Latar belakang Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek meluas tidak terkendali dengan pengembangan pusat kegiatan yang acak dan terpencar Soegijoko 2010. Pertumbuhan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek saat ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena kawasan ini merupakan kawasan perbatasan antara beberapa wilayah administrasi pemerintahan yang kurang bersinergi karena kebijakan otonomi daerah masing-masing, meskipun kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan ini merupakan kawasan yang paling dinamis dan tumbuh pesat. Pengelolaan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek selama ini belum dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tidak memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan juga kelembagaan secara terintegrasi. Hasil penelitian Uguy 2006 menunjukkan bahwa lingkungan di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek khususnya di Kecamatan Cimanggis telah terjadi ketidakberlanjutan. Melihat keadaan ini, wilayah pinggiran perkotaan masih akan terus berkembang dan berpotensi sebagai penyedia ruang kawasan permukiman, disisi lain proses suburbanisasi dan fenomena gejala urban sprawl yang terjadi memberikan kondisi-kondisi merugikan yang selanjutnya akan menimbulkan pengaruh negatif pada fungsi kota Jakarta sebagai pusat metropolitan dan sistem perkotaan metropolitan Jabodetabek secara keseluruhan. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Jabodetabek dan mengenai fenomena urban sprawl serta kawasan pinggiran sebagai wilayah transisi seperti Winarso dan Kombaitan 2001 tentang proses pengembangan lahan permukiman skala besar di Jabodetabek, Yuniarto 1993 tentang pengaruh kebijakan perumahan terhadap distribusi spasial wilayah perumahan formal di Jabodetabek, Uguy 2006 tentang pengembangan peri-urban yang menuju keberlanjutan, Rustiadi et al. 2003 melakukan penelitian tentang kecenderungan dan dampak proses suburbanisasi di Jabodetabek, Zulkaidi et al. 2007 tentang dampak pengembangan lahan skala besar terhadap pasar dan transformasi peri- urban Jakarta, Heripoewanto 2009 tentang kebijakan strategis untuk mendukung pengelolaan permukiman di kawasan pinggiran metropolitan studi kasus di Kabupaten Tangerang dan Hudalah 2010 tentang perencanaan peri-urban di Indonesia meliputi konteks, pendekatan dan kapasitas institusional. Selain itu juga penelitian McGee 1991 tentang perkembangan kota-kota di Asia dan Indonesia menghasilkan suatu struktur ruang mega urban yang membentuk suatu kawasan pinggiran kota bersifat transisi memiliki karakteristik desakota. Secara umum kesemua penelitian tersebut bersifat analitis dan sangat bernilai untuk memahami terjadinya fenomena urban sprawl serta karakteristik pinggiran kota sebagai suatu ruang baru yang mengalami transisi. Namun penelitian untuk keperluan intervensi kebijakan dalam pengelolaan pertumbuhan yang terjadi di pinggiran kota tersebut dapat dikatakan belum ada yang mengisinya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai model pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran kota wilayah metropolitan yang mengalami pertumbuhan cepat dan tidak terkendali dengan menggunakan model dinamik sebagai landasan penyusunan alternatif kebijakan pengelolaan. Sistem pengelolaan secara terintegrasi diperlukan mengingat pengelolaan yang dijalankan selama ini hanya sesuai untuk wilayah yang tumbuh lambat dan pada komunitas yang stabil juga pada wilayah dengan pengelola tunggal. Penelitian dilakukan melalui pendekatan sistem dimana melalui simulasi skenario model pengelolaan akan dibuat suatu kebijakan pengelolaan yang akan menjadi keluaran penelitian. Alasan penggunaan pendekatan sistem adalah karena persoalan yang dimiliki kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan sangat kompleks dan tidak mungkin dilakukan pendekatan secara parsial Eriyatno 2003. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek telah mengalami proses pertumbuhan fisik secara cepat namun tidak teratur acak dan tidak terkendali serta tidak terencana yang ditandai dengan munculnya kawasan- kawasan permukiman baru. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan dan kemubaziran fenomena urban sprawl 2. Pertumbuhan fisik kawasan permukiman di wilayah pinggitan perkotaan metropolitan Jabodetabek dalam pengelolaannya belum dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tidak memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang terintegrasi. Akibat dari pengabaian ini menjadikan kawasan permukiman mengalami degradasi lingkungan. 3. Pesatnya perkembangan kawasan permukiman mengakibatkan tingginya tekanan dan konflik kepentingan dalam pengelolaan kawasan permukiman tersebut yang mana akan melibatkan beberapa pengelola dalam hal ini pemerintah daerah yang saling berbatasan di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek. 4. Sampai saat ini perkembangan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek yang terjadi cukup merisaukan yang ditunjukkan dengan gejala-gejala symptoms seperti terjadinya kemacetan, banjir, kekumuhan, polusi udara, kekeringan dan lain-lain sehingga diperlukan suatu model pengelolaan yang memuat kebijakan yang efektif dan komprehensif secara terintegrasi mengingat pengelolaan yang dijalankan selama ini hanya sesuai untuk wilayah yang tumbuh lambat dan pada komunitas yang stabil juga pada wilayah dengan pengelola tunggal. Berdasarkan uraian pokok permasalahan diatas maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana dinamika pertumbuhan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek selama 20 tahun terakhir ? 2. Bagaimana status keberlanjutan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan dalam sistem metropolitan Jabodetabek ? 3. Adakah kelemahan dalam pengelolaan saat ini sehingga perkembangan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek menjadi tidak terkendali ? 4. Bagaimana model pengelolaan kawasan permukiman sehingga dapat dirumuskan alternatif-alternatif kebijakan bagi pengelolaan kawasan permukiman yang berkelanjutan di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan permukiman yang berkelanjutan di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek. Untuk mencapai tujuan utama diatas maka dirancang tujuan antara sebagai berikut: 1. Menganalisis dinamika pertumbuhan kawasan permukiman di wilayah penelitian. 2. Menganalisis status keberlanjutan kawasan permukiman di wilayah penelitian untuk pengembangan pengelolaan kawasan permukiman selanjutnya. 3. Mengidentifikasi peran stakeholders, kendala, kegiatan yang dibutuhkan dan perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan kawasan permukiman yang berkelanjutan di wilayah penelitian. 4. Merancang bangun model untuk merumuskan alternatif-alternatif kebijakan dalam pengelolaan kawasan permukiman yang berkelanjutan di wilayah pinggiran kota metropolitan Jabodetabek, khususnya di wilayah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam bentuk : 1. Alternatif model dengan simulasi intervensi bagi pengelolaan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan secara berkelanjutan dalam sistem metropolitan Jabodetabek. 2. Masukan bagi pemerintah daerah yang terkait dalam hal pedoman pemanfaatan lahan berkaitan dengan keberlanjutan pembangunan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan. 3. Bagi khasanah keilmuan, diharapkan sistem pengelolaan kawasan permukiman di wilayah pinggiran perkotaan metropolitan Jabodetabek dapat menambah alternatif bagi pengembangan bidang perencanaan dan pengembangan wilayah.