Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor

Tabel 17. Penggunaan Lahan Kota Bogor Tahun 2000, 2005 dan 2010 Penggunaan Lahan Tahun 2000 Luas Ha Tahun 2005 Luas Ha Tahun 2010 Luas Ha Permukiman 3.134,21 3.183,73 3.311,65 Perdagangan dan Jasa 75,39 81,02 86,65 Kompleks Militer 73,96 73,96 73,96 Istana Negara 1,17 1,17 1,17 Kawasan Industri 92,04 92,59 93,14 Gardu Listrik 1,84 1,84 1,84 Perumahan 877,48 1.020,08 1.250,71 Terminal 4,99 5,41 5,81 Lapangan Olah Raga 154,31 151,71 149,10 Hutan Kota 129,74 129,74 129,74 Kebun 570,30 564,95 545,60 Ladang 435,25 421,11 406,53 Kawasan Hijau 1.770,21 1.715,97 1.637,30 Sawah 2.205,82 2.112,72 2.012,01 Semak 406,84 400,72 354,59 Taman 110,87 112,14 113,41 Sungai 124,59 124,59 124,59 Situ 13,78 14,40 15,03 Kolam 94,59 81,84 69,09 Taman Pemakaman Umum TPU 134,64 134,64 134,64 Tanah Kosong 1.293,61 1.281,33 1.189,08 Lain-lain 144,36 144,36 144,36 Jumlah Total 11.850,00 11.850,00 11.850,00 Sumber: Bappeda Kota Bogor 2010

4.4. Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor

Perkembangan kota Bogor dari tahun ke tahun menunjukkan semakin meningkatnya kawasan pemukiman dan area terbangun lainnya, sehingga kawasan alami semakin berkurang.Data tahun 2005 menunjukkan kawasan terbangun di Kota Bogor mempunyai luas total 4.411,86 ha atau 37,23 dari luas total kawasan Kota Bogor, yang terdiri atas kawasan perdagangan, permukiman, perumahan, kompleks militer, istana, industri, terminal dan gardu. Dari kawasan terbangun tersebut, dominasi kawasan permukiman mencapai luas 3.135,79 ha atau 26,46, yang di dalamnya tercakup juga fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, serta perkantoran. Luas kawasan belum terbangun total adalah sebesar 7.438,14 ha atau sekitar 62,77 dari luas total kota, terdiri atas situ, kolam, ruang terbuka hijau RTH, tanah kosong Non-RTH, dan lain-lain. Kawasan belum terbangun ini didominasi oleh RTH seluas 6.088,58 ha atau 51,38; yang di dalamnya mencakup hutan kota CIFOR dan Kebun Raya Bogor, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau perumahan, lahan pertanian kota, lapangan olah raga, TPU, taman kota, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan, dan sempadan sungai. 4.4.1. Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Ruang terbuka hijau RTH Kota Bogor terdiri atas tiga kategori berdasarkan bentuk dan fungsinya, yaitu RTH ekologis, sosial ekonomi dan arsitektural. Adapun bentuk RTH ekologis adalah hutan kota, taman kota, jalur hijau, sempadan sungai, sempadan jalur kereta api, dan jalur hijau di kawasan SUTET. Jenis RTH ekologis ini bermanfaat sebagai area konservasi air dan tanah, memperbaiki Kualitas udara dari polutan, dan sebagai pencegah banjir. Adapun RTH yang berfungsi sosial ekonomi Kota Bogor berupa taman kota, lapangan olah raga, taman lingkungan perumahan dan pemukiman, serta taman rekreasi. RTH Jenis ini bermanfaat sebagai ruang interaksi sosial bagi warga kota, sarana rekreasi dan sarana pendidikan lingkungan bagi masyarakat; sedangkan RTH arsitektural berupa jalur hijau jalan, taman lingkungan, jalur median jalan, dan taman perkatorangedung pusat perbelanjaan Tabel 18 4.4.2. Kondisi Jaringan Jalan dan Jumlah Kendaraan Bermotor di kota Bogor Kota Bogor mempunyai jaringan jalan dengan pola radial konsentris dengan beberapa karakteristiknya antara lain: 1. Jaringan jalan pada kawasan pusat kota berpola melingkari Kebun Raya Bogor. Jaringan ini merupakan gabungan dari sebagian Jalan Pajajaran, Jalan Jarak Harupat, ruas Jalan Juanda, Jalan Otista. 2. Beberapa jaringan jalan yang berasal dari kawasan lainnya terhubung secara konsentris ke jaringan jalan melingkar ini. Beberapa jalan tersebut di antaranya adalah Jalan Pajajaran, Jalan Suryakencana, Jalan Sudirman, Jalan Veteran dan Jalan Empang. 3. Pada bagian utara Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Barat, terdapat jalan lingkar ring road yang menghubungkan Jalan Sindang Barang dengan Jalan Raya Bogor. 4. Pada bagian timur kota terdapat Jalan Tol Jagorawi, yang menghubungkan pusat kota Bogor dengan Jakarta dan Ciawi. Gambar 13. Pengaruh perubahan tutupan lahan kota terhadap suhu permukaan tahun 1997. Sumber: Khusaeni 2008 Gambar 14. Pengaruh perubahan tutupan lahan kota terhadap suhu permukaan tahun 2006. Sumber: Khusaeni 2008 Tabel 18. Luas Taman di Kota Bogor Tahun 2008 No Wilayah Nama Taman Luas m 2 1 Kecamatan Bogor Selatan 1. Taman Batu Tulis 2. Taman Jalur Batu Tulis 3. Taman Jalur Lawang Gintung 4. Taman Siliwangi 5. Taman jalur Siliwangi Sub T o t a l 59,03 1.425,58 2.277,17 650,98 2.229,91 6.642,67 2 Kecamatan Bogor Timur 1. Taman Caiwi 2. Taman Malabar 3. Taman Jalur PMI 4. Taman IPB 5. Taman Tugu Kujang 6. Taman Jagorawi 7. Taman Baranangsiang 8. Taman Jalur Tengah Masjid Raya 9. Taman segitiga 10.Taman Yeni 11.Taman Jalur Pajajaran 12.Taman Bale Binarum Sub T o t a l 35,05 5.517,85 2.520,29 2.520,29 379,39 2.113,00 297,56 7.486,50 146,00 420,42 3.255,22 6.323,56 31.015,13 3. Kecamatan Bogor Utara 1. Taman warung Jambu 2. Taman Fapet 3. Taman jalur Tengah 4. Taman Kecamatan 5. Taman Jalan Baru Sub T o t a l 203,64 250,00 6.924,35 n.a 663,98 8.041,97 4. Kecamatan Bogor Tengah 1. Taman Ramayana 2. Taman Kencana 3. Taman Mandalawangi 4. Taman Pangrango 5. Taman Gunung Gede 6. Taman Halimun 7. Taman Kolam Sempur 8. Taman Air Mancur 9. Taman Kapten Muslihat 10. Taman Lampu Merah 11. Taman Jalur Veteran 12. Taman Jalur Depan BNI 13. Taman jalur Muslimat 14. Taman Jalur Paledang 15. Taman Jalur BPD-RP 16. Taman Pintu Istana 17. Taman Jalur Sudirman Sub T o t a l 138,00 4.965,34 1.655,26 4.873,46 2.071,40 959,48 1.307,00 3.036,75 748,00 42,84 1.442,04 730,58 1.427,87 2.421,03 1.394,35 70,56 12.027,46 39.311,42 5. Kecamatan Bogor Barat 1. Taman Jalur Semeru 2. Taman Jalur Cimanggu 3. Taman Gunung Batu Sub T o t a l 14.054,71 8.657,20 46,15 22.758,06 6. Kecamatan Tanah Sareal 1. Taman Situ Duit 2. Taman Jalur A Yani 3. Taman Jalur Martadinata Sub T o t a l 88,91 15.270,98 3.127,65 18.487,54 Total Kota Bogor 126.256,79 Sumber: Bappeda 2009 Kondisi jaringan jalan dengan pola radial konsentris ini sekilas terlihat nyaman dari sisi pemakai jalan, dan merupakan satu-satunya akses untuk menuju kawasan lain, namun tidak disadari bahwa pola jaringan ini membawa konsekuensi terakumulasinya semua pergerakan ke kawasan pusat kota Bogor, yang mencakup pergerakan internal kota maupun eksternal antar kota dengan melintasi pusat kota Bogor, sebagai contoh pergerakan dari arah Ciawi bagian Selatan menuju Ciomas atau bahkan TangerangRangkasbitung arah Barat, maupun ke arah Depok dan Cibinong arah Utara, dan sebaliknya. Total akumulasi ini bisa mencapai 675.314 perjalanan-oranghari, sehingga sangat potensial dalam mengakibatkan beban lalu lintas yang tinggi dan menimbulkan kemacetan di pusat kota DLLAJ Kota Bogor, 2009. Data BPS mencatat kecenderungan peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun, terutama kendaraan jenis sepeda motor yang meningkat pesat, dari tahun 2000-2005 meningkat dengan laju 53,11, sedangkan dari tahun 2005 -2010 dengan laju 15,08. Pada tahun 2000, jumlah sepeda motor baru 20.009 unit, namun tahun 2005 sudah mencapai 73.145 unit, dan pada tahun 2010 menjadi 128.281 unit. Peningkatan jumlah kendaraan ini merupakan fungsi dari pertambahan jumlah penduduk dan fungsi pertumbuhan dan ketersediaan ruas jalan. Artinya meskipun jumlah penduduk terus mengalami peningkatan, namun pertambahan kendaraan akan harus berhenti pada batas tertentu, karena panjang jalan yang terbatas. Panjang jalan yang ada di Kota Bogor pada tahun 2004 adalah 620.595 km, dengan jumlah kendaraan 114.329, terdiri atas 33.810 km jalan Negara dengan lebar 18-25m, jalan propinsi sepanjang 5.358 km dengan lebar 8-13m, jalan kota sepanjang 580.427 km dengan lebar bervariasi 3-10 m. Sebesar 86 dari total panjang ruas jalan Kota Bogor sudah berlapis aspal, 534.042 km, sedangkan 20.125 km masih konstruksi macadam jalan berbatu, serta sepanjang 39.072 km konstruksi beton dan conblock. Keterbatasan panjang jalan ini akan menjadi pembatas jumlah kendaraan maksimum sesuai daya dukung jalan. Dengan asumsi laju pertumbuhan kendaraan sebesar 15,08, dan asumsi pertumbuhan panjang jalan 4,27 maka prediksi jumlah maksimum kendaraan di kota Bogor adalah sekitar 200.000 unit. Data BPS mencatat bahwa jumlah total kendaraan yang pada tahun 2000 baru sebesar 48.262 unit dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 114.633 unit dan pada tahun 2010 sudah mencapai 180.216 unit kendaraan. Hal tersebut dapat diatasi dengan pembatasan jumlah kendaraan yang layak beroperasiperemajaan kendaraan pembatasan usia kendaraan serta pelebaran jalan. Kecenderungan peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun semakin besar, dengan laju 15,08tahun. Selanjutnya adalah kendaraan angkutan kota yang juga semakin meningkat dengan laju 37,48tahun. Hal ini sebaiknya diwaspadai karena terkait dampak yang ditimbulkannya berupa kemacetan lalu lintas dan polusi udara. Pertambahan jumlah kendaraan yang paling pesat adalah pada jenis kendaraan sepeda motor; data selengkapnya disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Kendaraan Bermotor No Jenis Kendaraan Tahun 2000 unit Tahun 2005 unit Tahun 2010 unit Jenis Bahan Bakar 1 Sepeda motor 20.009 73.145 128.281 Bensin 2 Mobil angkutan barang 6.846 8.943 11.040 Solar 3 Mobil Penumpang a. Angkutan Kota b. Mobil pribadi 20.571 2.412 18.159 31.704 3.316 28.388 42.051 3.434 38.617 Bensin 4 Bus a. Mikrobis b. Bis antar kotapropinsi 836 569 267 841 467 374 844 365 479 Solar Jumlah 48.262 114.633 180.216 Sumber: BPS Bogor 2010 4.5. Penilaian dan Preferensi Masyarakat terhadap RTH Kota Kota Bogor memiliki klasifikasi nilai yang tinggi untuk ketersediaan dan distribusi RTH terhadap wilayah dan penduduk. Masyarakat Kota Bogor memiliki persepsi yang baik terhadap RTH kota dan preferensi tertinggi adalah RTH dengan bentuk kawasan berkesan hutan dengan keragaman tanaman yang tinggi. Suasana alami kota memberi pengalaman yang baik dalam membentuk persepsi dan preferensi warga kota. Nilai RTH kota dari fungsi-fungsi non ekonomi yaitu biofisik, sosial dan arsitektur, cenderung mengelompok, dan masyarakat menilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dari fungsi ekonomi Nurisjah, 2005. Penilaian dan apresiasi masyarakat ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latar belakang yang berbasis lingkungan dan gender. Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap RTH, maka pihak perencana dan pengelola kota harus memiliki metode konseptual untuk dapat mengendalikan Kualitas lingkungan wilayah perkotaan dari sudut pandang masyarakat sebagai pengguna, terutama terkait dengan fungsi dan bentuk RTH kota. Pemerintah Kota Bogor mempunyai dua strategi prioritas dalam pengelolaan RTH kota: 1 Sesuai visi Kota Bogor melindungi keberadaan RTH dengan program kemitraan dengan pihak-pihak swasta; 2 mengoptimalkan RTH eksisting dengan cara mengembalikan lahan-lahan RTH yang sudah berubah fungsi serta menambah jumlah taman kota di berbagai tempat yang sesuai. Beberapa upaya pemerintah tersebut cukup didukung oleh masyarakat, namun sebagian upaya yang lain kadang juga menemui hambatan, terutama dalam upaya pengembalian RTH yang telah beralih fungsi. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. AnalisisDinamika Perubahan Penggunaan Lahan