TANAMAN NILAM MINYAK NILAM

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN NILAM

Nilam Pogostemon sp termasuk famili Labiateae. Indonesia memiliki tiga jenis nilam yaitu nilam Aceh P. cablin BENTH, nilam Jawa P. heyneanus , dan P. hortensis. Namun, kebanyakan nilam yang dibudidayakan adalah nilam Aceh. Hal ini dikarenakan nilam Aceh memiliki kadar minyak dan kualitas yang lebih tinggi Nuryani dan Sutjihno, 1994. Tanaman nilam merupakan tumbuhan semak dengan tinggi 0,3 sampai dengan 3,0 meter, pada daerah yang memiliki curah hujan 2.300 – 3.000 mmtahun Ketaren, 1985. Menurut Santoso 1990, tanaman nilam dapat tumbuh subur pada jenis tanah regosol, latosol, dan aluvial. Tanah-tanah tersebut memiliki tekstur lempung berpasir, pH 6-7, dan tidak tergenang air. Berikut ini gambar tanaman nilam. Gambar 1. Tanaman Nilam Panen pertama dilakukan terhadap tanaman nilam yang telah berumur 4 – 5 bulan. Panen berikutnya dilakukan berturut-turut dengan jarak waktu 2 – 3 bulan, sampai tanaman berumur 2 tahun dan harus diremajakan Harris, 1993.

B. MINYAK NILAM

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut 4 dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara, yaitu penyulingan distillation, pengepresan expression, ekstraksi dengan pelarut menguap solvent extraction, dan absorbsi oleh lemak padat enfleurasi atau maserasi Ketaren, 1985. Menurut Dowthwaite dan Rajani 2007, metode yang digunakan untuk memproduksi minyak atsiri yaitu : ekstraksi, pengepresan, dan distilasi. Umumnya metode yang digunakan yaitu penyulingan. Minyak nilam adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan daun dan ranting tanaman nilam. Minyak nilam memiliki wangi yang khas, sehingga banyak digunakan sebagai pewangi parfum dan zat fiksatif pengikat. Selain sebagai fiksatif dalam parfum, daun nilam dapat digunakan sebagai pelembab kulit, untuk pewangi aroma masakan atau kue dengan proses oksidasi dan dihidrolisis dengan isogeunolasetat, dan untuk obat anti infeksi Santoso, 1990. Semua bagian tanaman nilam yaitu akar, batang, dan tangkai daunnya mengandung minyak nilam. Minyak nilam yang berasal dari akar dan batang memiliki nilai berat jenis yang tinggi, mutu, dan rendemen yang rendah bila dibandingkan dengan minyak dan daun, sehingga tidak dapat disuling Ketaren, 1985. Kandungan minyak nilam terdapat pada waktu tunas mengeluarkan tiga daun pertama. Minyak nilam mengandung komponen-komponen seperti : patchouly alcohol, patchouly camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde, dan cadinene Santoso, 1990. Kandungan ini tidak bertambah, meskipun daun bertambah lebar. Oleh karena itu, panen pertama dapat dilakukan setelah tumbuh lima pasang daun Harris, 1993. Berdasarkan komponen kimianya minyak nilam dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu golongan terpen dan terpen-O. Komponen-komponen golongan terpen diantaranya α-bulnesen, seychellen, α-patchoulen, dan δ- kadinen. Komponen-komponen yang termasuk dalam golongan terpen-O disebut juga sebagai komponen-komponen berat diantaranya norpatchoulol, patchouli alkohol, dan pogostol Manitto, 1981. Komponen-komponen minyak nilam lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 1. 5 Tabel 1. Komponen-komponen terpen dan terpen-O dalam minyak nilam Komponen Formula Persen- tase Putaran Optik Titik Didih °C BM Patchouli alcohol C 15 H 26 O 30 -97,42 280,37 222,4 α -bulnesen C 14 H 22 17 8,28 242,26 190,3 α -gualen C 14 H 22 O 16 -64,5 242,25 190,3 Seychellen C 16 H 26 9 -72 259,09 218,4 α -patchoulen C 15 H 24 5 - 245,23 204,4 β -kariofilen C 15 H 24 2,8 - 110-119 204,4 β -patchoulen C 15 H 24 2 - 248,83 204,4 Pogostol C 14 H 24 O 2 -20,2 274,43 208,3 δ -kadinen C 14 H 22 2 - 246,84 190,3 Norpatchoulenol C 15 H 26 O 1 - 268,88 208,3 Caryophylen oxide C 13 H 20 O 1 - 243,18 192,3 β -elemen C 15 H 24 0,7 - 117-124 204,4 Nortetrapatchoule nol C 14 H 24 O 0,001 - 268,88 208,3 Eugenol C 10 H 12 O 2 - - 253 164,3 Benzaldehid C 7 H 6 O 6 - - 178 106,1 Sinnamaldehid C 6 H 5 CH= CHCHO - - 68-80 132,2 Sumber : Ardiana 2006 Menurut Santoso 1990, penyinaran matahari pada daun nilam dapat mempengaruhi warna daun dan kadar minyaknya. Nilam yang terkena sinar matahari langsung maka daunnya berwarna merah kekuningan dan kadar minyaknya tinggi. Nilam yang tidak terkena sinar matahari secara langsung daunnya berwarna hijau dan kadar minyaknya rendah. 6 Mutu minyak nilam tergantung pada kondisi prapanen, saat panen, dan pasca panen. Pasca panen menyangkut masalah warna, bobot jenis, zat asing, dan sebagainya Santoso, 1990. Minyak nilam hasil sulingan dapat digolongkan menjadi empat jenis mutu yang dibedakan menurut aroma yaitu : 1. Jenis ordinary dan medium, merupakan hasil penyulingan dari Indonesia dan Singapura. 2. Jenis special dan extra special, merupakan hasil penyulingan dari Perancis dan Inggris, di mana penyulingan dilakukan secara tidak langsung dan daun dipilih dahulu Harris, 1993. Berdasarkan SNI 06-2385-2006 persyaratan mutu minyak nilam ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan mutu minyak nilam No. Karakterisasi Satuan Standar 1. Warna - Kuning muda – coklat kemerahan 2. Bobot jenis 25°C25°C - 0,950 - 0,975 3. Indeks bias nD 20 - 1,507 – 1,515 4. Kelarutan dalam etanol 90 pada suhu 20 °C ± 3 °C - Larutan jernih atau opalensi ringan dengan perbandingan volume 1 : 10 5. Bilangan asam - Maksimal 8 6. Bilangan ester - Maksimal 20 7. Putaran optik - -48° - -65° 8. Patchouli alcohol C 15 H 26 O Minimal 30 9. Alpha copaene C 15 H 24 Maksimal 0,5 10. Kandungan besi Fe mgkg Maksimal 25 Sumber : SNI 2006

C. PROSES PENYULINGAN