Metode Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

Pendekatan kesisteman merupakan penerapan sistem ilmiah dalam manajemen yang dapat memberikan dasar untuk memahami adanya penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Melalui pendekatan kesisteman dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi Marimin 2004. Perilaku sistem dikelompokkan menjadi empat Muhamadi et al. 2001 yaitu : 1. Pembelajaran : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas kemampuan sistem untuk menciptakan keluaran berdasarkan proses sebelumnya. 2. Emerjensi : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas pemunculan realitas baru yang tidak terduga dalam sistem. 3. Ko-evolusi : perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas perilaku mikro mempengaruhi perilaku makro. 4. Non-linearitas : proses perubahan tidak berbanding lurus, non linearitas merupakan perilaku hasil dari terjadinya kombinasi antara simpal positif dan simpal negatif, dimana simpal negatif mengalami waktu tunda. Bentuk lain dari non linearitas adalah random. Untuk menganalisis berbagai masalah yang bersifat sistemik, rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian dapat dipakai pendekatan kesisteman dengan menggunakan model sistem dinamik Muhammadi et al. 2001. Hal tersebut karena sistem dinamik merupakan proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian. Selanjutnya model sistem dinamik dapat menganalisis struktur dan pola perilaku sistem yang rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian Muhammadi et al. 2001. Demikian pula perubahan struktural yang terjadi pada salah satu bagian dari sistem yang akan berdampak pada perilaku sistem secara keseluruhan dapat dianalisis dengan cepat Martin 1997. Model sistem dinamis dapat digunakan dalam proses analisis kebijakan melalui simulasi model untuk memilih alternatif kebijakan yang paling baik untuk mencapai sasaran dan tujuan. Simulasi model akan memberikan hasil analisis kebijakan lebih cepat, menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan Muhammadi et al. 2001; Meadow et al. 2004. Kebijakan merupakan arah tindakan yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah. Analisis kebijakan pada dasarnya mencakup tiga hal utama, yaitu bagaimana merumuskan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan Dwijowijoto 2003. Setiap kebijakan dirumuskan untuk tujuan tertentu yaitu mengatur sistem yang sedang berjalan untuk mencapai tujuan visi dan misi bersama yang telah disepakati. Dengan demikian, analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Analisis kebijakan bersifat deskriptif, valuatif dan dapat pula bersifat normatif Dunn 2003. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan langkah strategis untuk mempengaruhi sistem. Ada dua pilihan skenario yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi kinerja sistem yaitu: 1 kebijakan fungsional, skenario dengan tindakan yang mempengaruhi fungsi dariunsur sistem tanpa mengubah sistem; dan 2 kebijakan struktural, skenario dengan tindakan yang akan menghasilkan sistem yang berbeda Muhammadi et al. 2001. Tujuan dari analisis kebijakan adalah menganalisis dan mencari alternatif kebijakan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan bagi penentu kebijakan. Muhammadi et al. 2001 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual memilah dan mengelompokkan upaya yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sistem dinamis untuk menyederhanakan sistem dalam analisis kebijakan digunakan simulasi model. Ada dua tahap simulasi model untuk analisis kebijakan yaitu: 1. Pengembangan kebijakan alternatif, yaitu suatu proses berpikir kreatif untuk menciptakan ide-ide baru tentang tindakan yang diperlukan dalam rangka mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan, baik dengan cara merubah model maupun tanpa merubah model; 2. Analisis kebijakan alternatif, suatu upaya untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik dengan mempertimbangkan perubahan sistem serta perubahan lingkungan ke depan.

2.8 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut: Uguy 2006 melakukan penelitian tentang pengaruh suburbanisasi terhadap kerusakan lingkungan, dijelaskan wilayah pinggiran kota sebagai akibat proses suburbanisasi telah memicu terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kondisi itu semakin parah oleh proses suburbanisasi yang menyebabkan perkembangan kota memencar dan berserakan urban sprawl, hal ini terjadi dimulai dengan dua kegiatan utama yang saling berlomba, yakni pengembangan perumahan dan pembangunan jalan tol. Proses suburbanisasi terjadi ketika tempat tinggal dan tempat kerja terdesentralisasi, sehingga semakin banyak perjalanan ulang-alik. Pembangunan perumahan terencana maupun spontan di pinggiran kota telah mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan hidup alam, buatan, dan sosial. Untuk menuju keberlanjutan lingkungan pinggiran kota dengan kota utama harus dilihat sebagai ekosistem sehingga sebagai konsekuensinya, dalam pengembangannya perlu diterapkan prinsip integrasi spasial, prinsip keseimbangan antara kegiatan manusia dan daya dukung lingkungan, serta prinsip etika ekosentris yang menjadikan manusia bagian dari alam dan bertanggung jawab memeliharanya Rustiadi, et al. 2003 melakukan penelitian tentang kecenderungan dan dampak proses suburbanisasi di wilayah JABODETABEK yang merupakan suatu upaya pengembangan model pembangunan wilayah metropolitan. Dijelaskan bahwa Wilayah Jabotabek mengalami proses suburbanisasi dengan berbagai keunikan dan kecenderungan yang berimplikasi khusus terhadap wilayah lainnya secara nasional. Telaahan mengenai proses suburbanisasi di Jabotabek dilakukan pada periode tahun 1980-2000, gambaran tentang kecenderungan proses suburbanisasi di Wilayah Jabotabek sebagai implikasi dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya serta prediksi berbagai permasalahan-permasalahan lingkungan, sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya yang disajikan secara kuantiatif dan spasial. Kajian dilakukan dengan menelaah berbagai aspek suburbanisasi yakni: analisis kecenderungan perkembangan secara temporal dan spasial, analisis struktur keterkaitan antar faktor-faktor penentu urbanisasi-suburbanisasi, analisis tipologi wilayah, dan analisis pergeseran struktur perkembangan aktifitas dan spasial wilayah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagai kawasan yang tengah mengalami proses suburbanisasi, berbagai langkah perencanaan dan tindakan pembangunan yang perlu diantisipasi adalah dengan mencegah kecenderungan pengembangan metropolitan yang terlalu meluas dan berkepadatan rendah, terfragmentasi melalui pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya yaitu: revitalisasi pusat-pusat aktifitas sosial-ekonomi di kota Jakarta, dan pengendalian alih fungsi lahan di kawasan Botabek. Untuk itu perencanaan tata ruang kawasan suburban sangat perlu memperhatikan sisi-sisi sosial kelembagaan masyarakat, dan mencegah terpinggirkannya masyarakat penduduk asli oleh kehadiran pendatang-pendatang dari perkotaan; mengendalikan proses alih fungsi lahan yang mengkonversi kawasan-kawasan yang memiliki fungsi-fungsi ekosistem. Zulkaidi 2007 melakukan penelitian tentang dampak pengembangan lahan skala besar terhadap pasar lahan dan transformasi peri-urban kota Jakarta. Pengembangan lahan tidak terlepas dari aktivitas Jakarta yang sudah sangat padat, sehingga ini upaya untuk menampung limpahan pertumbuhan kegiatan perkotaan Jakarta serta mengurangi tekanan urbanisasi yang kuat bagi kota tersebut tidak hanya menciptakan pusat pertumbuhan baru, namun juga meningkatkan urban sprawl, terutama untuk daerah peri-urban Jakarta. Ketika pengembangan lahan dilakukan pada area pedesaan, proses peri-urbanisasi mampu menciptakan titik konsentrasi atau pusat aktivitas baru di luar area terbangun kota, serta merubah area yang dulunya berkarakter rural menjadi area periurban, yakni suatu area yang didalamnya terdapat kombinasi antara karakteristik rural dan karakteristik urban. Penelitian menekankan pada eksplorasi pengaruh pengembangan lahan terhadap timbulnya periurbanisasi, terkait dengan pasar lahan dan transformasi wilayah periurban, agar dapat memperkaya pengetahuan, khususnya di bidang pengembangan lahan termasuk