Pendekatan Sistem dan Soft System Methodology

2.8. Pendekatan Sistem dan Soft System Methodology

Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam batas lingkungan tertentu. dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan. Komponen dalam hal ini adalah benda. baik konkret maupun abstrak yang saling terkait membentuk sistem; Adapun tujuan sistem adalah kinerja sistem yang diinginkan. dimana kinerja ini sangat tergantung kepada fungsi unsur dan interaksinya di dalam batasan sistem. Dengan demikian jika salah satu unsur sistem terganggu. maka akan berdampak terhadap kinerjanya. Sistem merupakan kumpulan elemen-elemen dan obyek yang saling menerangkan. dalam interaksi dan mempunyai ketergantungan diantaranya. Menurut Eriyatno, 2003; Muhammadi et al. 2001. Sistem mempunyai dua sifat utama. terkait dengan aspek struktur dan perilaku. Struktur sistem berkaitan dengan susunan dan interaksi diantara elemen-elemen penyusunnya. sedangkan perilaku sistem berkaitan erat dengan input dan output sistem. Di samping itu sebuah sistem pada umumnya mempunyai beberapa sifat dasar. yaitu: berorientasi pada tujuan, bersifat sinergis, terbuka terhadap lingkungan, ada transformasi yang berupa proses perubahan dari input menjadi output yang dilakukan sistem, Interaksi antara Bagian maupun subsistem, Adanya mekanisme pengendalian berupa sistem umpan balik feedback 2.8.1. Pemodelan Sistem Dalam penelitian ini. prosedur teknik pemodelan dilakukan mengikuti tahapan sebagaimana diuraikan Saxena et al. 1992 dan Kanungo and Bhatnagar 2002. Adapun langkah-langkahnya adalah sbb:

1. Identifikasi elemen. Pada tahap ini setiap elemen sistem diidentifikasi dan

didaftar. Identifikasi elemen diperoleh melalui penelitian, brainstorming diskusi curah pendapat, maupun studi literatur dan sebagainya. Teknik ISM memberikan basis analisa program dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perencanaan strategis. Menurut Saxena et al. 1992 dalam Eriyatno 2003 program dapat dibagi menjadi 9 sembilan elemen, yaitu: 1 Sektor masyarakat yang terpengaruhi 2 Kebutuhan dari program 3 Kendala utama 4 Perubahan yang dimungkinkan 5 Tujuan dari program 6 Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan 7 Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan 8 Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas 9 Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program

2. Hubungan kontekstual. Tahap ini menetapkan hubungan kontekstual antar

elemen, yang merupakan pengembangan berdasarkan tujuan pemodelan. Hubungan kontekstual antar sub-elemen, dimana terkandung adanya suatu pengarahan direction ke dalam 5 jenis, yaitu: Pembandingan comparative, Pernyataan definitive , Pengaruh influence , Keruangan spatial , Kewaktuan temporaltime scale Tabel 6. Hubungan kontekstual pada teknik ISM selalu dinyatakan dalam terminologi sub ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan antar sub elemen, dimana terkandung suatu arahan pada hubungan tersebut. Hubungan tersebut dapat juga bersifat kuatitatif, misalnya A 20 lebih berat daripada B. Tabel 6. Keterkaitan antar Sub-elemen pada Teknik ISM No. Jenis Interpretasi 1 Perbandingan comparative A lebih pentingbesarindah daripada B 2 Pernyataan definitive A adalah atribut B A termasuk di dalam B A mengartikan B 3 Pengaruh influence A menyebabkan B A adalah sebagian penyebab B A mengembangkan B A menggerakkan B A meningkatkan B 4 Keruangan spatial A adalah selatanutara B A di atas B A sebelah kiri B 5 Kewaktuan temporaltime scale A mendahului B A mengikuti B A mempunyai prioritas lebih dari B

3. Matriks interaksi tunggal terstruktur Structural Self Interaction Matrix-

SSIM . Matriks ini dibangun berdasarkan persepsi responden terhadap hubungan antar elemen yang dinilai. Berdasarkan pertimbangan Hubungan Kontekstual maka disusunlah Structural Self-Interaction Matrix SSIM. Penyusunan SSIM menggunakan symbol V, A, X, dan O. Ada 4 empat symbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan antar dua elemen yang dikaji. Simbol tersebut adalah: V adalah e ij = 1 dan e ij = 0 A adalah e ij = 0 dan e ij = 1 X adalah e ij = 1 dan e ij = 1 O adalah e ij = 0 dan e ij = 0 Keterangan: 1 = terdapatada hubungan kontekstual antara elemen i dan j 0 = tidak terdapattidak ada hubungan kontekstual antara elemen i dan j.

4. Matriks Reachability Reachability Matrix-RM. Matriks ini dibangun

dengan mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah matriks biner. 5. Untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam level yang berbeda dari struktur ISM, dilakukan pemeringkatan tingkat partisipasi. 6. Matrix Cannonical. Matriks ini dikembangkan dengan pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama. Matriks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi, dengan nilai = 0 dan terendah = 1. Matriks inilah yang pada tahap selanjutnya berguna dalam mempersiapkan digraph.

7. Digraph adalah konsep yang berasal dari Directional Graph, yaitu sebuah

grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dalam level hirarki. Digraph awal dipersiapkan dalam basis matriks canonical, sedangkan digraph akhir dibentuk dari digraph awal, dengan cara memotong dan memindahkan semua komponen transitif.

8. Interpretative Structural Model: ISM dibangkitkan dengan memindahkan

seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual. Hasil akhir ISM memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem berikut dengan alur hubungannya.

b. Klasifikasi sub elemen