Pembandingan Efisiensi Ketel Suling Skala IKM dengan Prototipe

74 sebanyak 4 kali. Namun bila menggunakan alat skala IKM, proses penyulingan hanya dapat dilakukan 3 kali. Oleh karena itu, produktivitas para penyuling minyak nilam dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat prototipe penyulingan Yuhono dan Shinta, 2006. Penggunaan kayu bakar dalam sistem penyulingan skala IKM lebih besar. Hal tersebut dapat dilihat dari energi yang disuplai kayu bakar dalam sistem penyulingan skala IKM lebih besar. Bila ditinjau dari penggunaan kayu bakar, sistem penyulingan menggunakan prototipe boiler lebih ekonomis dibandingkan boiler skala IKM. Berdasarkan pertimbangan keekonomisan, dengan menggunakan prototipe boiler, para penyuling minyak nilam dapat menghemat biaya bahan bakar Yuhono dan Shinta, 2006. Energi yang disuplai kayu dalam sistem penyulingan skala IKM sebesar 3.365,98 MJ, tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pembentukan energi uap air. Energi yang disuplai kayu tersebut hilang loss begitu saja. Adanya kehilangan energi tersebut membuat efisiensi boiler skala IKM menjadi rendah. Kehilangan energi pada boiler IKM lebih besar dengan ditandai suhu yang terukur pada permukaan boiler IKM lebih besar daripada prototipe, yaitu sebesar 178,5 °C sedangkan pada prototipe boiler sebesar 158,83 °C. Pada prototipe boiler, efisiensinya mencapai 77,59 . Hal tersebut dikarenakan sebagian besar energi yang disuplai kayu digunakan untuk menghasilkan energi uap air. Energi dari suplai kayu yang hilang pada prototipe boiler hanya sebesar 427,73 MJ setara dengan 22,41 dari total uap air yang dihasilkan.

b. Pembandingan Efisiensi Ketel Suling Skala IKM dengan Prototipe

Efisiensi ketel suling dalam sistem penyulingan perlu diperhatikan. Efisiensi ketel ditinjau dari kehilangan panas yang mungkin terjadi pada ketel selama proses penyulingan dan kinerjanya. Kinerja ketel suling skala IKM dan prototipe ketel suling telah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, pada bagian pembahasan ini, yang akan dibahas lebih jauh yaitu mengenai kehilangan panas terhadap efisiensi 75 ketel. Kehilangan panas pada ketel suling sama dengan salah satu kehilangan energi dalam proses penyulingan. Efisiensi prototipe ketel suling sebesar 97,20 sedangkan efisiensi ketel suling skala IKM sebesar 94,75 . Efisiensi dari kedua alat tersebut hampir sama, hanya saja efisiensi ketel suling skala IKM lebih rendah 2,45 . Pada prototipe ketel suling kehilangan panas total sebesar 39,41 MJ sedangkan kehilangan panas di ketel suling skala IKM sebesar 59,02 MJ. Berdasarkan kehilangan panas total di kedua ketel tersebut, terlihat bahwa kehilangan panas pada ketel suling skala IKM lebih besar maka sudah tentu efisiensinya lebih rendah. Oleh sebab itu, semakin besar kehilangan panas di ketel suling, maka semakin rendah efisiensinya. Data-data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan efisiensi ketel skala IKM dengan prototipe Keterangan Skala IKM Prototipe Energi yang masuk ke ketel 1.123,50 MJ 1.406,39 MJ Kehilangan energi di ketel : 1. Tutup ketel 2. Dinding ketel non- glasswool 3. Dinding ketel glasswool 4. Bodem ketel 10,23 MJ 8,86 MJ 48,79 MJ 9,23 MJ - 18,27 MJ - 3,06 MJ Pengurangan kehilangan panas dengan glasswool - 61,86 MJ Total kehilangan panas ketel 59,02 MJ 39,41 MJ Efisiensi ketel 94,75 97,20 Kehilangan terbesar panas di ketel suling skala IKM terdapat di bagian dinding ketel yaitu sebesar 48,79 MJ. Hal ini disebabkan tidak adanya penahan panas glasswool pada dinding ketel. Pada dinding prototipe ketel suling kehilangan panas tidak terlalu besar yaitu sebesar 9,23 MJ karena sebagian besar dinding diselimuti glasswool. Kehilangan 76 panas pada dinding prototipe ketel jauh lebih kecil dari ketel suling skala IKM. Hal ini tidak terlepas dari peran glasswool yang meminimalkan panas yang keluar dari dinding ketel. Glasswool memang dapat mengurangi kehilangan panas pada dinding ketel. Namun demikian kehilangan panas tidak dapat dicegah 100 dengan glasswool. Hal ini terbukti dengan pengukuran suhu pada glasswool yang digunakan untuk menghitung kehilangan kalornya. Suhu yang terukur pada permukaan glasswool ternyata masih cukup tinggi. Oleh karena itu, kehilangan panas terjadi pula di glasswool ketel suling prototipe. Kehilangan panas di glasswool pada dinding prototipe ketel suling sebesar 18,27 MJ. Total kehilangan panas di dinding dan glasswool prototipe ketel suling sebesar 39,41 MJ. Kehilangan panas total pada dinding prototipe ketel jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kehilangan panas total pada dinding ketel suling skala IKM. Perbandingan kehilangan panas pada ketel suling skala IKM dengan prototipe dapat dibandingkan dengan melihat Lampiran 3.

c. Pembandingan Efisiensi Kondensor Skala IKM dengan Prototipe