Elemen Kendala Program Skenario Pengembangan RTH Kota

Gambar 29. Struktur Hirarki Elemen Kendala Program Tabel 42. Elemen Kendala Program No. Sub Elemen Kendala Program 1 Koordinasi antar stakeholders masih rendah 2 Belum tersedianya RDTR rencana zonasi 3 Belum dipahaminya nilai ekonomi RTH 4 Rendahnya pemahaman masyarakat akan manfaat RTH 5 Partisipasi masyarakat masih relative terbatas 6 Keterbatasan dana pengelolaan yang tersedia 7 Konsistensi pelaksanaan tata ruang rendah 8 Lemahnya penegakan hukum 9 Keterbatasan ketersediaan lahan untuk pengembangan RTH

5.10. Rumusan KebijakanStrategis Pengalokasian RTH Kota

Dengan memperhatikan hasil analisis ISM dan skenario alternatif terpilih, maka rumusan kebijakan strategis pengelolaan RTH kota dapat dijabarkan sebagai berikut: Keterbatasan lahan untuk pengembangan RTH Konsistensi pelaksanaan tata Ruang Lemahnya penegakan hukum Rendahnya pemahaman masyarakat akan manfaat RTH Koordinasi antar stakeholders Belum tersedianya RDTR Belum dipahaminya nilai ekonomi RTH Partisipasi masyarakat rendah Tidak tersedia dana pengelolaan 1. Mempertahankan RTH Eksisting: Penegakan hukumLaw Enforcement Penerapan Reward and Punishment: Pemberlakuan sanksi bagi yang melanggar tata ruang melakukan alih fungsi lahan alami menjadi terbangun, misalnya membangun rumah pada lahan sawah, atau membangun secara horizontal, sehingga tidak menyisakan lahan untuk menanam pohon dikenakan pajak PBB yang lebih tinggi. Sebaliknya apresiasi berupa pemberian insentif bagi yang menanam pohon atau membangun secara vertikal, dengan PBB yang lebih ringan. 2. Penambahan RTH baru: Pengadaan pembangunan lokasi RTH baru sesuai dengan rencana pengembangan kota, dengan mempertimbangkan manfaat RTH dalam mereduksi polutan dan emisi karbon pada kawasan pemukiman dan pusat- pusat kegiatan masyarakat. Diharapkan konsistensi pemerintah dalam mendukung program ini, mengacu pada UUPR No 26 tahun 2007 dan UU No 32 tahun 2009, dengan penerapan „green policy dan green budgettting‟. Setiap instansi pemerintah yang membangun infrastruktur kota misalnya jalan harus melengkapi dengan RTH yang memadai. Jika membangun gedung sekolah, perkantoran dll harus memperhatikan KDB dan KDH Perlu pemantauan terhadap konsistensi pemenuhan Koefisien Dasar Bangunan KDB dan Koefisien Dasar Hijau KDH untuk penambahan RTH privat Dukungan pemerintah dalam penerbitan Peraturan Daerah Perda terkait RTH kota. Dalam perencanaan APBD agar dialokasikan pendanaan untuk penambahan RTH kota green budgeting Mengupayakan terwujudnya konsep Kota Hijau dengan menyediakan taman secara merata, seimbang di seluruh bagian wilayah kota sesuai karakteristik biofisik dan aktifitaskebutuhan warganya, dengan menerapkan konsep Kota Taman, yang mempunyai proporsi optimal untuk fungsi ekologis RTH kota dalam penjerapan polutan, menurunkan emisi karbon dan memperbanyak daerah resapan sebagai upaya pengendalian banjir. Menjaga kondisi tanaman dan rumput pada RTH eksisting misalnya pada kawasan RTH Pemakaman Umum agar tetap terpenuhi proporsi 80 vegetasi : 20 terbangun;serta upaya peningkatan kualitas pada RTH yang sudah ada misalnya melakukan replanting pada kawasan Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Darmaga agar tetap terjaga kemampuan ekologisnya, dan menjaga agar tidak terjadi alih fungsi lahan 3. Memberdayakan partisipasi masyarakat dalam pengadaan pengelolaan RTH Melakukan sosialisasi bagi warga, terkait manfaat ekologi dan ekonomi RTH kota secara berkala. Pembatasan sumber emisi kendaraan dengan membiasakan penggunaan angkutan massa daripada kendaraan pribadi Pelibatan pengawasan oleh masyarakat dengan metode “someone watching someone”untuk mencegah laju alih fungsi lahan alami baik oleh individu maupun kelompok. Mengubah RTH privat menjadi RTH publik dengan target 20 Membuat Taman Kota untuk setiap kecamatan, dengan fokus jumlah kepadatan penduduk, karakter biofisik pada taman dengan kegunaan sesuai kebutuhan warga pada berbagai usia taman untuk Olah Raga, taman pasif untuk bersosialisasi warga kota, atau taman untuk terapi kesehatan dsj Menggalang peran serta pihak SWASTA melalui mekanisme kerjasama yang positif dan menguntungkan. Jika harus ada pembebasan tanah, harus mempertimbangkan NJOP yang berlaku Memberikan apresiasi kepada masyarakat dalam bentuk : kemudahan pemberian ijin bangunan bagi yang menanam pohon di lahan miliknya, pemberian insentif PBB pada lahan bervegetasi, atau pembebasan pajak bagi yang mempertahankan peruntukan sawah irigasiproduksi, dan sebaliknya: pemberlakuan tarif pajak yang tinggi bagi bangunan di atas tanah hasil konversi lahan alami sawah dsj 4. Percepatan Peningkatan RTH: Memperbanyak RTH pada jalur hijau jalan, jalur kereta api, sempadan sungai dan situ menggunakan jenis-jenis vegetasi lokal dengan fungsi sebagai pohon peneduh dari jenis penjerap carbon dan polutan untuk perbaikan kualitas udara, dan pemilihan jenis pohon yang dapat menjaga kestabilan tebing sungai. Melaksanakan program pemenuhan proporsi kebutuhan RTH kota dengan cara: memaksimalkan penambahan RTH pada kawasan perumahan dan