Pengaruh penurunan RTH Kota terhadap Kualitas udara kota

menjelaskan hubungan antara penurunan RTH kota terhadap volume reduksi limpasan sebesar 63,6; sedangkan nilai R 2 koefisien determinansi sebesar 0,404, yang artinya 40,4 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya perubahan volume reduksi limpasan disebabkan oleh perubahan luasan RTH Lampiran 17, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.

5.4. Pengaruh penurunan RTH Kota terhadap Kualitas udara kota

Penurunan RTH kota berdampak negatif terhadap kualitas udara kota khususnya jika ditinjau dari semakin meningkatnya konsentrasi polutan udara kota. Kondisi ini terjadi karena peran ekologis pohon-pohon dalam RTH sebagai penjerab berbagai macam jenis polutan udara kota, sehingga penurunan luasan RTH juga akan mempengaruhi manfaat pohon RTH kota dalam menyerap aneka polutan yang ada.Kajian tentang potensi tanaman dalam menjerap polutan telah banyak dilakukan, diantaranya kajian oleh Sulistyorini 2009 yang menjelaskan bahwa kapasitas reduksi NO 2 di tempat bervegetasi berkisar antara 15,76 - 21,12 dari konsentrasi ambient, dengan reduksi rata-rata 10,62. Hasil penelitian di Jalan Tol Jagorawi, konsentrasi maksimum NO 2 adalah 34,05 µgm 3 . Hasil pendugaan kapasitas RTH dalam menyerap polutan dengan analisis CITYGreen dapat dilihat pada Lampiran1.dimana hasil analisis tahun 1972 menunjukkan manfaat RTH dalam mereduksi Ozone sebesar 539,211 pon, SOx sebesar 86,944 pon, NOx sebesar 178,844 pon, PM 10 sebesar 431,771 pon dan CO sebesar 36,974 pon dengan total nilai manfaat ekonomi sebesar 3,169,892. Sementara penurunan RTH terus berkorelasi dengan menurunnya manfaat ekologi dan ekonomi RTH tersebut, sebagaimana terlihat pada tahun 1996 potensi RTH menjerap total 831,149 pon polutan, dengan nilai manfaat ekonomi sebesar 2,068,431; dan terus menurun sehingga pada 2011 total polutan yang dijerap sebesar 445,514 pon dengan total nilai manfaat ekonomi sebesar 1,108,724. Dari output model yang berupa peta hasil analisis dan benefit report analysis juga dapat dilihat manfaat yang semakin menurun seiring dengan menurunnya luasan RTH kota. Hal yang sering terjadi pada berbagai kota, dimana pembangunan telah meningkatkan dominasi lahan terbangun dan mengalahkan keberadaan RTH kota. Kondisi inilah yang telah membawa dampak pada meningkatnya konsentrasi polutan udara pada berbagai kota, karena fungsi RTH dalam menyerap polutan berkurang. Data polutan udara kota semakin meningkat dari waktu ke waktu, tercermin dari nilai Indeks Standar Pencemar Udara ISPU kota Bogor sebesar 97 skala 51-100, dan termasuk kategori sedang kategori baik jika ISPU50. Bahkan di Kota Bogor juga sudah terindikasi adanya hujan asam di sebelah utara Kebun Raya Bogor dengan pH air hujan berkisar 5,5-6,3. Kejadian hujan asam merupakan indikator buruknya kualitas udara kota, yaitu tingginya kandungan polutan SOx dan NOx. Hasil penelitianini mendukung temuan Santosa 2005 yang telah melakukan pengukuran di 27 titik lokasi di Kota Bogor dan menjelaskan bahwa bahan pencemar dengan konsentrasi tinggi di Kota Bogor meliputi NO 2 sebesar 73,96 µgNm 3 di Jakarta 91,32µgNm 3 masih dibawah baku mutu 150µgNm 3 , SO 2 sebesar 24,81µgNm 3 di Jakarta 36,55µgNm 3 , dibawah baku mutu 365µgNm 3 ,dan CO sebesar 9,75 mgNm 3 mendekati baku mutu 10,00 µgNm 3 . Meskipun konsentrasi pencemar tersebut masih di bawah baku mutu ambient, namun tetap harus diwaspadai, mengingat kecenderungan terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor. Disamping itu tercatat konsentrasi gas CO yang tinggi, terutama pada hari Sabtu-Minggu,tercatat mencapai 10,54 µgNm 3, dansudah melampaui baku mutunya 10.00 µgNm 3 . Hal yang perlu diperhatikan juga adalah sifat mudahnya penyebaran polutan, dimana SO 2 dapat menyebar hingga mencapai jarak 625 m, NO 2 mencapai jarak 1.625 m, dan CO mencapai jarak 488 m dari sumber pencemar. Terdapat 6 lokasi dengan konsentrasi polutan tinggi 50,74µgNm 3 - 73,96µgNm 3 , yaitu: Kedung Jaya, Cibuluh, Jl Sudirman, Babakan, Baranangsiang, Pasar Bogor dan Lawang Gintung; dan pencemaran SO 2 terparah di kecamatan Bogor Tengah. Hal ini sesuai kondisi tapaknya sebagai pusat perdagangan, jasa dan perkantoran, dengan ruas jalan padat dan sering terjadi kemacetan. Kota Bogor yang cenderung mengarah pada kepadatan kendaraan yang sulit dikendalikan dengan banyaknya angkutan kota, maka di titik kemacetan emisi gas buang kendaraan tidak terkontrol. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan warga kota. Kualitas udara kota yang tercemar polutan sangatlah berbahaya bagi kesehatan warga kota, karena dapat memicu berbagai macam penyakit, terutama terkait ISPA, jantung dan hipertensi. Bahkan pencemaran Pb timbal diketahui dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak balita.Kondisi ini harus diatasi, agar warga kota tidak dibebani dengan biaya eksternalitas kesehatan yang semakin tinggi.Salah satu caranya adalah dengan pengembangan konsep RTH kota sebagai penjerap polutan. Konsep ini dapat diintegrasikan dalam RTRW kota, terutama terkait dengan perencanaan zonasi ruang, pengembangan jaringan jalan dan kebijakan transportasi kota. Mengingat bahaya polutan terhadap kesehatan warga, maka perencanaan pengembangan kota sudah harus memperhatikan manfaat RTH dalam penjeraban polutan ini dengan merencanakan alokasi RTH potensial yang mendukung penataan kota dengan mempertimbangkan zonasi ruang kegiatan warga dan minimalisasi dampak pencemaran udara. Bahaya polutan Ozon dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman karena menghambat fotosintesis Pell Brenan, 1973 diacu dalam Sulistyorini, 2009. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia karena dampaknya mengurangi kemampuan tanaman dalam memproduksi Oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia. Pengaruh NO 2 terhadap kesehatan tergantung dari konsentrasi dan waktu pemaparan.Dalam paparan beberapa menit hingga 1 jam, gas NO 2 dengan konsentrasi 50-100 ppm dapat mengakibatkan inflamasi jaringan paru-paru untuk periode 6-8 jam Saeni, 1989 disitasi Sulistyorini, 2009.Shannon et al 2004 diacu dalam Sulistyorini 2009 melaporkan bahwa terdapat hubungan antara meningkatnya NO 2 udara ambient dan resiko gangguan pernafasan dan serangan asma.Paparan dalam konsentrasi tinggi akan memicu terjadinya bronchitis akut. Sedangkan oksida karbon CO sangat berbahaya karena sifat affinitas CO yang tinggi, dapat mengikat haemoglobine Hb dalam darah sehingga menghambat peredaran darah; dan suspensi SO 2 pada konsentrasi 160 µgm 3 dapat berakibat kematian. Selain itu keberadaan NO 2 juga berkontribusi terhadap terbentuknya hujan asam. Hujan asam mengandung pencemar SO 2 , SO 3 , NO 2 dan HNO 3 yang larut dalam butiran awan dan air hujan sehingga membentuk asam sulfat dan asam nitrat dalam air hujan, dan mengakibatkan pH air hujan rendah 5,6 yang dikenal sebagai hujan asam. Dampak hujan asam ini dapat menimbulkan rontok daun dan layu pada tanaman sehingga produktivitas tanaman berkurang.Disamping itu juga dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dengan timbulnya karatpengeroposan. Dampak negatif hujan asam ini membawa kerugian yang besar, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi peluang kejadian hujan asam, yaitu dengan menurunkan konsentrasi polutan NOx dan SOx.Menurunnya kesehatan warga kotajuga menimbulkan tingginya biaya eksternalitas yang harus ditanggung oleh pemerintah dan warga kota. Peningkatan Kualitas RTH kota dapat memperbaiki udara kota sehingga warga kota terhindar dari beban biaya eksternalitas yang tinggi karena sakit. Biaya ini merupakan kontribusi manfaat ekonomi RTH sebagai penjerap polutan udara kota. Analisis dengan CITYGreen ini mempunyai keunggulan dalam memberikan luaranoutput analisis, karena tampilannya yang sederhana, selain menampilkan peta tutupan lahan kota, juga melaporkan kemampuan prediksi penjerapan polutan yang kemudian dilengkapi dengan nilai nominal manfaat ekonomi yang diperoleh dari biaya eksternalitas wargakompensasi biaya berobat jika terserang penyakit yang terkait dengan polutan tertentu, misalnya asma, migren, jantung dll. Oleh karenanya perencanaan pengembangan kotaharus lebih memperhatikan bagaimana penataan zonasi ruang kota yang sesuai dengan kegiatan warga. Sebagai contoh, pada tepi jalan tidaklah sehat jika diperuntukkan bagi pemukiman, gedung sekolah atau rumah sakit, karena tingginya tingkat polusi di sekitar jalan raya.Dengan demikian maka sebaiknya membangun pemukiman warga agak jauh dari jalan raya yang padat arusnya, begitu juga sekolahanpusat pendidikan, lebih aman di tempat yang agak ke dalam. Mengacu pada sifat polutan yang mudah menyebar dengan jangkauan yang cukup jauh, maka alokasi RTH berupa tata hijau pada jalur pejalan kakitrotoar dan jalur hijau jalan terutama pada jalan protokol haruslah menjadi prioritas dalam pengembangan RTH kota. Selain itu juga jalur hijau sebagai screenbuffer antara kawasan pusat perdagangan, jasa dan pemukiman serta sekolah dan perkantoran merupakan upaya dalam menjaga kesehatan warga kota dari dampak negatif polusi udara kota.

5.5. Pengaruh penurunan RTH Kota terhadap Konsentrasi Carbon