Berdasarkan hasil integrasi ini maka untuk kawasan kategori 3 yaitu kawasan dengan penggunaan lahan terbangun tahun 2010 yang tidak sesuai
dengan arahan RTRW merupakan kawasan yang telah terjadi penyimpangan inkonsisten. Hal ini karena seharusnya kawasan kategori 3 ini diarahkan sebagai
kawasan penggunaan lahan tidak terbangun tetapi pada kenyataannya kondisi saat ini merupakan kawasan terbangun permukiman. Kawasan kategori
4 yaitu kawasan dengan tutupan lahan tidak terbangun tetapi diarahkan sebagai kawasan
terbangun menunjukkan bahwa kawasan kategori 4 ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan kawasan permukiman di wilayah penelitian.
5.2.5 Analisis Variabel yang Mempengaruhi Dinamika Tutupan Lahan
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh variabel-variabel yang diduga mempengaruhi perubahan penggunaan lahan kawasan permukiman maka
dibangun persamaan melalui analisis regresi linear berganda Walpole 1988. Analisis regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh dari variabel penduga independent variable terhadap variabel tujuan dependent variable. Sasaran dari metode regresi berganda adalah
penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel tujuan. Persamaan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi
dipenuhi yaitu : a.
Rata-rata galat adalah nol. b.
Tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu dengan galat pengamatan yang lain.
c. Setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama
d. Tidak ada multikolinearitas, artinya variabel-variabel penjelas saling bebas.
e. Galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol.
Persamaan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah : Y = A
+ A
1
X
1
+ A
2
X
2
+ A
3
X
3
+ ......+A
n
X
n
Dimana Y : Variabel tak bebas dependent variable A : Koefisien Regresi
X : Variabel bebas independent variable
Selanjutnya dilakukan uji serempak Uji F dan uji parsial Uji t pada model regresi berganda tersebut. Uji serempak dilakukan untuk mengetahui
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan uji parsial dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara individu. Adapun variabel-
variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda adalah persentase penggunaan lahan kawasan permukiman tahun 1990 – 2010 sebagai variabel tak
bebas dan sebagai variabel bebas adalah jumlah penduduk dalam satuan jiwa, jumlah fasilitas sosial Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas peribadatan, jumlah
fasilitas ekonomi industri, pasar, mall dan hotel dan jumlah fasilitas pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi masing-masing dalam satuan unit.
5.3 Hasil dan Pembahasan
5.3.1 Dinamika Pertumbuhan Tutupan Lahan Kawasan Permukiman
Dinamika pertumbuhan tutupan lahan kawasan permukiman di wilayah penelitian dilakukan dengan melihat konfigurasi tutupan lahan terbangun
berdasarkan pengamatan kondisi tutupan lahan di wilayah penelitian pada tahun 1982, 1992, 2000, 2005 dan 2010. Dinamika perkembangan tutupan lahan
terbangun dan persentase luasan tutupan lahan terbangun di wilayah penelitian selama periode tahun 1982 – 2010 disajikan pada Gambar 19 dan Tabel 14.
Pada awal tahun pengamatan tahun 1982 – 2000 tutupan lahan terbangun di wilayah studi masih terfragmentasi sesuai dengan kemudahan aksesibilitas.
Pada dekade ini, pengembangan perumahan untuk kelas menengah ke bawah dilakukan dalam skala kecil terutama terjadi di Kecamatan Cimanggis. Wilayah
ini menjadi pilihan karena alasan tanah masih relatif murah dan masih dapat digunakan infrastruktur dan utilitas yang sudah ada. Selain itu, juga kemungkinan
besar pengembangan perumahan ini tercipta karena telah ada kota atau permukiman sebelumnya yang relatif dekat seperti dalam hal ini adalah Depok.
Umumnya perumahan skala kecil ini berdiri sendiri, tidak saling terkait walaupun berdampingan sehingga sering terjadi inefisiensi dalam penyediaan sarana
parasarana dan utilitas oleh pemerintah ataupun jaringan tertier oleh pengembang. Pada periode ini pembangunan perumahan didominasi oleh pembangunan
perumahan yang dibangun secara mandiri non real estate. Dalam banyak hal, kondisi ini memicu terjadinya kantong-kantong perkampungan perkotaan baru
dan kekumuhan baru yang tumbuh sebagai akibat perkembangan perumahan tersebut diatas yang kurang diimbangi pembangunan infrastruktur yang memadai.
Tabel 14 Persentase tutupan lahan tahun 1982-2010 Lokasi Tutupan Lahan Terbangun
Tahun CimanggisTapos
Gunung Putri Jati Sampurna
Wilayah Studi 1982
3,45 3,57
1,94 3,26
1992 11,99
6,24 6,02
8,49 2000
38,36 35,49
27,06 35,26
2005 53,29
48,49 38,44
48,76 2010
72,21 63,21
68,14 67,59
Gambar 14 Dinamika pertumbuhan lahan terbangun wilayah penelitian tahun 1982 – 2010
Pada periode selanjutnya tahun 2000 – 2005 tutupan lahan terbangun telah bergabung menjadi menyatu dan membentuk pertumbuhan tutupan lahan
terbangun baru menyebar tidak beraturan kemana-mana dengan pemanfaatan lahan yang jauh dari efisien. Hal ini terjadi di Kecamatan Cimanggis menyebar ke