteks baru atau menulis kesimpulan siswa di kertas atau papan tulis. 5 Apply penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi yaitu langkah terakhir yang menjadi bahan dasar menuju langkah experiential learning yang dimulai dari langkah experience-share- processing-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu seterusnya. Tahap ini adalah alasan untuk tahap lainnya. Belajar dari pengalaman harus memiliki nilai yang optimal. Tahap ini menimbulkan pertanyaan “apa yang aku lakukan besok adalah.....” David Kolbs dalam Isah Cahyani menggambarkan model pembelajaran yang dinamakan experiential learning sebagai berikut. 32 32 Cahyani, op cit., h. 172. Bagan 2.1 Model Experiential Learning yang di gambarkan oleh Kolb. Dalam hal ini model experiential learning disebut sebagai sebuah model elegan yang menawarkan sebuah cara untuk memahami gaya pembelajaran yang berbeda pada seorang individu, dan sebuah penjelasan tentang siklus Experiential Learning yang diterapkan di dalam kelas. 33 Masing-masing tujuan dari rangkaian-rangkaian tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active experimentation 34 . Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : a concrete experience feeling : belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman langsung yang konkrit. b reflective observation watching : mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau merefleksikanya. 33 Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Jogjakarta, DIVA Press, 2011, h. 108-108. 34 Ibid., h.110.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

0 17 238

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS IV SDN RANCADADAP DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

0 3 27

(ABSTRAK) Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Experiential Learning melalui Teknik Melanjutkan Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 3

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SDN BANYUMENENG GIRIHARJO PANGGANG GUNUNGKIDUL.

0 1 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN.

0 1 100

PENGARUH METODE OUTDOOR LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI KELAS V SDN 09 PONTIANAK TENGGARA

0 4 13

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 13

PENGARUH MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS IV SD

0 1 9

1 PENGARUH METODE OUTDOOR STUDY TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SDN 36 PONTIANAK

0 1 10

Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SDN 3 Selang Tahun Ajaran 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 19