Manfaat RTH Kota Sebagai penjerap dan penyimpan karbon Manfaat RTH sebagai Penjerap polutan

mengalirnya air. Konsep ini yang dikembangkan sebagai upaya pengendalian banjir dengan peningkatan kuantitas RTH kota. Kemampuan tanah dalam menyerap air ini selain ditentukan oleh tipe penutupan lahannya, juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi yang ada di atasnya. RTH mampu menyimpan air tanah sebesar 900m 3 hatahun Dinas Pertamanan, 2003 yang akan sangat bermanfaat dalam mengisi air tanah untuk keperluan domestik. Menahan air hujan selama mungkin untuk memberikan waktu kesempatan bagi air hujan untuk meresap ke dalam tanah merupakan upaya penanganan banjir, yaitu dalam bentuk menanam pohon, membuat sumur resapan, lubang biopori atau rorak dan guludan. Disamping itu juga dengan menahan air pada badan air, dengan membuat waduk, dam penahan maupun dam pengendali, serta situ buatan embung.

2.3.2. Manfaat RTH Kota Sebagai penjerap dan penyimpan karbon

Lapisan gas rumah kaca GRK yang terdapat pada bagian atas lapisan atmosfer secara alami mempunyai peran penting sebagai filterpenyaring dan screen penyekat bagi bumi; yang bermanfaat mencegah terjadinya radiasi gelombang pendek yang berbahaya bagi manusia Gambar 6. Salah satu dari gas rumah kaca adalah CO 2 yang berasal dari letusan gunung berapi, proses pernafasan manusia, aktifitas tranportasi penduduk dan industri, respirasi pohon dan pelapukan bahan organik Dahlan, 2007. Dalam siklus alaminya pohon yang sudah mati dan lapukmembusuk akan melepaskan karbon yang tersimpan kembali ke atmosfir, meskipun pada awalnya karbon tersebut akan tertahan di dalam tanah Nowak, 2002. Manfaat pohon sebagai carbon sink berlangsung secara alami melalui proses fotosintesis. Proses ini dapat berjalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: ukuran pohon dewasa, umurmasa hidup, dan laju pertumbuhan pohon; sehingga kemampuan penjerapan dan penyimpanan karbon berbeda- beda antar pohon. Pada saat pohon dalam masa pertumbuhan maka proses fotosintesis berjalan sangat efektif sehingga tumbuhan dapat menyerap Carbon dengan intensitas tinggi, dan menyimpannya dalam biomassa, kemampuan ini berkurang sejalan dengan umur pohon. Pohon tua menyimpan biomassa dalam jumlah besar meskipun daya serapnya semakin menurun. Secara umum, struktur tubuh pohon terdiri atas 45 karbon, 50 air dan 5 mineral Nowak, 2002. Gambar 6. Posisi Lapisan Gas Rumah Kaca GRK Sumber: www.google.com

2.3.3. Manfaat RTH sebagai Penjerap polutan

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya satu atau lebih zat pencemar dalam jumlah dan waktu tertentu ke udara, baik secara alami maupun akibat dari aktivitas manusia. Peristiwa tersebut dapat mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda-benda Pandia et al., 1995 dalam Sulistyorini, 2009. Beberapa aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran udara diantaranya adalah kegiatan industri, transportasi, pertambangan, pertanian, pembakaran biomassa atau bahan fosil. Bahan pencemar yang ditimbulkannya adalah berbagai macam hidrocarbon HC, nitrogen oksida NO x , karbon monoksida CO, sulfur oksida SO x , materi partikulat dan sebagainya. Dengan semakin padatnya penduduk kota dan beragamnya aktifitas manusia diprediksikan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas pencemaran udara. Menurut Naess et al. 2007, berbagai penelitian memperlihatkan adanya korelasi antara meningkatnya konsentrasi pencemar udara dengan gangguan kesehatan dan tingkat kematian, khususnya terkait dengan kejadian penyakit yang mengindikasikan adanya paparan NO 2 . Ada kecenderungan meningkatnya kasus penyakit kardiovaskuler, kanker paru dan PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis, sebagai dampak paparan NO 2 dengan konsentrasi 40µg m -3 . Mengacu pada hasil penelitian di atas, maka diperlukan upaya khusus untuk mengurangi Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipantulkan Sebagian dipancarkan keluar atmosfer dan sebagian memanaskan atmosfer Radiasi gelombang pendek Sebagian besar radiasi gelombang pendek diserap dan memanaskan permukaan bumi setelah diubah menjadi gelombang panjang Radiasi balik gelombang panjang inframerah yang dipancarkan permukaan bumi dampak pencemaran udara, karena untuk kota-kota di Indonesia, pencemaran udara disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor 60-70, industri 10- 15 dan sisanya berasal dari pembakaran sampah, rumah tangga, kebakaran hutan dan lain-lain Kusnoputranto, 1996. Polusi udara mengandung pengertian sebagai keberadaan benda atau partikel dalam bentuk uap gas, debu aerosol, dan suara kebisingan yang timbul secara alami dan akibat aktivitas manusia di udara yang tidak diharapkan kehadirannya. Keberadaan RTH dalam berbagai bentuknya dapat memberi manfaat dalam membersihkan udara kota. Irwan 1994 mengkaji peranan hutan kota Jakarta sebagai salah satu bentuk RTH yang dapat mengurangi kebisingan sebesar 5,54-30,41 dan polusi debu sebesar 37,62-67,91, dengan bentuk hutan kota yang terdistribusi merata dan berstrata banyak lebih efektif dalam memberikan manfaat penjerapan polutan daripada hutan kota yang bergerombol dan berbentuk jalur. Penelitian Misawa terhadap hutan kota berbentuk jalur hijau yang mempunyai lebar lebih dari 2 kilometer mampu meredam polutan debu kota hingga 75. 2.4. Pengelolaan dan Kelembagaan Ruang Terbuka Hijau Aji 2000 menyatakan bahwa interpretasi dari UU PR No. 26 tahun 2007, penataan ruang perkotaan diartikan sebagai proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian wilayah perkotaan dari kondisi yang ada menjadi lebih baik. Pada ketiga proses tersebut, disamping pertimbangan terhadap skenario pengembangan kota yang direncanakan, pengaruh sistem kelembagaan yang terlibat juga perlu mendapatkan perhatian serius. Oleh karena itu, penataan sistem kelembagaan diperlukan demi terwujudnya wilayah perkotaan yang berkelanjutan dan pembangunan Kota Hijau. Kelembagaan pengelolaan RTH kota di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh pemerintahan lokal Pemda, dengan sedikit peran serta swasta private sector serta peran sertapartisipasi masyarakat yang rendah. Kewenangan dalam proses perencanaan, pembangunan, dan pengawasan masih berada di tangan lembaga pemerintahan daerah. Keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat dirasakan masih sangat kecil, terutama pada tahap perencanaan. Demikian juga pada berbagai kegiatan pengelolaan RTH kota, peran masyarakat masih sangat kecil. Pemerintah lebih cenderung menjaring langsung pihak perusahaan private bussiness dalam pembiayaan pembangunan RTH, meskipun tidak melibatkannya mulai dari tahap perencanaannya. Wewenang perencanaan RTH, pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan RTH kota selain oleh Pemerintah Daerah juga terbuka peluang adanya keterlibatan pihak swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi sejak tahap perencanaan, pembangunan maupun pengelolaan RTH kota, dengan memberikan kemudahan bagi pihak swasta dan masyarakat untuk memberikan dukungan dana. Kebijakan pengembangan RTH kota sebaiknya juga didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia SDM yang handal dalam hal perencanaan, pengelolaan dan pengawasan. Untuk itu sangat diperlukan adanya kelembagaan yang jelas, yang diatur dengan manajemen yang baik. Beberapa point penting dalam perencanaan misalnya pemetaan kawasan potensial untuk pengembangan RTH; dalam pengelolaan diharapkan SDM yang mempunyai kemampuan memotivasi dan mendorong masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan RTH; sedangkan dalam pengawasan diperlukan SDM yang peka dan mampu mengendalikan kegiatan yang dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan RTH atau menurunkan kualitas RTH.

2.5. Imbal Jasa Lingkungan dan Pendugaan Nilai Lingkungan RTH Kota