7 6
5 4
3 3
4 5
6
2
1 2
1
2
3
6
7 4, 5
1
IV INDEPENDENT
III LINKAGE
I AUTONOMOUS
II DEPENDENT
Gambar 24. Matriks Driver Power-Dependence sub elemen Tujuan Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan nilai driver
power dan dependence dari setiap sub elemen maka seluruh sub elemen dapat
dipetakan ke dalam kuadran independent, linkage, autonomous dan dependence Gambar 24. Pengelompokan sub elemen menunjukkan bahwa sub-elemen 2
peningkatan kuantitas dan kualitas RTH kota dan sub-elemen 3 terjaganya keseimbangan ekosistem kota merupakan peubah independent.
Sub elemen dalam peubah independent memiliki kekuatan penggerak yang besar dengan tingkat ketergantungan yang kecil terhadap program
pengelolaan RTH kota hijau. Selanjutnya sub elemen 1 pembangunan kota hijau merupakan peubah dependent ,merupakan peubah tidak bebas yang
memiliki kekuatan penggerak kecil, akan tetapi mempunyai tingkat ketergantungan yang besar dalam sistem pengelolaan RTH kota untuk
terwujudnya kota hijau. Pada elemen tujuan program ini tidak terdapat sub elemen yang masuk
dalam kuadran peubah linkage. Sub elemen yang berada pada kuadran linkage ini merupakan pengait yang memiliki kekuatan penggerak dan tingkat
ketergantungan yang besar. Sub elemen 4 perbaikan kualitas udara ,5 menurunnya potensi banjir, dan 6 laju alih fungsi lahan menurun, dan 7
kenyamanan warga kota meningkat berada pada kuadran autonomous. Posisi
DEPENDENCE DR
IV E
R PO W
E R
pada kuadran ini berarti tujuan-tujuan tersebut daya penggeraknya kecil dan pengaruhnya lemah. Hasil analisis menegaskan bahwa sub elemen 2
merupakan elemen kunci sekaligus penentu bagi keberhasilan tercapainya tujuan program pengelolaan RTH untuk pembangunan Kota Hijau.
5.9.2. Elemen Lembaga yang terlibat
Kebijakan dan kelembagaan adalah dua hal yang terkait erat dan tidak terpisahkan. Kebijakan yang bagus tetapi tidak dilengkapi dengan kelembagaan
yang tepat dan mendukung, tidak akan membantu dalam pencapaian tujuan pengelolaan yang digariskan. Begitupun sebaliknya, kelembagaan sudah ideal
namun kebijakannya tidak mendukung juga akan membuat tujuan pengelolaan sulit dicapai. Dengan demikian maka kelembagaan merupakan dasarpondasi
bagi seluruh proses pengelolaan RTH kota. Kelembagaan dapat dilihat sebagai organisasi, yang sekaligus mengandung pengertian aturan main.Djogo et al.
2003 menyatakan bahwa kebijakan merupakan unsur penting dalam lembaga dan dapat diterjemahkan dalam bentuk rencana, strategi, kesepakatan,
peraturan, konsensus maupun program yang merupakan landasan bagi semua tindakan.
Elemen lembaga yang terlibat dalam pengelolaan RTH Kota ini terdiri atas 9 sub elemen Tabel 40. Gambar 25 menjelaskan tentang klassifikasi
masing-masing sub elemen berdasarkan driver power dan dependence, sedangkan struktur hirarkhi dari tiap sub-elemen disajikan pada Gambar 26.
Tabel 40. Elemen lembaga yang terlibat
No.
Sub Elemen Lembaga yang terlibat 1
Dinas Cipta Karya Dept Pekerjaan Umum 2
Lembaga Swadaya Masyarakat 3
Masyarakat 4
Perguruan Tinggi 5
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan 6
Badan Pertanahan Nasional BPN 7
Dinas Pertanian dan Kehutanan 8
Swasta 9
Pemerintah Kota Bappeda
Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan nilai driver power dan dependence
dari setiap sub elemen maka seluruh sub elemen dapat dipetakan ke dalam kuadran independent, linkage, autonomous dan
dependence . Pengelompokan sub elemen menunjukkan bahwa sub-elemen 3
masyarakat, 6 Badan Pertanahan Nasional dan sub-elemen 4 Perguruan Tinggi, 8 swasta dan 9 pemerintah kota merupakan peubah independent.Sub
elemen dalam peubah independent memiliki kekuatan penggerak yang besar dengan tingkat ketergantungan yang kecil terhadap program pengelolaan RTH
kota hijau. Selanjutnya sub elemen 1 Dinas Cipta Karya, Dep Pekerjaan Umum, 2 Lembaga Swadaya Masyarakat dan 5 Dinas Lingkungan Hidp dan
Kebersihan merupakan peubah dependent , merupakan peubah tidak bebas yang memiliki kekuatan penggerak kecil, akan tetapi mempunyai tingkat
ketergantungan yang besar dalam sistem pengelolaan RTH kota untuk terwujudnya kota hijau.
Pada elemen lembaga yang terlibat ini tidak ada peubah yang masuk dalam kuadran peubah linkage. Sub elemen yang berada pada kuadran linkage ini
merupakan pengait yang memiliki kekuatan penggerak dan tingkat ketergantungan yang besar. Sub elemen 7 Dinas Pertanian dan Kehutanan
berada pada kuadran autonomous. Posisi pada kuadran ini berarti elemen lembaga tersebut daya penggeraknya kecil dan pengaruhnya lemah.
Hasil analisis menegaskan bahwa sub elemen 3 masyarakat merupakan elemen kunci. Pelibatan masyarakat merupakan elemen penting
untuk keberhasilan pengelolaan RTH.Masyarakat dapat dilibatkan mulai dari tahap perencanaan hingga pengendalian. Pelibatan masyarakat dalam hal
pengendalian misalnya akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dalam hal dana operasionalgaji dsb. Hasil ini sesuai dengan model konseptual
pengelolaan RTH kota menurut Nurisjah 2005. Masyarakat Kota Bogor mempunyai preferensi yang baik terhadap RTH kota dan mempunyai pilihan
terhadap RTH kota dimana pilihan tertingginya RTH mengelompok yang relative luas berbentuk kawasan dengan fungsi non-ekonomi biofisik, arsitektural dan
social. Oleh karenanya mengakomodasi peran serta masyarakat sebagai individu maupun corporate merupakan modal dasar keberhasilan pengelolaan.
Pengawasan oleh masyarakat dengan prinsip „someone watching
someone‟diharapkan dapat membantu upaya pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran tata ruang, dan meningkatkan keperdulian masyarakat akan hal-hal
yang dapat mengancam ketersediaan RTH kota, seperti alih fungsi lahan alami menjadi kawasan terbangun yang dilakukan oleh pribadi individu masyarakat
ataupun oleh corporateperusahaan pengembang perumahan, yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.
Gambar 25.Matriks driver power-dependence sub elemen Pada elemen lembaga yang terlibat