89
1.414 1.417
1.415 1.413
1.41 1.411
1.412 1.413
1.414 1.415
1.416 1.417
1.418
0.5 1
1.5 Campuran
Tekanan bar gauge Nilai indeks
bias
Gambar 38. Hubungan peningkatan tekanan terhadap nilai indeks bias minyak nilam
Pada Gambar 38 terlihat nilai indeks bias terendah dihasilkan dari kondisi proses penyulingan dengan tekanan 0,5 bar yaitu sebesar 1,413.
Nilai indeks bias tertinggi diperoleh dari penyulingan dengan tekanan 1,5 bar sebesar 1,417. Hal tersebut menunjukkan pada tekanan 1,5 bar,
komponen yang tersuling merupakan komponen berat yang menyebabkan nilai indeks biasnya tinggi. Selain itu, semakin lama waktu penyulingan
maka nilai indeks bias akan semakin meningkat Guenther, 1947. Pencampuran pada minyak hasil penyulingan prototipe dimaksudkan untuk
memperoleh nilai indeks bias minyak secara keseluruhan dalam satu kali proses penyulingan dengan peralatan prototipe.
d. Pembandingan Bobot Jenis
Tinggi rendahnya nilai bobot jenis minyak bergantung pada komponen yang dominan di dalam minyak tersebut. Semakin tinggi bobot
jenis minyak nilam maka semakin tinggi kandungan komponen fraksi beratnya. Fraksi-fraksi berat tersebut tentunya memiliki angka bobot
molekul yang tinggi Nurjanah, et al., 1991. Berdasarkan data Tabel 16, bobot jenis minyak hasil penyulingan
skala IKM sebesar 0,973 sedangkan bobot jenis minyak hasil penyulingan dengan alat prototipe sebesar 0,953. Bobot jenis minyak nilam hasil
1.410
90
0.953 0.987
0.975
0.914
0.86 0.88
0.9 0.92
0.94 0.96
0.98 1
0.5 1
1.5 Campuran
Tekanan bar gauge Nilai bobot
jenis
penyulingan dengan alat prototipe lebih rendah dari skala IKM. Hal ini membuktikan komponen fraksi berat dalam minyak hasil penyulingan
dengan alat prototipe lebih sedikit. Hal tersebut juga didukung dari pengujian indeks biasnya.
Peningkatan tekanan dalam kondisi proses penyulingan prototipe dapat mengekstrak komponen fraksi berat. Fraksi berat dalam proses sistem
penyulingan prototipe dapat terekstrak dengan menggunakan tekanan 1,5 bar gauge. Semakin tinggi tekanan yang diterapkan dalam kondisi proses
penyulingan prototipe maka semakin tinggi bobot jenisnya. Selain itu, semakin lama proses penyulingan maka bobot jenis minyak yang dihasilkan
akan semakin tinggi Guenther, 1947. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya komponen fraksi berat yang dapat terekstrak.
Gambar 39. Hubungan peningkatan tekanan terhadap nilai bobot jenis minyak nilam
Berdasarkan Gambar 39 bobot jenis minyak terendah diperoleh dari hasil penyulingan dengan tekanan 0,5 bar sebesar 0,914. Hal tersebut
dikarenakan pada kondisi tekanan penyulingan 0,5 bar, komponen yang tersuling merupakan komponen ringan. Nilai bobot jenis tertinggi diperoleh
dari proses penyulingan dengan 1,5 bar sebesar 0,967. Bobot jenis minyak secara keseluruhan sebesar 0,953. Bobot jenis minyak keseluruhan tersebut
91 diperoleh dengan menguji minyak nilam campuran dari hasil proses
penyulingan dengan tekanan 0,5 bar, 1 bar, dan 1,5 bar. Dengan demikian, bobot jenis minyak keseluruhan dalam satu kali proses penyulingan dengan
peralatan prototipe dapat diketahui.
e. Pembandingan Putaran Optik