Indeks Keberlanjutan Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

2. Frekuensi relatif dari osilasi guncangan, dimana tingkat yang lebih rendah lebih mudah terguncang dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi; 3. Konteks, dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu yang lebih lambat; 4. Liputan containment dimana liputan yang lebih tinggi mencakup pula tingkat yang lebih rendah; 5. Hubungan fungsional, dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat di tingkat bawahnya. Struktur dari sistem hierarki dibutuhkan untuk menjelaskan pemahaman terhadap perihal yang dikaji. Menurut Saxena dalam Eriyatno 2003 program terdiri dari sembilan elemen yaitu: 1. Sektor masyarakat yang terpengaruh program 2. Kebutuhan dari program 3. Kendala utama program 4. Perubahan yang dimungkinkan 5. Tujuan dari program 6. Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program 7. Aktivitas yang dibutuhkan untuk perencanaan tindakan 8. Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas program 9. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program Selanjutnya setiap elemen dari program yang dikaji akan diuraikan menjadi sejumlah sub elemen dan ditetapkan hubungan kontekstual antar sub elemen tersebut.

2.7 Model Sistem Dinamis

Perkembangan kawasan permukiman di pinggiran kota metropolitan bersifat sangat kompleks dan dinamis Heripoerwanto 2009; Firman 2004a; Uguy 2006. Untuk itu proses analisisnya harus menyeluruh dan berkembang sesuai dengan waktu. Pendekatan kesisteman merupakan pendekatan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks, dinamis dan probabilistik Eriyatno 2003 dan didasarkan pada Cybernetic, holistic dan effectiveness Kholil 2005. Pendekatan kesisteman merupakan penerapan sistem ilmiah dalam manajemen yang dapat memberikan dasar untuk memahami adanya penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Melalui pendekatan kesisteman dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi Marimin 2004. Perilaku sistem dikelompokkan menjadi empat Muhamadi et al. 2001 yaitu : 1. Pembelajaran : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas kemampuan sistem untuk menciptakan keluaran berdasarkan proses sebelumnya. 2. Emerjensi : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas pemunculan realitas baru yang tidak terduga dalam sistem. 3. Ko-evolusi : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas perilaku mikro mempengaruhi perilaku makro. 4. Non-linearitas : proses perubahan tidak berbanding lurus, non linearitas merupakan perilaku hasil dari terjadinya kombinasi antara simpal positif dan simpal negatif, dimana simpal negatif mengalami waktu tunda. Bentuk lain dari non linearitas adalah random. Untuk menganalisis berbagai masalah yang bersifat sistemik, rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian dapat dipakai pendekatan kesisteman dengan menggunakan model sistem dinamik Muhammadi et al. 2001. Hal tersebut karena sistem dinamik merupakan proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian. Selanjutnya model sistem dinamik dapat menganalisis struktur dan pola perilaku sistem yang rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian Muhammadi et al. 2001. Demikian pula perubahan struktural yang terjadi pada salah satu bagian dari sistem yang akan berdampak pada perilaku sistem secara keseluruhan dapat dianalisis dengan cepat Martin 1997. Model sistem dinamis dapat digunakan dalam proses analisis kebijakan melalui simulasi model untuk memilih alternatif kebijakan yang paling baik untuk mencapai sasaran dan tujuan. Simulasi model akan memberikan hasil