Pembandingan Efisiensi Kondensor Skala IKM dengan Prototipe

76 panas pada dinding prototipe ketel jauh lebih kecil dari ketel suling skala IKM. Hal ini tidak terlepas dari peran glasswool yang meminimalkan panas yang keluar dari dinding ketel. Glasswool memang dapat mengurangi kehilangan panas pada dinding ketel. Namun demikian kehilangan panas tidak dapat dicegah 100 dengan glasswool. Hal ini terbukti dengan pengukuran suhu pada glasswool yang digunakan untuk menghitung kehilangan kalornya. Suhu yang terukur pada permukaan glasswool ternyata masih cukup tinggi. Oleh karena itu, kehilangan panas terjadi pula di glasswool ketel suling prototipe. Kehilangan panas di glasswool pada dinding prototipe ketel suling sebesar 18,27 MJ. Total kehilangan panas di dinding dan glasswool prototipe ketel suling sebesar 39,41 MJ. Kehilangan panas total pada dinding prototipe ketel jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kehilangan panas total pada dinding ketel suling skala IKM. Perbandingan kehilangan panas pada ketel suling skala IKM dengan prototipe dapat dibandingkan dengan melihat Lampiran 3.

c. Pembandingan Efisiensi Kondensor Skala IKM dengan Prototipe

Kondensor skala IKM memiliki ukuran lebih kecil dari prototipe kondensor. Keduanya memiliki bentuk yang sama yaitu koil. Luas permukaan pindah panas kondensor skala IKM ditentukan dengan rumus yang telah diterangkan pada sub bab sebelumnya. Perbandingan efisiensi kondensor skala IKM dengan prototipe dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Perbandingan efisiensi kondensor skala IKM dengan prototipe Keterangan Skala IKM Prototipe Energi yang masuk ke kondensor 1.059,27 MJ 1.355,63 MJ Energi yang diserap air pendingin 801,06 MJ 1.336,29 MJ 77 Keterangan Skala IKM Prototipe Efisiensi kondensor 75,62 98,57 Efisiensi kondensor skala IKM yang terukur sebesar 75,62 sedangkan efisiensi prototipe kondensor sebesar 98,57 . Nilai efisiensi prototipe kondensor sangat tinggi sebesar 98,57 . Persentase efisiensi kondensor yang tinggi disebabkan oleh air pendingin yang dapat menyerap panas dari pipa kondensor secara optimal. Suhu destilat yang dihasilkan pada penyulingan IKM lebih tinggi dari prototipe yaitu sebesar 35,91 °C sedangkan suhu destilat pada penyulingan prototipe sebesar 31,17 °C. Berdasarkan keterkaitan efisiensi dan suhu destilat yang keluar dari kondensor, maka kondensor skala IKM lebih pendek daripada prototipe kondensor. Selain berdasarkan, keterkaitan efisiensi dan suhu destilat, panjang kondensor skala IKM dapat diperkirakan berdasarkan fenomena laju destilatnya. Laju destilat yang tinggi seharusnya menghasilkan suhu destilat yang tinggi pula sedangkan laju destilat yang rendah akan menghasilkan suhu destilat yang rendah pula. Hal itu terkait dengan lamanya kontak panas kondensor dengan air pendingin berhubungan dengan dimensi kondensor. Laju destilat pada skala IKM lebih kecil daripada prototipe, namun suhu destilatnya lebih tinggi. Fenomena ini menandakan waktu kontak panas kondensor dengan air pendingin cukup singkat walaupun laju destilatnya rendah. Hal ini membuktikan pipa kondensor skala IKM pendek serta luas penampang pindah panasnya lebih pendek. Laju destilat pada prototipe kondensor cukup tinggi tetapi suhu destilatnya cenderung rendah. Fenomena tersebut menandakan waktu kontak panas prototipe kondensor dengan air pendingin lebih lama Santoso, 1990. Hal ini membuktikan pipa prototipe kondensornya panjang. 78

d. Pembandingan Efisiensi Separator Skala IKM dengan Prototipe