Model Sistem Dinamis Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

permasalahan-permasalahan lingkungan, sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya yang disajikan secara kuantiatif dan spasial. Kajian dilakukan dengan menelaah berbagai aspek suburbanisasi yakni: analisis kecenderungan perkembangan secara temporal dan spasial, analisis struktur keterkaitan antar faktor-faktor penentu urbanisasi-suburbanisasi, analisis tipologi wilayah, dan analisis pergeseran struktur perkembangan aktifitas dan spasial wilayah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagai kawasan yang tengah mengalami proses suburbanisasi, berbagai langkah perencanaan dan tindakan pembangunan yang perlu diantisipasi adalah dengan mencegah kecenderungan pengembangan metropolitan yang terlalu meluas dan berkepadatan rendah, terfragmentasi melalui pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya yaitu: revitalisasi pusat-pusat aktifitas sosial-ekonomi di kota Jakarta, dan pengendalian alih fungsi lahan di kawasan Botabek. Untuk itu perencanaan tata ruang kawasan suburban sangat perlu memperhatikan sisi-sisi sosial kelembagaan masyarakat, dan mencegah terpinggirkannya masyarakat penduduk asli oleh kehadiran pendatang-pendatang dari perkotaan; mengendalikan proses alih fungsi lahan yang mengkonversi kawasan-kawasan yang memiliki fungsi-fungsi ekosistem. Zulkaidi 2007 melakukan penelitian tentang dampak pengembangan lahan skala besar terhadap pasar lahan dan transformasi peri-urban kota Jakarta. Pengembangan lahan tidak terlepas dari aktivitas Jakarta yang sudah sangat padat, sehingga ini upaya untuk menampung limpahan pertumbuhan kegiatan perkotaan Jakarta serta mengurangi tekanan urbanisasi yang kuat bagi kota tersebut tidak hanya menciptakan pusat pertumbuhan baru, namun juga meningkatkan urban sprawl, terutama untuk daerah peri-urban Jakarta. Ketika pengembangan lahan dilakukan pada area pedesaan, proses peri-urbanisasi mampu menciptakan titik konsentrasi atau pusat aktivitas baru di luar area terbangun kota, serta merubah area yang dulunya berkarakter rural menjadi area periurban, yakni suatu area yang didalamnya terdapat kombinasi antara karakteristik rural dan karakteristik urban. Penelitian menekankan pada eksplorasi pengaruh pengembangan lahan terhadap timbulnya periurbanisasi, terkait dengan pasar lahan dan transformasi wilayah periurban, agar dapat memperkaya pengetahuan, khususnya di bidang pengembangan lahan termasuk manajemen lahan serta dapat menyumbangkan proses berpikir baru dalam manajemen pertumbuhan. Heripoerwanto 2009 melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem pengelolaan permukiman berkelanjutan di kawasan pinggiran metropolitan dengan studi kasus di Kabupaten Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kebijakan strategis untuk mendukung pengelolaan permukiman yang berkelanjutan di kawasan pinggiran metropoliitan. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor penyebab utama tumbuhnya permukiman di kawasan pinggiran metropolitan yang tidak terencana merupakan kombinasi kepentingan antara pengembang dengan pemilik-penghuni. Diperlukan penguatan peran dan fungsi Badan Kerjasama Pembangunan, penciptaan mekanisme partisipasi masyarakat, dorongan kepada dunia usaha untuk terlibat dalam pengelolaan kawasan dan koordinasi yang lebih efektif diantara stakeholder utama. Hudalah 2010 meneliti tentang suburbanisasi dan pengaruhnya terhadap ekonomi Jabodetabek dijelaskan bahwa wilayah pinggiran kota sebagai wilayah yang berada tepat di sekeliling kota yang secara ekologi dan sosial ekonomi terintegrasi dengan kota intinya. Fenomena keruangan yang terkait dengan wilayah pinggiran ini adalah suburbanisasi, yaitu transformasi perkotaan di sekitar dan di luar perkotaan. Fenomena yang muncul telah menghasilkan persoalan-persoalan penting bagi perencanaan metropolitan, seperti segregasi sosial dan kerusakan lingkungan. Penelitian ini mengidentifikasi potensi yang mungkin dapat dikembangkan terkait dengan fenomena peri-urbanisasi ini yaitu pada aspek-aspek ekonomi wilayah yang berkenaan dengan ketenagakerjaan, PDB dan pemerataan pembangunan. Tujuan penelitian ini untuk memahami karakter keruangan peri-urbanisasi di Jabodetabek dan implikasinya terhadap perekonomian wilayah. Pendekatan GIS dan pendekatan analisis statistik korelasi dengan yang didasarkan pada data sekunder dan survei lapangan, dapat teridentifikasi fungsi dan pengaruh peri-urbanisasi terhadap ekonomi wilayah perkotaan yang kemudian dapat menjadi dasar bagi pengembangan teori dan penerapan kebijakan wilayah perkotaan di Indonesia. III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di pinggiran kota metropolitan Jabodetabek Gambar 10. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1 terjadinya proses suburbanisasi dan fenomena urban sprawl yang paling cepat yaitu sepanjang jalur transportasi utama dalam hal ini adalah daerah di sekitar koridor jalan tol dengan jarak antara 15 km sampai 30 km dari pusat kota Jakarta Zain 2001, JICA 2003, Hidajat 2004, 2 kebijakan pengembangan metropolitan Jabodetabek yaitu koridor barat-timur, maka koridor selatan yaitu koridor Jakarta-Bogor diperlukan pengendalian pengembangan, dan 3 merupakan kawasan pinggiran yang meliputi beberapa wilayah adminstratif kabupatenkota yang saling berbatasan yaitu Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor, Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan Tapos Kota Depok dan Kecamatan Jati Sempurna Kota Bekasi. Gambar 10 Lokasi wilayah penelitian Cimanggis Tapos Jati Sampurna Gunung Putri

3.2 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup kawasan yang diteliti adalah kawasan permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan UU No. 12011 tentang permukiman dan perumahan; UU No. 262007 tentang penataan ruang. Kawasan permukiman terdiri dari kawasan perumahan, kawasan non perumahan perdagangan, jasa, industri dan sarana prasarana permukiman fasilitas permukiman dan jaringan jalan. Dengan demikian dalam istilah lain kawasan permukiman dapat disebut sebagai kawasan terbangun dalam hal ini adalah tutupan lahan terbangun. Ruang lingkup pengelolaan kawasan permukiman pada penelitian ini difokuskan pada perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian kawasan permukiman. Penurunan kualitas lingkungan di pinggiran kota metropolitan diakibatkan oleh perkembangan permukiman yang pesat dan tidak terkendali urban sprawl, sehingga untuk mengelola pengembangan kawasan permukiman diperlukan konsistensi lokasi kawasan permukiman saat ini dengan rencana tata ruang serta kebijakan untuk mengendalikan perkembangan permukiman tersebut. Pinggiran kota adalah kawasan yang terdapat di sekitar atau berbatasan dengan kota besar atau metropolitan, bersama sebuah atau lebih kota inti membentuk kawasan metropolitan. Kawasan yang mengalami pengaruh sangat kuat dari kota inti dan merupakan perluasan dari kota inti berupa pertumbuhan fisik yang acak urban sprawl

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 11 1. Analisis perubahan tutupan lahan terbangun di wilayah penelitian meliputi : a analisis dinamika perubahan tutupan lahan tahun 1982 – 2010, b analisis kecenderungan pertumbuhan tutupan lahan dan penghitungan indeks sprawl, c analisis penilaian kesesuaian antara kawasan permukiman eksisting