Laju pembangunan kota sering melupakan bahwa penduduk kota memiliki kebutuhan untuk hidup sehat di lingkungan kotanya. Kondisi udara kota
yang berkualitas, dan terjaminnya ketersediaan air bersih untuk kebutuhan hidup, serta ketersediaan ruang publik sebagai sarana berinteraksi antar warga kota
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, rumusan masalah penelitian yang
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan pokok penelitian adalah „Upaya strategis apa yang harus ditempuh untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH
’ agar pembangunan Bogor sebagai Kota Hijau dapat segera terwujud? Selanjutnya
pertanyaan pokok tersebut diurai dalam pertanyaan lanjutan sebagai berikut: 1. Bagaimana dinamika perubahan penutupan lahan di Kota Bogor tahun 1972-
2011? Faktor apa yang menjadi pemicu konversi lahan RTH menjadi kawasan terbangun, dan apa dampaknya terhadap ketersediaan RTH?
2. Bagaimana pengaruh penurunan luas RTH terhadap kondisi ekologis kota? Seberapa besar potensi RTH eksisting memberikan manfaat ekologis dalam
menurunkan banjir? Apa pengaruh penurunan luas RTH terhadap kualitas udara kota? Seberapa besar luas RTH yang dibutuhkan untuk dapat
meningkatkan kualitas udara kota dengan berperan sebagai penjerap polutan di udara? Dan berapa besar luas RTH untuk penjerab karbon?
3. Apakah ketersediaan RTH Kota Bogor sudah sesuai dengan arahan UU No 26 Tahun 2007? upaya strategis yang dapat diprioritaskan untuk
mempercepat perwujudan 30 RTH kota? Alternatif skenario seperti apa yang dapat diusulkan untuk memaksimalkan potensi ekologis RTH kota?
4. Bagaimana kebijakan strategis pengelolaan RTH kota untuk pembangunan Kota Hijau ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang bangun sistem pengelolaan RTH kota untuk pembangunan kota hijau. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis dinamika perubahan tutupan lahan kota, termasuk penurunan RTH kota, dan dampaknya terhadap banjir, emisi karbon, dan
konsentrasi polutan udara kota. 2.
Mengkaji luasan RTH eksisting, dan pengaruhnya untuk mereduksi limpasan permukaan, menjerap polutan, serta menyimpan dan menjerap
Carbon. Membuat prediksi ketercukupan luas RTH kota dengan fasilitas tree growth modelling
yang ada dalam program CITYGreen 5.0. 3. Menyusun rancang bangun sistem pengelolaan RTH Kota untuk
pembangunan kota hijau dan kebijakan strategis untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH kota.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan pengelolaan RTH Kota, dan penyusunan
program pengelolaan RTH yang lebih baik. 2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Bogor dalam
perbaikan rencana detail tata ruang kota yang terperinci serta mewujudkan RTH 30 sesuai amanat UU PR No. 26 tahun 2007.
3. Sebagai acuan bagi penelitian terkait pengembangan RTH kota, dan pengelolaannya, untuk terwujudnya pembangunan Kota Hijau.
1.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian mengacu pada fenomena makin pesatnya pembangunan yang meningkatkan kawasan terbangun dan menurunkan luasan
RTH Kota, yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas tanah dalam meresapkan air, dan memperbesar volume limpasan permukaan. Kondisi
demikian merupakan pemicu terjadinya banjir. Meskipun telah banyak upaya dilakukan pemerintah dalam pengendalian banjir, namun belum nampak
membuahkan hasil. Pengelolaan RTH merupakan salah satu upaya konservasi air, dengan manfaat mengurangi jumlah air limpasan yang masuk ke sungai,
menurunkan debit sungai dan menurunkan resiko kejadian banjir. Laju penambahan kendaraan bermotor memicu kemacetan dan menurunkan kualitas
udara kota, akibat tingginya emisi CO dan konsentrasi polutan di udara. Dampak dari degradasi kualitas lingkungan tersebut mempengaruhi kenyamanan dan
kesejahteraan warga kota, dan menimbulkan biaya sosial yang tinggi. Agar dapat mengelola RTH kota yang mampu meresapkan air, dan
mereduksi polutan udara maka ada beberapa faktor yang menjadi perhatian berkaitan dengan pengaruhnya terhadap ketercukupan luas RTH yang
dibutuhkan agar fungsi ekologisnya dapat berjalan dengan baik. Jenis tanah,
vegetasi, dan jenis penutupan tanah merupakan faktor yang berpengaruh. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.
Dalam upaya untuk meningkatkan jumlah RTH kota, perencana selalu dihadapkan pada lemahnya argument yang dapat menjelaskan manfaat
keberadaan RTH kota tersebut, terutama jika ditinjau dari nilai ekonominya Cranz, 1983; Harnick, 2000. Kondisi ini membuat penelitian tentang valuasi jasa
ekosistem RTH menjadi sebuah kajian yang semakin menarik untuk dilakukan. US Forest, sebuah organisasi non profit mempelopori pendekatan cost-benefit
analysis valuasi jasa ekosistem ini dengan mengembangkan sebuah program
analisis berbasis Sistem Informasi Geografi SIG untuk menghitung nilai manfaat ekonomi hutan kota dan fitur alami kota dengan program aplikasi
CityGreen, yang bermanfaat dalam pendugaan manfaat kanopi pohon dari suatu
ekosistem alami dan hutan kota. Program CityGreen ini dipromosikan sebagai tools
yang dapat mempengaruhi kebijakan publik tentang hutan kota, terutama pohon. Kajian aplikasi perangkat lunak ini mempunyai kemampuan analisis
valuasi jasa ekosistem untuk lima manfaat utama, yaitu: kemampuan reduksi limpasan permukaan, potensi daya rosot karbon, potensi penjerab polutan,
potensi penghematan energi, landcover breakdown dan tree growth modelling, dengan hasil luaran analisis berupa peta dan angka-angka manfaat ekonomi dan
ekologi yang mudah difahami. Dalam penelitian ini dibatasi untuk tiga kajian yaitu analisis aliran permukaan, analisis potensi penjeraban karbon dan potensi
reduksi polutan. Kota Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa
kota yang secara alami mempunyai bentukan lanskap yang indah dan nyaman ini dalam perkembangan kotanya menghadapi ancaman penurunan kualitas
ekosistem, terutama terkait semakin tingginya tingkat pencemaran udara. Untuk mengantisipasi dampak tersebut, maka keberadaan RTH menjadi hal penting
yang harus mendapat perhatian semua pihak. Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bogor 2011-2031 yang tertuang dalam Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2011, pemenuhan kebutuhan RTH ideal Kota Bogor terhadap jumlah penduduk masih belum mencukupi. Pemerintah Kota Bogor
dalam upayanya untuk mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan, telah mencanangkan pencapaian RTH 30 sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-undang Penataan Ruang No. 26 tahun 2007, untuk dapat direalisasikan pada tahun 2030.
Dengan aplikasi program CityGreen dalam penelitian ini, diharapkan permasalahan dampak ini dapat diatasi, karena kemampuan analisisnya dapat
membantu dalam pendugaan kapasitas ekosistem Kota Bogor, dalam hal ini potensi RTH eksisting dalam mereduksi limpasan permukaan, penjerap karbon
dan reduksi polutan, dan analisis valuasi nilai ekonomi RTH kota, dengan hasil analisis berupa peta dan angka-angka yang sederhana dan mudah dibaca oleh
berbagai kalangan, yang dapat mendukung argument dalam pengendalian alih fungsi lahan.
Rancang bangun sebuah model pengelolaan RTH kota dengan pendekatan sistem sangat diperlukan untuk dapat memperbaiki strategi yang
menghambat peningkatan kuantitas dan kualitas RTH kota demi terwujudnya pembangunan kota hijau. Alasan penggunaan pendekatan sistem adalah karena
permasalahan yang dihadapi bersifat kompleks dan tidak mungkin dilakukan pendekatan secara parsial. Secara khusus perancangan model ini akan
menggunakan pendekatan metodologi system lunaksoft system methodology Interpretative Structural ModellingISM dan hard system methodology aplikasi
CITYGreen . Model ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk penyempurnaan
atau perumusan kembali kebijakan strategis agar upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Bogor Kota Hijau dapat diwujudkan.
1.6. Kebaruan Novelty