4.2. Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Demografi terkait dengan populasi penduduk yang berada pada wilayah administrasi lokasi penelitian, yaitu Kota Bogor. Jumlah penduduk Kota Bogor
terus mengalami pertumbuhan sehingga tingkat kepadatan pun semakin tinggi. Pertumbuhan rata-rata selama 11 tahun terakhir dengan laju 2,83. Laju
pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor alamiah kelahiran dan kematian dan faktor migrasi masuk dan keluar. Pertumbuhan yang tinggi terjadi pada daerah
yang baru berkembang seperti Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Tanah Sareal, dan Kecamatan Bogor Selatan; sementara pertumbuhan sangat rendah
terjadi di Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat relative stabil, dan Kecamatan Bogor Timur menurun.
Perkembangan populasi penduduk di Kota Bogor selama periode 2005- 2009 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan yang sangat berarti dengan laju
pertumbuhan 4,31 dengan proporsi jumlah penduduk perempuan laju 4,51 dan penduduk laki-laki laju 4,11, Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun
terbesar adalah pada periode 2008-2009, yaitu sebesar 10.46, periode 2007- 2008 sebesar 1.23 dan 2006-2007 sebesar 7.40.
Tabel 14. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Tahun 1995-2007
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk
1995-2000 2000-2006
1995-2007
Bogor Utara 2,34
5,93 4,30
Bogor Barat 2,74
2,98 2,88
Bogor Timur 3,11
2,45 2,75
Bogor Selatan 2,14
3,90 3,10
Bogor Tengah 0,18
0,56 0,39
Tanah Sareal 1,59
4,88 3,38
Kota Bogor 1,99
3,52 2,83
Sumber: RTRW Kota Bogor 2010-2029 Data pada Tabel 14 ini menunjukkan bahwa selama periode 2005-2009 telah
terjadi pertumbuhan yang pesat dari populasi penduduk Kota Bogor. Tabel 15menyajikan perkembangan penduduk pada tiap-tiap kecamatan pada periode
tahun 2000-2010 dengan kepadatan penduduk tertinggi pada kecamatan Bogor Tengah dan terendah pada kecamatan Bogor Selatan.
Tabel 15. Perkembangan penduduk Kota Bogor tahun 2000, 2005 dan 2010
Kecamatan Luas
Km
2
Tahun 2000 Tahun 2005
Tahun 2010 Jumlah
jiwa Kepadatan
jiwaKm
2
Jumlah jiwa
Kepadatan jiwaKm
2
Jumlah jiwa
Kepadatan jiwaKm
2
Bogor Selatan
30.81 136.152
4.419 166.745
5.412 181.163
5.880 Bogor Timur
10.15 77.257
7.611 86.978
8.569 96.320
9.489 Bogor Utara
17.72 110.569
6.239.79 149.578
8.441 164.920
9.307 Bogor
Tengah 8.13
103.414 12.720.05
103.176 12.690
103.991 12.791
Bogor Barat 32.85
164.222 4.999.15
193.421 5.888
210.450 6.406
Tanah Sareal
18.84 123.098
6.533.86 155.187
8.237 192.222
10.202 118.5
714.712 885.571
949.066
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2010 4.2.1. Kondisi Perekonomian Makro Kota Bogor
Kota Bogor adalah kota perdagangan dan jasa yang ditunjukkan oleh besarnya komposisi sektor tersier terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto
PDRB. Struktur perekonomian Kota Bogor didominasi oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan sub sektor industry non migas
dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Kontribusi PDRB paling besar adalah dari sektor Tersier, kemudian sektor Sekunder dan sektor Primer.
Kondisi perekonomian makro sebuah kota dapat dijelaskan salah satunya dengan indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB, karena PDRB ini
merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah untuk menghasilkan pendapatan atau sejumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang berpartisipasi di dalam proses-proses produksi di suatu wilayah region pada jangka waktu tertentu satu tahun. Balas jasa factor produksi tersebut
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, yang kesemuanya telah dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya.
Selain faktor pendapatan di atas, PDRB juga termasuk komponen penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung netto. Jumlah seluruh komponen
tersebut disebut nilai tambah brutto, dimana PDRB diperoleh dari penjumlahan
nilai tambah bruto seluruh lapangan usaha yang ada dalam suatu wilayah. PDRB ini lebih popular dengan istilah Pendapatan Regional Regional Income.
PDRB ini dibedakan atas dua jenis, yaitu PDRB atas dasar harga konstan PDRBadhk dan PDRB atas dasar harga berlaku PDRBadhb. Adapun
PDRBadhk menunjukkan nilai tambah barang dan jasa dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar, tahun
2000. PDRBadhk riil dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral, dari tahun ke tahun, sedangkan
PDRBadhb menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun. PDRBadhb juga menunjukkan
pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. Pendapatan per kapita merupakan hasil bagi pendapatan regional
PDRBadhk maupun PDRBadhb dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB per kapita merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. PDRB per
kapita atas dasar harga konstan PDRBadhk per kapita berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita; sedangkan PDRB per kapita
atas dasar harga berlaku PDRBadhb per kapita menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
Berdasarkan data pada Tabel 16, selama periode tahun 2005-2009, PDRBadhk per kapita maupun PDRBadhb per kapita Kota Bogor menunjukkan
pertumbuhan rata-rata tahunan yang signifikans dengan laju pertumbuhan sebesar 6.84 untuk PDRBadhk per kapita dan 15.52 untuk PDRBadhb per
kapita. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDRB per kapita Kabupaten Bogor, yang mempunyai laju pertumbuhan 3.69 untuk PDRBadhk per kapita, dan
12.28 untuk PDRBadhb per kapita. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDRB kabupaten Bogor yang mempunyai laju pertumbuhan 5.40 untuk PDRBadhk,
dan 14,13 untuk PDRBadhb.
4.3. Dinamika Penggunaan Lahan