Pembandingan Kadar Patchouly Alcohol PA Analisa α-copaene dan Besi Fe

95 17.5 22.54 57.62 35.58 10 20 30 40 50 60 70 0.5 1 1.5 Campuran Tekanan bar gauge Bilangan ester sehingga bau khas minyak nilam lebih terasa daripada minyak hasil penyulingan skala IKM. Bilangan ester akan menurun bila terjadi hidrolisa ester dengan air dan suhu yang terlalu tinggi. Hidrolisa ester akan meningkatkan bilangan asam. Hal tersebut dikarenakan hidrolisa ester akan menghasilkan asam dan alkohol. Semakin tinggi tekanan yang diterapkan dalam kondisi proses, maka semakin tinggi pula suhu yang digunakan. Dengan demikian, semakin tinggi tekanan, semakin tinggi pula bilangan esternya Guenther, 1947. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 42. Pada tekanan 1,5 bar bilangan ester dari minyak nilam sebesar 57,62. Dengan demikian, kandungan minyak tersebut sebagian besar didominasi oleh komponen ester. Bau khas nilam lebih menyengat pada minyak hasil penyulingan dengan tekanan 1,5 bar. Hal ini dikarenakan komponen ester yang membentuk aroma khas dari minyak Ketaren, 1985. Gambar 42. Hubungan peningkatan tekanan terhadap bilangan ester

i. Pembandingan Kadar Patchouly Alcohol PA

Patchouly alcohol PA merupakan komponen yang paling penting dalam minyak nilam. Semakin tinggi kadar PA minyak nilam, maka semakin tinggi harga jualnya. Kadar PA ditentukan dari kualitas jenis nilam yang disuling. Kadar PA minyak nilam hasil penyulingan skala IKM 96 8.57 49.31 50.86 34.45 10 20 30 40 50 60 0.5 1 1.5 Campuran Tekanan bar gauge Kadar Patchouly Alcohol hampir sama dengan kadar PA minyak nilam hasil penyulingan dengan peralatan prototipe. Hal ini disebabkan kesamaan penggunaan jenis nilam. Patchouly alcohol merupakan senyawa seskuiterpen alkohol tersier. Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik yang lain. Mempunyai titik didih 280,37 °C dan kristal yang terbentuk memiliki titik leleh 56 °C Zainuddin, Dadan, dan Yanyan, 2004. Komponen patchouly alcohol dapat tersuling pada suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu, tingginya kadar PA dalam minyak nilam hasil penyulingan dengan peralatan prototipe terdapat pada perlakuan tekanan 1 bar dan 1,5 bar. Pada tekanan tersebut suhu menjadi lebih tinggi, sehingga PA dapat tersuling Ketaren, 1985. Suhu yang tinggi dikarenakan tekanan yang semakin tinggi dalam ketel. Kadar PA ini dapat dianalisa melalui uji Gas Chromatography . Hasil uji GC dari minyak hasil penyulingan skala IKM dan minyak hasil penyulingan dengan peralatan prototipe dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Gambar 43. Gambar 43. Pengaruh tekanan bertahap terhadap kadar Patchouly Alcohol

j. Analisa α-copaene dan Besi Fe

Analisa α-copaene dan Fe tidak dilakukan dalam penelitian ini. Namun bila terdapat kandungan α-copaene dan Fe yang melebihi batas maksimum berdasarkan SNI 2006, maka minyak nilam akan mengalami penurunan. Berdasarkan gugus fungsinya α-copaene termasuk ke dalam 97 golongan terpen yang dapat teroksidasi. Kadar α-copaene yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bilangan asam dalam minyak meningkat. Kandungan Fe dalam minyak hasil penyulingan dengan peralatan prototipe diasumsikan sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan penggunaan bahan stainless steel pada peralatan prototipe. Kontaminasi Fe pada minyak nilam dapat menyebabkan perubahan mutu warna minyak nilam Guenther, 1947. 98

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peningkatan efisiensi dan efektifitas proses produksi minyak atsiri khususnya minyak nilam masih dapat dilakukan. Peningkatan efisiensi dan efektifitas proses produksi minyak nilam ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kinerja peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan. Kinerja peralatan dalam sistem penyulingan minyak nilam dapat ditingkatkan dengan mengurangi kehilangan panas pada tiap bagian rangkaian sistem penyulingan. Hal tersebut berlaku bagi ketel suling, pipa penghubung boiler ke ketel suling, dan pipa penghubung ketel suling ke kondensor. Pengurangan kehilangan panas dalam ketel dapat dilakukan dengan cara penggunaan glasswool pada dinding ketel. Penggunaan glasswool dapat mengurangi kehilangan panas dari 89,35 MJ menjadi 27,49 MJ. Dengan demikian efisiensi energi di prototipe ketel sebesar 97,20 sedangkan efisiensi ketel skala IKM sebesar 94,75 . Kehilangan panas di pipa penghubung antar peralatan penyulingan ditentukan pula oleh panjang pipa penghubung tersebut. Dalam sistem penyulingan skala IKM kehilangan panas di pipa penghubung sebesar 23,36 MJ sedangkan pada penyulingan prototipe sebesar 85,88 MJ. Hal tersebut dikarenakan panjang pipa-pipa penghubung dalam sistem penyulingan prototipe lebih panjang daripada skala IKM sehingga luas permukaan pindah panasnya lebih besar. Kinerja dan efisiensi prototipe boiler sudah dapat dikatakan baik karena tidak ada sisa pembakaran dalam tungku. Oleh sebab itu, penggunaan kayu sebagai bahan bakar dapat dioptimalkan. Hal tersebut tidak terlepas dari penggunaan blower dalam pembakaran kayu bakar di ruang pembakaran prototipe boiler. Selain itu, dengan adanya katup pengatur tekanan pada prototipe boiler, tekanan uap air yang dihasilkan prototipe boiler lebih besar daripada boiler IKM. Dengan demikian efisiensi prototipe boiler lebih besar yaitu 77,59 dan efisiensi boiler skala IKM hanya sebesar 33,92 .