72 efisiensinya pun meningkat. Efisiensi energi yang tinggi pada kondensor
menyebabkan suhu rata-rata destilat yang dihasilkan sudah cukup optimal dan cenderung lebih dingin yaitu sebesar 31,17 °C. Efisiensi
energi kondensor ini dapat dilihat lebih jelas perhitungannya pada Lampiran 3 dan dalam Gambar 31 berikut ini.
Gambar 31. Efisiensi Prototipe Kondensor
3. Pembandingan Efisiensi Peralatan Penyulingan Skala IKM dengan Prototipe
a. Pembandingan Efisiensi Boiler Skala IKM dengan Prototipe
Alat penghasil uap air yang digunakan dalam penyulingan skala IKM berupa gabungan tungku dan boiler. Boiler skala IKM yang
digunakan berupa drum yang berisi air. Kapasitas air dalam boiler skala IKM lebih kecil daripada prototipe boiler. Bila kapasitas air dalam boiler
skala IKM kecil maka jumlah uap air yang dihasilkan juga lebih kecil. Namun bila jumlah uap air yang dihasilkan memerlukan energi kayu
bakar yang sedikit, maka kinerja dan efisiensi alat tersebut semakin baik. Kinerja boiler skala IKM serta prototipe boiler telah diuraikan pada
pembahasan sebelumnya. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, yang menjadi sorotan utamanya yaitu efisiensi kedua peralatan
penyulingan tersebut. Perbedaan penggunaan boiler skala IKM dengan prototipe boiler dapat dilihat pada Tabel 13.
Kondensor ξ = 98,57
T
steam
= 111,61;120,42;127,62 °C
T
destilat
= 31,17 °C
Energi keluar cairan
1.336,29 MJ Energi masuk
gas 1.355,63 MJ
73 Tabel 13. Perbedaan penggunaan boiler skala IKM dengan prototipe
boiler No.
Keterangan Boiler
Skala IKM Prototipe
Boiler 1.
Rata-rata penggunaan total airjam
55,75 literjam 92,83
literjam 2.
Rata-rata konsumsi kayu bakarjam
21,69 kgjam 16,40 kgjam
3. Total energi uap air yang
dihasilkan 1.141,66 MJ
1.480,93 MJ
4. Total energi yang disuplai
kayu 3.365,98 MJ
1.908,66 MJ 5.
Konsumsi uap airjam 142,71 MJ
246,82 MJ 6.
Konsumsi energi kayujam 420,75 MJ
318,11 MJ 7.
Rata-rata kadar air kayu 62,4
75,25 8.
Lama penyulingan 8 jam
6 jam 9.
Efisiensi 33,92
77,59
Berdasarkan data-data Tabel 13, penggunaan air pada prototipe boiler
lebih besar daripada boiler skala IKM. Walaupun kebutuhan penggunaan air pada prototipe boiler lebih besar, namun energi uap air
yang dihasilkan pun lebih besar. Jumlah uap air yang kecil membuat proses penyulingan berjalan lebih lama.
Energi uap yang dihasilkan prototipe boiler lebih besar 339,27 MJ dari boiler skala IKM. Jumlah energi uap yang lebih besar tersebut,
dapat mempercepat proses penyulingan selama ± 2 jam dalam sistem penyulingan prototipe. Oleh karena itu, bila ditinjau dari segi lama waktu
proses penyulingan, maka sistem penyulingan prototipe lebih efisien Lesmayanti, 2004.
Jika industri penyulingan dilakukan selama 24 jam nonstop, maka dengan menggunakan alat prototipe, penyulingan dapat dilakukan
74 sebanyak 4 kali. Namun bila menggunakan alat skala IKM, proses
penyulingan hanya dapat dilakukan 3 kali. Oleh karena itu, produktivitas para penyuling minyak nilam dapat ditingkatkan dengan menggunakan
alat prototipe penyulingan Yuhono dan Shinta, 2006. Penggunaan kayu bakar dalam sistem penyulingan skala IKM
lebih besar. Hal tersebut dapat dilihat dari energi yang disuplai kayu bakar dalam sistem penyulingan skala IKM lebih besar. Bila ditinjau dari
penggunaan kayu bakar, sistem penyulingan menggunakan prototipe boiler
lebih ekonomis dibandingkan boiler skala IKM. Berdasarkan pertimbangan keekonomisan, dengan menggunakan prototipe boiler, para
penyuling minyak nilam dapat menghemat biaya bahan bakar Yuhono dan Shinta, 2006.
Energi yang disuplai kayu dalam sistem penyulingan skala IKM sebesar 3.365,98 MJ, tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam
pembentukan energi uap air. Energi yang disuplai kayu tersebut hilang loss begitu saja. Adanya kehilangan energi tersebut membuat efisiensi
boiler skala IKM menjadi rendah. Kehilangan energi pada boiler IKM
lebih besar dengan ditandai suhu yang terukur pada permukaan boiler IKM lebih besar daripada prototipe, yaitu sebesar 178,5 °C sedangkan
pada prototipe boiler sebesar 158,83 °C. Pada prototipe boiler, efisiensinya mencapai 77,59 . Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
energi yang disuplai kayu digunakan untuk menghasilkan energi uap air. Energi dari suplai kayu yang hilang pada prototipe boiler hanya sebesar
427,73 MJ setara dengan 22,41 dari total uap air yang dihasilkan.
b. Pembandingan Efisiensi Ketel Suling Skala IKM dengan Prototipe