Nilai Kebaruan Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

kemiringan lereng. Faktor manusia berpengaruh lebih dominan dibandingkan faktor alami dan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan pengaruh dari luar, seperti kebijakan nasional dan internasional Sitorus 2004a. Saefulhakim et al. 2000, mengemukakan bahwa pemahaman akan perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dapat didekati dari struktur utama yang berkaitan langsung dengan perubahan penggunaan lahan. Secara umum struktur yang berkaitan langsung dengan perubahan penggunaan lahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 1 struktur permintaan, 2 struktur penawaran, 3 struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktivitas sumberdaya lahan. Pemahaman ketiga struktur utama yang berkaitan langsung dengan perubahan penggunaan lahan tersebut merupakan syarat yang diperlukan untuk dapat memodelkan perubahan penggunaan lahan secara utuh. Permintaan akan lahan dalam aktivitas masyarakat antara lain untuk menunjang ketersediaan pangan, sandang, papan, amenity, dan fasilitas kehidupan dasar lain dalam kuantitas, kualitas dan tingkat keragaman tertentu. Kebutuhan akan lahan meningkat dari waktu ke waktu dipicu oleh pertumbuhan penduduk, perkembangan struktur masyarakat dan perekonomian sebagai konsekuensi logis dari hasil pembangunan. Perubahan penggunaan lahan dapat mengacu pada 2 dua hal yang berbeda, yaitu: pada penggunaan lahan sebelumnya, atau rencana ruang yang ada. Perubahan yang mengacu pada penggunaan sebelumnya adalah suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda dengan penggunaan lahan sebelumnya. Perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah penggunaan baru atas tanah lahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan Permendagri No.41996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota. Yunus 2000 menyatakan bahwa selain faktor ekonomi yang menjadi penentu penggunaan lahan, masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi penggunaan lahan, seperti faktor sosial dan politik, tetapi faktor ekonomi masih merupakan faktor yang dominan dan tidak dapat diabaikan dalam setiap analisis penggunaan lahan. Menurut Rustiadi 2001, proses alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercermin dari adanya: 1 pertumbuhan aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita, 2 adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor-sektor primer khususnya dari sektor- sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktivitas sektor-sektor sekunder manufaktur dan tersier jasa. Proses peralihan fungsi lahan dapat dipandang sebagai pergeseran- pergeseran dinamika alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan- keseimbangan baru yang lebih optimal. Namun sering terjadi berbagai distorsi yang menyebabkan alokasi pemanfaatan lahan berlangsung menjadi tidak efisien. Proses alih fungsi lahan pada umumnya didahului oleh adanya proses alih penguasaan lahan. Dalam kenyataannya, di balik proses alih fungsi lahan umumnya terdapat proses memburuknya struktur penguasaan sumberdaya lahan Rustiadi et al. 2003. Kustiwan 1997 menyebutkan bahwa fenomena konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian dapat dijelaskan dalam konteks ekonomika lahan, dimana interaksi antara permintaan dan penawaran lahan akan mengarah pada aktifitas paling menguntungkan sehingga konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian tidak dapat dihindari. Secara keseluruhan aktivitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang semakin menurun, padahal di lain pihak permintaan akan sumberdaya terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita. Selain itu, proses alih fungsi lahan pada umumnya bersifat irreversible, seperti lahan-lahan sawah yang dikonversikan ke berbagai aktivitas urban sangat kecil kemungkinannya untuk kemudian dikembalikan lagi menjadi sawah. Perubahan penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk secara berkala ataupun permanen. Pengaruh yang lain adalah terhadap ekonomi lahan seperti harga, sewa dan kegiatan jual beli lahan.

2.2 Kota dan Perkembangan Kota

Kota pada umumnya berawal dari suatu kawasan permukiman kecil yang secara spasial mempunyai lokasi yang strategis bagi kegiatan perdagangan Sandy 1978 dalam Sujarto 2005. Seiring dengan berjalannya waktu, kota mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertambahan penduduk, perubahan kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota-kota lain dan daerah sekitarnya. Secara fisik perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang semakin bertambah padat, bangunan yang semakin rapat dan wilayah terbangun terutama kawasan permukiman yang cenderung semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial ekonomi kota. Budihardjo et al. 1993 menyatakan bahwa kota sebagai bagian integral dari suatu lingkungan terutama di Indonesia pada umumnya berkembang secara laissez-faire yaitu perkembangan tanpa dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh dan terpadu. Kota-kota tersebut tidak betul-betul dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam kurun waktu yang singkat. Berdasarkan jumlah penduduk di perkotaan, maka dapat diklasifikasikan kota-kota di Indonesi menjadi 4 empat kategori yaitu Yunus, 2000: 1. Kota metropolitan dengan jumlah penduduk 1.000.000 jiwa 2. Kota besar dengan jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa 3. Kota sedang dengan jumlah penduduk 100.000 – 500.000 jiwa 4. Kota kecil dengan jumlah penduduk 100.000 jiwa Kota metropolitan adalah wilayah perkotaan yang merupakan perwujudan perkembangan alamiah dari suatu kawasan permukiman yang berkembang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan jumlah penduduk dan luas wilayah yang membesar dengan karakteristik dan persoalan