2E + 0.9 X, dengan R
2
= 0,9567. Berdasarkan model tersebut diprediksikan jumlah penduduk Kota Bogor tahun 1985-2020interval lima tahunan berturut-
turut sebesar: 420.000, 535.000, 630.000, 730.000, 850.000, 970.000, 1.076.000 dan 1.120.000 jiwa Suryadi, 2008. Dengan demikian Kota Bogor jika ditinjau
dari tipe kota menurut jumlah penduduknya sudah termasuk ke dalam tipe Kota Besar PU, 2008 yang diprediksikan akan mencapai jumlah 1.120.000 jiwa pada
tahun 2020. Jumlah penduduk tersebut mempunyai kecenderunganmenyebar pada
setiap kecamatan dengan jumlah terbesar pada Kecamatan Bogor Barat, yang merupakan kecamatan terluas di Kota Bogor, sedangkan terendah di Kecamatan
Bogor Timur.Kepadatan penduduk meningkat dari 5.005 jiwakm
2
1999 menjadi 7,419 jiwakm
2
2006.Kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah, dengan kepadatan 12.840 jiwakm
2
, meningkat hingga 13,047 jiwakm
2
2006, sedangkan terendah pada Kecamatan Bogor Selatan, sebesar 5300 jiwakm
2
.Pertumbuhan penduduk ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan pemukiman di Kota Bogor yang semakin memarjinalisasikan
keberadaan RTH kota.Hasil penelitian Suryadi 2008mengemukakan hasil analisis regresi berganda berupa saturation model dinamika luas permukiman
Kota dengan persamaan : Y = 2.0104 X
2
-7875.4X + 8E + 0,6, dengan R
2
= 0,967. Berdasarkan model tersebut luas permukiman Kota Bogor dalam RTRW
2003 1999-2009 sudah terlampaui, denganluas permukiman yang sudah dibangun hingga tahun 2012 mencapai 8300 ha. Berdasarkan fakta ini, maka
intervensi kebijakan penataan lahan harus sudah dilakukan sebelum tahun 2015, untuk mengantisipasi perkembangan luas permukiman tersebut; dan apabila
tidak segera dilakukan, maka akan berdampak pada menurunnya luasan lahan terbuka dan kebun campuran akibat dialih fungsikan menjadi kawasan
permukiman lahan terbangun lainnya.
5.2. Analisis PerubahanPenggunaan Lahan.
Salah satu parameter utama di dalam menganalisis kondisi RTH Kota Bogor adalah dengan melihat perubahan penggunaan lahannya.Berikut dibahas
hasil analisis dinamika perubahan penggunaan lahan Kota Bogor dalam kurun waktu 39 tahun terakhir.yang dilakukan dengan metode GIS, pada citra satelit
Landsat tahun 1972, 1978, 1989, 1996, 2001, dan 2011, dan citra satelit QuickBird
tahun 2006 dengan bantuan perangkat lunak CITYGreen 5.0.
Secara umum, penggunaan lahan di Kota Bogor terdiri atas penggunaan lahan sebagai kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun.Penggunaan
Lahan tidak terbangun terdiri atas dua kategori yaitu lahanuntuk ruang terbuka non hijau dan lahan untuk ruang terbuka hijau RTH.Dampak dari terjadinya
perubahan penggunaan lahan, telah terjadi perubahan terhadap beberapa parameter kualitas lingkungan.Pada penelitian ini dianalisis parameter yang
mempunyai pengaruh terhadap kualitas lingkungan kota, yaitu : aliran permukaan, dan kualitas udara kota, terkait emisi karbon dan konsentrasi
polutan. Hasil analisis dinamika perubahan penutupan lahan multiwaktu
sebagaimana disajikan pada Gambar 15 menunjukkan adanya fenomena yang dinamis dalam penggunaan lahan kota. Perubahan lahan perkotaankawasan
terbangun terlihat semakin meningkat dari tahun 1972 hingga 2011, sedangkan penggunaan lahan bervegetasikanopi pohon semakin menurun.
Gambar 15. Dinamika Perubahan Penutupan Lahan Kota Bogor1972 –2011
Pada Gambar 15 terlihat perubahan terbesar terjadi pada penambahan luas lahan perkotaan kawasan terbangun yang cukup signifikan, dari 14 1972
menjadi 44 2011. Perubahan ini telah menurunkan luasan RTH dari 31 1972 menjadi 14 2011, dan lahan pertanian dari 10 menjadi 8,
sementara untuk lahan semak dan muka air relatif stabil dari tahun ke tahun.Peta penggunaan lahan hasil analisis GIS pada tahun 1972, 1978, 1989, 1996, 2001,
2006 dan 2011secara spasial disajikan pada Lampiran 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan 16, sedangkan hasil analisis manfaat ekologi dan nilai penghematan ekonomi
masing-masing disajikan pada Lampiran 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1972 1978 1989 1996 2001 2006 2011
Lu as Lah
an
Muka air padang rumput
Lahan pertanian Semak
Kanopi pohon Kedap air
Lahan perkotaan
Pertumbuhan yang pesat dari lahan perkotaan kawasan terbangun ini sebagian besar berupa kawasan pemukiman baru yang tumbuh secara linier
mengikuti pertumbuhan jaringan jalan yang ada, serta pusat perdagangan dan jasa, berupa rumah-toko ruko, rumah kantor rukan yang juga tumbuh di
sepanjang jalan-jalan protokol di kota Bogor.Pertumbuhan pesat dimulai sejak tahun 1995 dimana pembangunan kawasan pemukiman semakin meningkat,
hingga tahun 2001. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa perubahan luasan kawasan terbangun berpengaruh terhadap perubahan luas berbagai tipe
penutupan lahan perkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Regresi Luas Lahan Perkotaan dan kanopi pohon
Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana yang disajikan pada Gambar 16 a. Tabel Model Summary
Persamaan regresi Y = 865,2220 – 1,1238 X
Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap perubahan luas lahan kanopi pohon pada taraf nyata 5.Dari model
persamaan tersebut diketahui untuk setiap panambahan 10 ha luas lahan perkotaan akan mengakibatkan penurunan luasan lahan RTH sebesar 11,238
ha. Nilai koeffisien korelasi R = 0,9746 berarti hubungan antara lahan kota dan kanopi pohon sebesar 97,46; sedangkan R
2
koefisien determinansi, sebesar 0,9399, artinya 93,99 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya
perubahan luasan lahan kanopi pohon disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Tabel ini menampilkan nilai F
hitung.
Uji F berguna untuk menentukan apakah model prediksi yang digunakan tepat atau tidak.Untuk itu maka F
hitung
pada tabel ANOVA dibandingkan dengan F
table.
Pada tabel terlihat bahwa F α, dimana α = 0,05. Maka 0.00 α 0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa
model regresi lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap penurunan luasan
lahan kanopi pohon pada taraf nyata 5. Pengaruh perubahan tutupan lahan perkotaan terhadap tutupan lahan alami yang lain lahan pertanian, padang
rumput, semak, dan badan air, disajikan pada Lampiran18 Gambar 16a-16e, dengan penjelasan interpretasi masing-masing pada pembahasan berikut ini.
Gambar 16. Regresi Linier perubahan lahan perkotaan terhadap kanopi pohon 2. . Regresi Luas Lahan Perkotaan terhadap Lahan Pertanian
Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana dari Gambar16aadalah: a. Tabel Model Summary
Persamaan regresi Y = 217,5827 – 0,1919 X
Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap perubahan luas lahan pertanian pada taraf nyata 5. Nilai koeffisien
korelasi R = 0,7706 berarti hubungan antara lahan kota dan lahan pertanian sebesar 77. Sedangkan R
2
koefisien determinansi, sebesar 0,5125, artinya 51,25 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya perubahan luasan lahan
pertanian disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Pada table terlihat bahwa F α, dimana α = 0,05. Maka 0.042595 α
0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa model regresi lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap lahan pertanian pada taraf nyata 5.
3. . Regresi Luas Lahan Perkotaan terhadap Lahan Kedap Air Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana dari Gambar 16badalah:
a. Tabel Model Summary Persamaan regresi Y = 837,163
– 0,99 X Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata
terhadap perubahan luas lahan kedap air pada taraf nyata 5. Nilai koeffisien korelasi R = 0,9426 berarti hubungan antara lahan kota dan lahan kedap air
sebesar 94. Sedangkan R
2
koefisien determinansi sebesar 0,86627, artinya 86,63 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya perubahan luasan lahan
kedap air disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Pada table terlihat bahwa
F α, dimana α = 0,05. Maka 0.042595 α 0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa model regresi lahan perkotaan
berpengaruh nyata terhadap lahan kedap air pada taraf nyata 5. 4. . Regresi Luas Lahan Perkotaan terhadap Lahan Padang Rumput
Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana dari Gambar 16c adalah: a. Tabel Model Summary
Persamaan regresi Y = - 17,7 + 0,3557 X Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata
terhadap perubahan luas lahan padang rumput pada taraf nyata 5. Nilai koeffisien korelasi R = 0,89246 berarti hubungan antara lahan kota dan lahan
padang rumput sebesar 89. Sedangkan R
2
koefisien determinansi sebesar 0,7557, artinya 75,57 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya
perubahan luasan lahan padang rumput disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Pada table terlihat bahwa F α, dimana α = 0,05. Maka 0.006868 α
0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa model regresi lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap lahan padang rumput pada taraf nyata 5.
5. . Regresi Luas Lahan Perkotaan terhadap Lahan Muka Air Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana dari Gambar 16d adalah:
a. Tabel Model Summary Persamaan regresi Y = 40,6300 - 0,0325 X
Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap perubahan luas lahan muka air pada taraf nyata 5. Nilai koeffisien
korelasi R = 0,842359 berarti hubungan antara lahan kota dan lahan muka air sebesar 84. Sedangkan R
2
koefisien determinansi sebesar 0,6514, artinya 65,14 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya perubahan luasan lahan
muka air disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Pada table terlihat bahwa F α, dimana α = 0,05. Maka 0.01737505 α
0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa model regresi lahan perkotaan berpengaruh nyata terhadap lahan muka air pada taraf nyata 5.
6. . Regresi Luas Lahan Perkotaan terhadap Lahan Semak Interpretasi hasil analisis regresi linier sederhana dari Gambar 16e adalah:
a. Tabel Model Summary Persamaan regresi Y = 80,1578
– 0,0222 X Model ini berarti bahwa perubahan lahan perkotaan berpengaruh nyata
terhadap perubahan luas lahan semak pada taraf nyata 5. Nilai koeffisien korelasi R = 0,16285 berarti hubungan antara lahan kota dan lahan semak
sebesar 16. Sedangkan R
2
koefisien determinansi sebesar 0,1681722 artinya 16,81 variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya perubahan luasan lahan
semak disebabkan oleh pertumbuhan lahan perkotaan kawasan terbangun, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan.
b. Tabel ANOVA Pada table terlihat bahwa F α, dimana α = 0,05. Maka 0.72717 α
0,05 sehingga interpretasinya adalah bahwa model regresi lahan perkotaan tidak berpengaruh nyata terhadap lahan semak pada taraf nyata 5. Hubungan
antara perubahan lahan kota terhadap lahan semak tidak dapat dinyatakan dengan model regresi linier sederhana.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada keberadaan RTH kota, karenajika terjadi penurunan
luasan RTH,makadampaknya terhadap penurunan manfaat RTHterhadap kualitas ekologi kota khususnya kualitas udara kota, emisi karbon dan
meningkatnya volume limpasan permukaan potensi banjirmerupakan masalah yang belakangan ini dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia.
Hasil analisis GIS terhadap citra Landsat Kota Bogor tahun 1972 dan 1978 menunjukkan bahwa kondisi penutupan lahan RTH masih mendominasi
kawasan kota Tabel 20 dan Lampiran 3-6. Pada periode tersebut luasan lahan RTH relatif stabil dan tidak ada perubahan. Hasil analisis citra tahun 1989-1996
sudah mulai terlihat adanya perubahan yang terjadi pada luasan RTH kota. Pembangunan kawasan pemukiman mulai banyak menempati lahan strategis
tidak jauh dari pusat kota, mengikuti perkembangan jalur transportasi kota Tabel 20 dan Lampiran 7-10. Pada periode ini peningkatan kawasan terbangun
semakin mengurangi ketersediaan RTH. Sejalan dengan penurunan luasan tersebut, dari hasil analisis CITYGreen diperoleh hasil valuasi nilai manfaat
ekologi dan ekonomi yang semakin menurun. Selanjutnya pada periode 2001- 2011 dominasi lahan terbangun semakin meningkat sehingga keberadaan RTH
semakin termarginalisasi. Kondisi ini juga mempengaruhi nilai manfaat ekologi dan ekonomi RTH kota Tabel 20 dan Lampiran 11-16.
Tabel 20. Perubahan Luas Beberapa Jenis Penutupan Lahan Kota Bogor ha, Selama Periode tahun1972
– 2011
Penutupan Lahan
1972 1978
1989 1996
2001 2006
2011 Lahan perkotaan 1,659,0
1,896,0 2,607,0 3,436,5 4,029,0
4,621,5 5,214,0
Kedap air 3,792,0
4,029,0 3,436,5 2,844,0 2,370,0
2,607,0 1,659,0
Kanopi pohon RTH
3,673,5 4,029,0 3,318,0
2,725,5 2,251,5 1,540,5
1,659,0 Semak
592,5 355,5
474,0 592,5
711,0 474,0
474,0 Lahan pertanian
1,185,0 948,0 1,303,5
1,066,5 829,5
829,5 948,0
padang rumput 711,0
355,5 592,5
948,0 1,422,0 1,659,0
1,659,0 Muka air
237,0 237,0
118,5 237,0
237,0 118,5
237,0
Sumber : Hasil analisis
5.3. Pengaruh Perubahan Luasan RTH Kota terhadap Banjir