Proyeksi Kebutuhan Luas RTH Kota Bogor

RTH berbentuk hutan kota ini sangat diperlukan karena fungsi tegakan pohonnya dalam mereduksi polutan dan carbon lebih efektif dibanding RTH dengan dominasi semak rumput. Pendugaan kebutuhan luas RTH kota secara cepat juga dapat dihitung dengan mengacu pada Inmendagri No 14 Tahun 1988, dimana ketentuannya adalah setiap kota harus menyediakan RTH dengan minimal luasan sebesar 40 dari total luas wilayah kota. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 23, atau juga dapat diperhitungkan berdasar ketentuan Permendagri No. 1 tahun 2007, dimana 20 luas wilayah kota harus dihijaukan; serta UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menetapkan luasan RTH sebesar 30 dari total luas wilayah kota. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel24. Dengan kedudukan Bogor sebagai salah satu kota satelit yang bersama kota satelit lainnya di sub urban mengelilingi kota utama Jakarta, kondisi ini memicu pertumbuhan pemukiman dan property, yang berdampak perubahan tata guna lahan yang sangat cepat. . Tabel 23. Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988 Standar Luas RTH sebesar 40 luas wilayah kota Kecamatan Luas ha Standar Kebutuhan RTH Kebutuhan RTH ha Bogor Selatan 3.081,00 40 1.232,40 Bogor Timur 1.015,00 40 406,00 Bogor Utara 1.772,00 40 708,80 Bogor Tengah 813,00 40 325,20 Bogor Barat 3.285,00 40 1.314,00 Tanah Sareal 1.884,00 40 753,60 Jumlah 11.850,00 4.740,00 Berdasarkan hasil perhitungan dengan mengacu pada proporsi terhadap luas kota dalam beberapa ketentuan tersebut, maka Kota Bogor menuju Kota Hijau harus menyediakan ragam ekosistem yang bisa dipertahankan kelestariannya dengan rasio yang lebih baik. Untuk itu diperlukan lahan RTH seluas 4.740 ha 40 atau 3.555 ha 30 atau minimal 2.370 ha 20; atau jika berbentuk hutan kota minimal 10 luas kota 1.185 ha. Luasan RTH menurut perhitungan di atas menurut Mool 1997, jika ditargetkan RTH 40 luas kota, dapat dipenuhi dengan cara menanam 20 pohon besar setiap 4000m 2 . Tabel 24. Kebutuhan RTH Berdasarkan UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 Standar luas RTH sebesar 30 luas wilayah kota Kecamatan Luas ha Standar Kebutuhan RTH Kebutuhan RTH ha Bogor Selatan 3.081,00 30 924,30 Bogor Timur 1.015,00 30 304,50 Bogor Utara 1.772,00 30 531,60 Bogor Tengah 813,00 30 243,90 Bogor Barat 3.285,00 30 985,50 Tanah Sareal 1.884,00 30 565,20 Jumlah 11.850,00 3.555,000 Seiring dengan perkembangan Kota Bogor, laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor semakin pesat dari tahun ke tahun.Untuk menuju pada terwujudnya Kota Hijau maka keseimbangan antara produksi emisi karbon dan luas RTH sebagai penjerab emisi karbon harus diupayakan agar dapat seimbang. Konsep yang dikembangkan adalah melalui peningkatan kuantitas dan kualitas RTH kota. Oleh karenanya maka akan dibahas perhitungan luas RTH berdasarkan fungsi penjerap emisi karbondioksida. 5.4.1. Kebutuhan luasan RTH berdasarkan fungsi sebagai penyerap CO 2 Untuk dapat memprediksi kebutuhan luas RTH sebagai penyerap CO 2 maka terlebih dahulu dihitung jumlah total karbondioksida yang diemisikan, dalam hal ini dibatasi pada dua sumber, yaitu CO 2 yang diemisikan oleh penduduk dan oleh kendaraan bermotor. A. Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk Kota Bogor Peningkatan jumlah penduduk yang pesat akan berpengaruh terhadap emisi karbondioksida yang dihasilkan, sebagaimana menurut White et.aldisitasi Wisesa 1988, setiap orang mengoksidasi 300 kalori makanannya per hari dengan 600 liter O 2 dan menghasilkan 480 liter CO 2 ; jadi setiap manusia dalam hidupnya menghasilkan 480 liter CO 2 atau 968 gram CO 2 40,33 gram CO 2 jam atau sebesar 0,968 kghari.Menurut Environmental Protection Agency 2010, pernafasan manusia menghasilkan CO 2 sebesar 1kghr atau setara 0,365 tonorangtahun.Maka semakin tinggi jumlah penduduk emisi yang dihasilkan pun semakin tinggi pula.Untuk perhitungan ini maka diperlukan data proyeksi jumlah penduduk kota hingga tahun 2030. Prediksi jumlah penduduk Kota Bogor hingga tahun 2030 ini disitasi dari hasil kajian Laksmitasari 2011, bahwa pada tahun 2030 total jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 1.428.488 jiwa, tersebar di Kecamatan Bogor Barat sebesar 371,615 jiwa, Tanah Sareal 282,620 jiwa, Bogor Selatan 269,070 jiwa, Bogor Utara 238,372 jiwa, Bogor Timur 151,362 jiwa, dan Bogor Tengah 115.449 jiwa. Tabel 25 memprediksikan CO 2 yang dihasilkan penduduk Kota Bogor.Tahun 2010 jumlah CO 2 yang dihasilkan penduduk adalah 335.324 tontahun; sedangkan tahun 2030 sebesar 504.713,38 tontahun. Tabel25. Prediksi CO2 yang dihasilkan Penduduk Kota Bogor Tahun Jumlah Penduduk CO2 yang dihasilkan individu kghari Total CO2 Kota Bogor kghari Total CO2 Kota Bogor tontahun 1995 647.913 0,968 627.179,78 228.920,62 1996 671.405 0,968 649.920,04 237.220,81 1997 673.880 0,968 652.315,84 238.095,28 1998 680.514 0,968 658.737,55 240.439,21 1999 746.694 0,968 722.799,79 263.821,92 2000 714.712 0,968 691.841,22 252.522,04 2001 760.329 0,968 735.998,47 268.639,44 2002 789.423 0,968 764.161,46 278.918,93 2003 820.707 0,968 794.444,38 289.972,20 2004 831.571 0,968 804.960,73 293.810,67 2005 855.085 0,968 827.722,28 302.118,63 2006 879.138 0,968 851.005,58 310.617,04 2007 905.132 0,968 876.167,78 319.801,24 2008 942.204 0,968 912.053,47 332.899,52 2010 949.066 0,968 918.695,89 335.324,00 2030 1.428.488 0,968 1.382.776,38 504.713,38 Sumber: Laksmitasari 2011 Data Diolah B. Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor Emisi total karbondioksida CO 2 Kota Bogordihasilkan dari karbondioksida CO 2 yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor yang dihitung berdasarkan rumus Guttikunda 2008, dan emisi dari penduduk kota. Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut : Emisi CO 2 tontahun = Jumlah KendaraanPanjang lintasan yang ditempuh kmtahun Faktor Emisi gkm 10 -6 tonsg Tabel 26. Emisi CO 2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor tahun 2010 Dari Tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa total emisi CO 2 yang dihasilkan berbagai jenis kendaraan bermotor pada tahun 2010 sebesar 225.117 ton. Dari jumlah tersebut mobil pribadi memberikan kontribusi terbesar; disusul oleh mobil truk, sepeda motor, dan angkutan kota. Sehingga jika digabungkan dengan emisi karbon dari penduduk, total emisi karbondioksida sebesar 560.441 tontahun. Menurut Bernatzky 1978 kemampuan RTH dalam bentuk hutan kota menyerap CO 2 adalah 75000grjamha. Sehingga untuk menyerap total emisi karbon kota Bogor tahun 2010 yang besarnya 560.441 tontahun diperlukan luasan RTH sebesar 7.470 hektar. Data pertumbuhan kendaraan harus diwaspadai karena ada kecenderungan tidak terkendali. Mobil pribadi meningkat 200, dari 18.000 unit tahun 2000 menjadi 38.000 unit tahun 2010, mobil truk dari 1.950 unit menjadi 2.500 unit, bahkan sepeda motor yang pada tahun 2000 baru ada 20.000 unit, meningkat 600 menjadi 120.000 unit pada tahun 2010, sedangkan angkutan kota dari 2.400 unit menjadi 3.400 unit. Dengan trend peningkatan jumlah kendaraan yang tinggi, maka dapat dihitungdiprediksikanjumlah kendaraan pada tahun 2015 hingga 2040.Apabila tidak ada intervensi kebijakan yang mengendalikan pertambahan jumlah kendaraan, maka dalam 30 tahun ke depan diprediksikan sudah melebihi 500.000 unit Tabel 27. Jumlah Kendaraan Jarak tempuh jumlah hari Faktor emisi Emisi CO 2 Jenis Kendaraan unit kmhari aktif CO 2 gkm ton Sepeda Motor 128.281 20 365 40 37.460,00 Agkutan Kota 3.413 96 365 200 23.900,30 Mobil pribadi 38.615 20 365 200 56.380,00 Truk 2.591 90 365 850 72.347.00 Mobil tanki 136 90 365 850 3.798.00 pick up 4.584 72 365 200 24.094.00 mobil box 1.199 72 365 200 6.300.00 bus trans pakuan 30 90 365 850 838.11 Jumlah 178.85 225.117.00 Sumber: DLLAJ , data diolah 2009 Tabel.27 Prediksi jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor 30 tahun mendatang

5.6. Validasi Model

Dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak berbasis Sistem Informasi Geografis, yaitu model aplikasi perangkat lunak CityGreen, yang merupakan salah satu ekstensi dari ArcView. Dengan model ini, dari peta digital Citra Landsat dan Citra Quickbird dapat disusun database dan data atribut penutupan lahan yang terbagi dalam 3 theme, yaitu Non canopy theme, Canopy theme dan study area . Model ini bermanfaat sebagai alat bantu dalam analisis kecenderungan perubahan tutupan lahan landcover Kota. Fokus analisis dalam penelitian ini adalah untuk valuasi ekonomi manfaat RTH kota dalam fungsinya menurunkan mereduksi volume limpasan permukaan, serta reduksi penjerapan carbon dan berbagai polutan yang ada di udara kota. Sebelum digunakan untuk simulasi rancangan scenario, model CITYGreen ini terlebih dahulu diverifikasi terhadap hasil pengukuran lapang.Verifikasi dan validasi mencakup tiga aspek yaitu pendugaan reduksi limpasan permukaan, penjerapan Carbon dan penyerapan polutan SOx dan NOx. Ketiga tahapan tersebut akan dijelaskan pada pembahasan berikut. 5.6.1. Validasi Model untuk pendugaan Limpasan Permukaan Uji keberlakuan model dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran di lapang dengan hasil pendugaan yang diperoleh dari model CITYgreen. Pengukuran lapang dilakukan pada 12 plot lahan yang tersebar di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, Tanah Sareal dan Bogor Utara. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai tengah antara kedua hasil pengukuran tersebut, dengan mempergunakan uji T T-test. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi sebesar - 1,604234361 lebih kecil dari pada nilai t kritis dua arah 2,200985. Hal ini Jumlah kendaraan unit Jenis Kendaraan 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 Sepeda Motor 128.281 182.417 236.553 290.685 344.825 398.965 453.095 Agkutan Kota 3.413 3.914 4.414 4.915 5.415 5.916 6.416 Mobil pribadi 38.615 48.846 59.075 69.035 79.533 89.762 99.991 Truk 2.591 2.911 3.231 3.551 3.871 4.191 4.511 Mobil tanki 136 181 225 271 316 361 406 pick up 4.584 5.314 6.044 6.774 7.504 8.234 8.964 mobil box 1.199 1.524 1.849 2.174 2.499 2.824 3.148 bus trans pakuan 30 45 60 75 90 105 120 Jumlah 178.851 245.152 311.452 377.753 444.053 510.358 576.651 Sumber: DLLAJ , data diolah 2009 menunjukkan bahwa hasil pendugaan model analisis CITYGreen tidak berbeda nyata dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran lapang. Hasil yang diperoleh dari kedua metode perhitungan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pernyataan ini membuktikan bahwa metode analisis CITYgreen dapat dijadikan sebagaialat analisis yang valid dan dapat digunakan dalam perencanaan RTH Kota. Hasil verifikasi untuk uji keberlakuan ini disajikan pada Tabel 28 dan Lampiran 2. Tabel 28. Verifikasi dan validasi Model CITYGreen untuk pendugaan limpasan permukaan Pengukuran Lapang CITYgreen 0,050 0,068 0,037 0,013 0,043 0,049 0,033 0,042 0,044 0,053 0,048 0,074 0,032 0,028 0,046 0,050 0,043 0,051 0,039 0,046 0,039 0,045 0,041 0,043 Validasi Model CITYgreen dengan Uji t Vol Air Limpasan