Kondisi hidrologi di wilayah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan mencakup kondisi air hujan yang
mengalir ke sungai-sungai. Sungai yang melintasi wilayah penelitian yaitu Satuan Wilayah Sungai Besar yaitu Sungai Cipinang, Sungai Cikeas dan Sungai
Ciliwung. Situ merupakan sebagai penyedia air bagi penduduk sekitarnya maupun cadangan air untuk cakupan yang lebih luas, di wilayah penelitian terdapat 8 buah
situ yang dalam kondisi kurang terpelihara. Kondisi air tanah di wilayah penelitian cukup baik dan potensial digunakan sebagai sumber air bersih oleh
masyarakat. Peningkatan luas kawasan permukiman diperlihatkan oleh peningkatan
tutupan lahan permukiman. Berdasarkan hasil interpretasi citra maka didapatkan komposisi tutupan lahan di wilayah penelitian dari kurun waktu tahun 1983 –
2010 seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Luas tutupan lahan di wilayah penelitian tahun 1983 - 2010
No. Jenis Tutupan Lahan
Tahun dalam ha
1983 1992
2000 2005
2010 1.
Badan Air 54,12
52,37 59,78
53,43 42,41
2. Permukiman
451,07 1.175,29
4.882,21 6.751,32
9.353,16 3.
Hutan 413,07
401,31 6,40
2,17 0,00
4. Kebun campuran
7008,52 8.044,75
7.281,29 5.657,48
2.169,73 5.
Lahan terbukaladang 4162,89
2338,93 794,93
805,65 1.778,62
6. Rumputsemak
448,59 566,11
330,12 108,19
85,39 7.
Sawah tergenang 1.302,73
1.211,93 486,05
462,54 410,67
Jumlah 13.840,96
13.840,96 13.840,96
13.840,96 13.840,96
Perubahan tutupan lahan di wilayah penelitian dipengaruhi oleh daya tarik kawasan sebagai wilayah pinggiran kota yang menjadi tempat tampungan
berbagai macam kegiatan sebagai akibat pertumbuhan kota Jakarta. Dengan adanya pembangunan pesat yang diikuti oleh pembangunan prasarana
perhubungan tersebut menyebabkan faktor jarak tidak lagi menjadi persoalan. Kenaikan tutupan lahan permukiman di wilayah penelitian dari tahun ke
tahun tumbuh dan berkembang semakin pesat dan diimbangi dengan cepat penurunan luasan tutupan lahan hutanvegetasi lebat, kebun campuran dan lahan
terbukaladang. Pertumbuhan tutupan lahan permukiman yang pesat dan
signifikan disebabkan oleh adanya pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan dalam skala sedang dan besar. Keberadaan kawasan perumahan ini
menjadi pemicu pengembangan pada wilayah sekitarnya yaitu pembangunan perumahan diluar kawasan pengembang perumahan tersebut dan pembangunan
fasilitas-fasiltas penunjang lainnya.
4.2 Wilayah Penelitian dalam Kebijakan Tata Ruang
Wilayah penelitian yang meliputi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Bogor Kecamatan Gunung Putri, Kota Bekasi Kecamatan Jati Sampurna dan
Kota Depok Kecamatan Cimanggis dan Tapos dalam kebijakan tata ruang secara makro Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diarahkan sebagai bagian dari
wilayah terdepan ibukota negara yang merupakan pengembangan KSN
Jabodetabekpunjur untuk mendorong pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. Tujuannya adalah untuk menjamin keterpaduan penyelenggaraan
penataan ruang antar daerah guna mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.
Dalam arahan struktur ruang kawasan tertentu Jabodetabek, wilayah penelitian diharapkan menjadi pengimbang pertumbuhan kota Jakarta, hal ini
menjadikan wilayah penelitian memiliki posisi strategis dalam pengembangan wilayah makro, selain itu juga merupakan bagian dari pengembangan kawasan
terbangun dengan pola koridor di sepanjang jalan tol. Hal ini karena karakteristik wilayahnya yang memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi dan prasarana
pelayanan yang memadai serta merupakan kawasan komuter. Sebagai kawasan yang cepat tumbuh, wilayah penelitian memerlukan arahan
spasial yang tepat sebagai dasar pelaksanaan pembangunan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor memuat bahwa Kecamatan Gunung Putri diarahkan
sebagai sistem pusat permukiman perkotaan orde II, termasuk dalam kawasan pengembangan jaringan nasional jalan tol dan bukan tol serta jaringan jalan
provinsi Gunung Putri – Bojongkulur - kota Bekasi. Kecamatan Gunung Putri merupakan kawasan strategis kabupaten yaitu kawasan strategis industri yang
berfungsi sebagai kawasan pusat kegiatan industri yang didukung oleh sistem
jaringan dan terintegrasi dengan pusat-pusat hunian serta terhadap pusat kegiatan nasional lainnya. Kebijakan Pengembangan industri diarahkan sebagai industri
pengolahan hasil pertanian serta meningkatkan aksesibilitas dari sentra-sentra
produksi pertanian ke perkotaan . Kecamatan Jati Sampurna dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi
merupakan Bagian Wilayah Kota BWK Pusat kota Bekasi. Kecamatan Jati Sampurna diarahkan sebagai kawasan pengembangan permukiman skala besar
kepadatan sedang dan kepadatan rendah dengan ketentuan KDB sebesar 50 sampai 60 dan ketinggian bangunan 1 sampai 3 lantai. Perkembangan
kawasan permukiman di Kecamatan Jati Sampurna menjadikan kawasan ini diarahkan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala regional dan
kota melalui pemanfaatan keunggulan kompetitifnya yaitu tingkat aksesibilitas yang tinggi dan strategis.
Kecamatan Cimanggis dan Tapos dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok merupakan sub pusat pelayanan kota SPK yaitu sebagai pusat pelayanan
sekunder yang melayani sub wilayah Kota Depok. SPK Tapos dan SPK Cimanggis diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional,
industri, jasa pergudangan, perumahan dengan kepadatan sedang dan rendah, kawasan pertahanan dan keamanan negara, serta RTH kota.
4.3 Kependudukan
4.3.1 Jumlah Penduduk
Penduduk migran secara umum lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan penduduk asli di wilayah penelitian. Hal ini merupakan konsekwensi dari
wilayah penelitian sebagai wilayah yang menampung limpahan pertambahan penduduk dari Jakarta. Jumlah penduduk di wilayah penelitian tahun 2005
sebesar 877.389 jiwa Tabel 3. Selama kurun waktu 2005 -2010 rata-rata laju pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian adalah sebesar 6,09 tahun.
Sedangkan dilihat dari tiap kecamatan dalam wilayah penelitian ternyata rata-rata laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Gunung Putri, diikuti
oleh Kecamatan Jati Sempurna dan Kecamatan Cimanggis dan Tapos Tabel 4.
Tabel 3 Jumlah penduduk wilayah penelitian tahun 2005 - 2010
Tahun Jumlah Penduduk jiwa
Kec Gunung Putri Kec CimanggisTapos
Kec Jati Sempurna Wilayah Penelitian
2010 315.516
458.795 103.078
877.389 2009
306.839 421.630
99.456 827.925
2008 300.828
412.388 85.333
798.549 2007
242.460 403.037
78.774 724.271
2006 225.780
392.512 71.750
690.042 2005
204.305 379.487
69.759 653.551
Sumber: BPS 2012
Tabel 4 Laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010
Sumber : BPS 2012 dan hasil perhitungan
Kepadatan penduduk di wilayah penelitian pada tahun 2010 sebesar 7.085 jiwakm
2
Tabel 5, dimana kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Cimanggis dan Tapos sebesar 8.569 jiwakm2, diikuti oleh Kecamatan Jati
Sampurna dan Kecamatan Gunung Putri. Jumlah orang per KK di wilayah penelitian pada tahun 2010 sebanyak 4,34 jiwa atau berkisar antara 4 – 5 jiwa ,
dimana rata-rata jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jati Sampurna yaitu 6 jiwa.
4.3.2 Kondisi Sosial-Ekonomi Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah penelitian pada tahun 2010 didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD sebesar 38,29 .
Kecamatan Jati Sampurna merupakan kecamatan dengan tingkat pendidikan penduduk tamat perguruan tinggi yang relatif cukup besar 13 dibandingkan
dengan kecamatan lain dan juga kecamatan yang relatif cukup besar juga untuk
Tahun Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan 2005
653.551 -
2006 690.042
5,58 2007
724.271 4,96
2008 798.549
10,25 2009
827.925 3,67
2010 877.389
5,97 Rata-rata laju pertumbuhanthn
6,09