13 Kondensor terdiri atas beberapa tipe yaitu : lingkaran coil, segi empat,
zigzag, dan banyak pipa multitubular Rusli, 2003. Perubahan fase uap menjadi fase cair disebut kondensasi. Saat
kondensasi terjadi perpindahan pengeluaran sejumlah panas dari fase uap. Panas yang dikeluarkan untuk mengubah fase uap menjadi fase cair dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini : Q = U x A x ∆T
Keterangan : Q = panas yang dikeluarkan per satuan waktu Btujam
U = overall heat transfer coefficient Btuft² jam °F A = luas permukaan pipa yang dilalui uap ft²
∆ T = beda antara suhu uap dan suhu air pendingin °F
Harga U tergantung dari bentuk pipa. Jika pipa berbentuk coil maka nilai U-nya = 40 Btuft² jam °F. Bila berbentuk tubular maka nilai U-nya =
200 Btuft² jam °F Ketaren, 1985. Pada sistem kondensor, suhu udara di sekeliling kondensor sangat
mempengaruhi suhu air dan panjang pipa dibuat antara 10 sampai 30 meter. Cara pencairan uap yang paling sempurna adalah dengan mengalirkan air
pendingin berlawanan arah dengan aliran uap minyak Harris, 1993.
4. Pemisah Minyak Separator
Menurut Lutony dan Rahmawati 1994, penampung hasil kondensasi adalah alat untuk menampung distilat yang keluar dari
kondensor lalu memisahkan minyak dari air suling. Pada saat di dalam separator
penguapan dan
kehilangan minyak
dicegah dengan
mempertahankan suhu destilat dalam separator berkisar antara 20 ºC sampai dengan 25 ºC Ketaren, 1985. Namun demikian, menurut Santoso 1990,
suhu destilat hasil penyulingan diperbolehkan mencapai 40 – 45 °C. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam tidak terlalu volatil dibandingkan
minyak atsiri lainnya.
14 Separator pada sistem penyulingan dengan metode uap langsung
biasanya terdiri atas tiga ruangan. Hal tersebut dimaksudkan agar pemisahan minyak dapat dilakukan dengan sempurna Rusli, 2003.
5. Bahan Peralatan Penyulingan
Cara penyulingan dan penanganan bahan baku tentunya dapat mempengaruhi rendemen minyak nilam hasil sulingan. Namun demikian
bahan yang digunakan dalam pembuatan peralatan-peralatan penyulingan juga mempunyai peranan dalam mempengaruhi mutu minyak hasil sulingan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan peralatan penyulingan adalah logam yang digunakan untuk tempat bahan dan pipa pendingin coil
Harris, 1993. Logam yang digunakan untuk bahan peralatan penyulingan harus
tidak bereaksi dengan uap air dan uap minyak. Bila bereaksi atau bersenyawa, hasil minyak akan rusak dan tidak laku dijual. Logam yang
terbukti tidak bereaksi atau bersenyawa dengan minyak atsiri adalah baja tahan karat stainless steel dan kaca tahan panas. Logam-logam lainnya
seperti : alumunium, tembaga, timah putih, besi Fe, dan seng ada yang bereaksi dengan minyak atsiri tertentu, ada yang tidak, bergantung pada
jenis minyak yang disuling Harris, 1993.
15
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan dan Alat Uji Kinerja serta Efisiensi Sistem Penyulingan a. Bahan
Bahan yang digunakan untuk meneliti uji kinerja dan efisiensi sistem penyulingan adalah :
• Nilam kering dari Kuningan, Jawa Barat dengan umur simpan ≤ 7
hari sebagai bahan baku uji coba pada penelitian utama. Nilam tersebut dipanen saat usia 4-6 bulan.
• Air pendingin digunakan untuk mengubah fase uap campuran
minyak dan air menjadi fase cair campuran minyak dan air. •
Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar di boiler.
b. Alat
Peralatan yang digunakan untuk meneliti uji kinerja dan efisiensi sistem penyulingan terdiri dari peralatan proses penyulingan dan
peralatan pengukuran dalam proses penyulingan. Berikut ini skema peralatan penyulingan :
Gambar 2. Skema peralatan penyulingan
Separator