Metode Analisis Pengelolaan Kawasan Permukiman
Tabel 23 Reachability Matrix Final kendala pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian.
Element Driver
Ranks Element
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Power
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 10
1 2
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 3
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 4
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 5
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 6
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 7
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 8
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 9
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2 10
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
10 1
11 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 2
Dependence 1
11 11
11 11
11 11
11 11
1 11
Level 2
1 1
1 1
1 1
1 1
2 1
Berdasarkan Gambar 25 grafik hubungan antara kekuatan penggerak driver power dengan ketergantungan dependence bahwa sub-elemen konsistensi
pelaksanaan tata ruang yang masih lemah 2, pengawasan terhadap pelanggaran masih lemah 3, rencana tata ruang yang lebih terinci belum ada 4, RTRW yang
tidak sesuai dengan kebutuhan 5, perkembangan permukiman yang tidak terencana 6,penegakan hukum bagi pelanggaran tata ruang masih lemah 7,
rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan lahan sesuai ketentuan 8, tingginya minat masyarakat untuk membangun permukiman di kawasan pinggiran
9 dan terbatasnya kemampuan untuk pengembangan dan pengelolaan infrastruktur 11 termasuk dalam kelompok linkage kwadran III. Kendala ini
memiliki pengaruh driver power yang besar dan juga memiliki tingkat ketergantungan dependence yang tinggi dalam mengatasi permasalahan
pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian. Kendala-kendala pada kelompok linkage kwadran III di atas memiliki
ketergantungan terhadap kelompok independent kwadran IV, hal ini berarti keberadaan kendala pada kelompok linkage tidaklah timbul secara sendirinya
namun yang terjadi karena diakibatkan adanya sub elemen independent yaitu kendala koordinasikerjasama
antar instansistakeholder yang terlibat dalam
pengelolaan kawasan permukiman masih lemah 1 dan peraturan zonasi sebagai alat pengendalian penataan dan pengelolaan kawasan permukiman belum ada
10. Kedua kendala ini memiliki peran yang besar, namun memiliki ketergantungan yang rendah terhadap pengelolaan kawasan permukiman di
wilayah penelitian. Artinya apabila kerjasamakoordinasi dalam pengelolaan kawasan permukiman ditingkatkan dan petunjuk teknis operasional berupa zoning
regulation tersedia, maka sub elemen ini akan menjadi penggerak positip peningkatan dalam mengatasi terhadap
kendala-kendala yang terletak pada kuadran III linkage.
Gambar 25 Hubungan Driver Power dengan Dependence pada kendala pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian.
Pada Gambar 26 Struktur hierarki kendala pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian terlihat bahwa dari 11 sub elemen tersusun
menjadi dua tingkat hirarki, dimana kendala yang berada pada jenjang tinggi merupakan kendala yang sangat mempengaruhi terhadap kendala-kendala yang
timbul akibatnya. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan
permukiman akan dapat teratasi dengan cara bertahap sesuai dengan jenjang dan hirarkienya. Artinya dengan meningkatnya koordinasi dan kerjasama yang
didukung oleh tersedianya rencana rinci yang berupa petunjuk teknis operasional maka akan dapat mengatasi kendala-kendala yang ada pada jenjang 1 satu. Hal
ini menunjukkan semakin memperkuat bahwa koordinasi antara Dinas Tata Ruang kabupatenkota merupakan kendala yang harus diatasi.
1, 10 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 11
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Kwadran IV Kwadran III
Kwadran II Kwadran I
Dependence D
r i
v e
r P
o w
e r
Gambar 26 Struktur hierarki kendala pengelolaan kawasan permukiman di wilayah penelitian.