3.2 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup kawasan yang diteliti adalah kawasan permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan UU No. 12011 tentang permukiman dan perumahan; UU No. 262007 tentang penataan ruang. Kawasan permukiman
terdiri dari kawasan perumahan, kawasan non perumahan perdagangan, jasa, industri dan sarana prasarana permukiman fasilitas permukiman dan jaringan
jalan. Dengan demikian dalam istilah lain kawasan permukiman dapat disebut sebagai kawasan terbangun dalam hal ini adalah tutupan lahan terbangun.
Ruang lingkup pengelolaan kawasan permukiman pada penelitian ini difokuskan pada perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
kawasan permukiman. Penurunan kualitas lingkungan di pinggiran kota metropolitan
diakibatkan oleh perkembangan permukiman yang pesat dan tidak terkendali urban sprawl, sehingga untuk mengelola pengembangan kawasan permukiman
diperlukan konsistensi lokasi kawasan permukiman saat ini dengan rencana tata ruang serta kebijakan untuk mengendalikan perkembangan permukiman
tersebut. Pinggiran kota adalah kawasan yang terdapat di sekitar atau berbatasan
dengan kota besar atau metropolitan, bersama sebuah atau lebih kota inti membentuk kawasan metropolitan. Kawasan yang mengalami pengaruh sangat
kuat dari kota inti dan merupakan perluasan dari kota inti berupa pertumbuhan fisik yang acak urban sprawl
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 11 1.
Analisis perubahan tutupan lahan terbangun di wilayah penelitian meliputi : a analisis dinamika perubahan tutupan lahan tahun 1982 – 2010, b analisis
kecenderungan pertumbuhan tutupan lahan dan penghitungan indeks sprawl, c analisis penilaian kesesuaian antara kawasan permukiman eksisting
dengan arahan rencana tata ruang di wilayah penelitian, d analisis variabel- variabel yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan terbangun di wilayah
penelitian. 2.
Analisis status keberlanjutan wilayah penelitian sebagai kawasan permukiman yang berkelanjutan meliputi analisis status keberlanjutan yang
terdiri atas : dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi kelembagaaninstitusi.
3. Analisis kondisi pengelolaan\ meliputi analisis terhadap elemen-elemen
sebagai berikut: kendala yang dihadapi, aktivitasprogram yang dibutuhkan, perubahan yang diharapkan dan stakeholder yang terlibat.
4. Perancangan model dinamis pengelolaan kawasan permukinan di pinggiran
kota wilayah metropolitan Jabodetabek yang berkelanjutan dilakukan dengan menggunakan input dari hasil analisis butir 1, 2 dan 3. Selanjutnya
membuat skenario dan menilai alternatif kebijakannya.
Gambar 11 Bagan alir tahapan penelitian
Soft System Hard System
Citra tahun 1982 sd 2010
Peta Tutupan Lahan Tahun 1982 sd 2010
Dinamika Tutupan Lahan Kawasan Permukiman
Arc-GIS Tutupan Lahan
Permukiman saat ini vs Rencana Tata Ruang
Kesesuaian Tutupan Lahan Kws. Permukiman dengan Rencana
TataRuang Faktor
Perubahan Penggunaan
Lahan Indeks sprawl
Faktor yg berpengaruh terhadap tutupan lahan
Kecenderungan Pertumbuhan Kawasan
Permukiman Data:
- Fisik lingkungan - Sosial dan Pddk
- Ekonomi - Kebijakan
- Regulasi MDS
Wawancara Pakar
ISM
Status Keberlanjutan Kawasan - Dimensi Ekologi
- Dimensi Sosial - Dimensi Ekonomi
- Dimensi Kelembagaan
- Stakeholder terlibat
- Kendala yg dihadapi
- Program yang dibutuhkan
- Perubahan yang diharapkan
Model Dinamis Pengelolaan Permukiman
Berkelanjutan
3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data primer
adalah lokasi studi, pakar dan pejabat pemerintah daerah terkait. Data primer terdiri atas pendapat pakar dan observasi lapangan. Pengumpulan data primer
untuk menggali pendapat pakar tentang kelembagaan yang relevan dengan pengelolaan permukiman dengan wawancara terstruktur. Pengumpulan data
primer untuk mengukur keakuratan hasil analisis citra dilakukan dengan observasi lapangan. Sumber data sekunder terdiri dari instansi terkait,
perpustakaan dan media elektronik. Data sekunder terdiri atas peta digital dan dokumen hard copy dan soft copy. Pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui telaah dokumen dan literatur serta mengunduh dari media elektronik. Selain itu pengumpulan data sekunder diperdalam dengan cara diskusi dengan
pejabat berwenang dan ahli yang berkaitan.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan sistem meliputi Soft Systems Methodology SSM dan Hard
System Methodology HSM yang digabungkan dan saling melengkapi. Pendekatan SSM yang digunakan adalah Interpretative Structural Modelling
ISM dan Multi Dimensional Scalling MDS, sedangkan pendekatan HSM yang digunakan adalah analisis Sistem Dinamik, analisis penginderaan jauh
Remote Sensing, sistem informasi geografis GIS dan analisis statistik. Metode analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis dinamika dan pola tutupan lahan kawasan permukiman di wilayah
penelitian selama kurun waktu tahun 1982- 2010 yang dilakukan dengan analisa spasial dan non spasial meliputi : a analisis perubahan tutupan lahan
kawasan permukiman melalui analisis citra tahun liputan 1982, 1992, 2000, 2005 dan 2010 yang berbasis sistem informasi geografis SIG dengan
perangkat lunak ArcGIS dan ERDAS IMAGE 8.6. Selanjutnya dilakukan analisis
kecenderungan pertumbuhan
kawasan permukiman
dan
penghitungan nilai index sprawl yang digunakan untuk melihat besaran kecenderungan pertumbuhan penggunaan lahan kawasan permukiman, b
analisis variabel-variabel
yang mempengaruhi terhadap perubahan penggunaan lahan kawasan permukiman melalui model persamaan analisis
regresi linear berganda Walpole 1988. Analisis regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari
variabel penduga independent variable terhadap variabel tujuan dependent variable. Sasaran dari metode regresi berganda adalah penggunaan variabel
penduga untuk memprediksi variabel tujuan, c analisis kesesuaian tutupan lahan kawasan permukiman eksisiting dengan rencana tata ruang melalui
proses overlay antara peta penggunaan lahan eksisting dengan arahan rencana tata ruang yang ada menggunakan sistem informasi geografis
dengan perangkat lunak ArcGIS. 2. Analisis status keberlanjutan kawasan permukiman eksisting di wilayah
penelitian meliputi dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi ekonomi, serta dimensi kelembagaaninstitusi dengan menggunakan metode penilaian cepat
multi disiplin multi disiplinary rapid appraisal yaitu Multi Dimension Scaling MDS melalui perangkat lunak pengembangan dari metode Rap-
Fish yang diberi nama Rapid Appraisal Urban Fringe Settlement Rap- UrbanfringeSett
3. Analisis peran serta dan sinergi stakeholder dalam pengelolaan kawasan permukiman menggunakan metode Interpretative Structural Modelling
ISM. Metode ini cukup efektif untuk menangani sekaligus menstrukturkan issu-issu yang kompleks seperti kelembagaan pengelolaan kawasan
permukiman di pinggiran kota wilayah metropolitan. Metode ISM dibagi dalam dua bagian yaitu penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen
Eriyatno dan Sofyar 2006. Parameter yang dipakai dalam analisis ini terdiri atas 4 elemen yang dipilih dari 9 elemen yang dikembangkan oleh Saxena
Eryatno 1999. Elemen tersebut adalah a stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kawasan permukiman, b kendala yang dihadapi dalam
pengelolaan kawasan permukiman, c perubahan yang diharapkan dari pengelolaan kawasan permukiman, d aktivitasprogram yang dibutuhkan
untuk mendukung pengelolaan kawasan permukiman. Pemilihan ke empat elemen tersebut didasarkan pada hasil penelusuran terhadap berbagai
literatur yang berkaitan dengan penataan ruang dan pengelolaan kawasan permukiman di pinggiran perkotaan wilayah metropolitan, wawancara
dengan para pakar dan hasil identifikasi terhadap permasalahan di wilayah penelitian.
4. Proses analisis pemodelan sistem dinamik pengelolaan kawasan permukiman dilakukan untuk merancang model sistem dinamik dan menyusun alternatif
kebijakan pengelolaan kawasan permukiman dengan menggunakan simulasi model sistem dinamik tersebut. Sistem dinamik adalah suatu cara berpikir
menyeluruh dan terpadu, mampu menyederhanakan persoalan yang rumit tanpa kehilangan hal penting yang menjadi perhatian Muhammadi et al.
2001. Sistem dinamik dapat menganalisis struktur dan pola perilaku sistem yang rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian. Muhammadi et
al. 2001. Proses analisis kebijakan menggunakan sistem dinamik dilakukan melalui simulasi model, sehingga lebih cepat, menyeluruh dan dapat
dipertanggungjawabkan Forester 1976; Muhammadi et al. 2001; Meadows et al. 2004. Dalam rangka menyelesaikan persoalan pengelolaan kawasan
permukiman di pinggiran kota metropolitan Jabodetabek digunakan model sistem dinamik melalui berbagai skenario untuk melakukan perubahan
sistemik kearah yang diinginkan melalui berbagai percobaan menggunakan simulasi model. Berdasarkan hal tersebut diatas maka tahapan analisis ini
adalah merancang model sistem dinamik dan menyusun alternatif kebijakan pengelolaan permukiman yang berkelanjutan dengan menggunakan simulasi
model tersebut.Secara garis besar tahapan permodelan sistem dinamis Eriyatno 1999 adalah sebagai berikut: a analisis kebutuhan dan identifikasi
sistem, b rekayasa model melalui pembuatan diagram input-output dan membangun model, c implementasi komputer berupa persamaan matematik
menggunakan perangkat lunak powersim, d validasi model untuk mengetahui apakah model yang dikembangkan dapat diterima secara
akademik, e verifikasi model agar diperoleh keyakinan bahwa model yang dibangun sudah mendekati kenyataan, f analisis sensitivitas dengan