Sarana dan Prasarana Model Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Di Pinggiran Kota Metropolitan Jabodetabek

sejak 30 tahun didirikan BKSP Jabodetabekjur ini belum memperlihatkan keefektifannya. Pada pemerintah daerah yang bekerja sama, badan ini melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi masalah seluruh aspek Jabodetabekjur. Berbagai peraturan penataan kawasan Jabodetabek telah dibuat. Pola dan struktur ruang Jabodetabek beberapa kali telah berubah dan yang terakhir berupa Perpres no 54 tahun 2008 yang banyak mengacu pada undang-undang penataan ruang. Perpres ini secara jelas mengatur dan mendorong keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai suatu kesatuan wilayah perencanaan. Selanjutnya untuk mengkoordinasikan kebijakan kerjasama antar daerah serta melaksanakan pembinaan yang terkait dengan kepentingan lintas provinsikabupatenkota di kawasan Jabodetabek dilakukan danatau difasilitasi oleh badan kerjasama antar daerah. Derasnya pembangunan kota Jakarta sebagai ibukota negara, menyebabkan terjadinya peluapan spillover perkembangan kota ke wilayah sekitarnya, sehingga terjadilah alih fungsi peruntukan lahan di pinggiran kota sekitar Jakarta. Sementara itu, belum ada perencanaan terpadu di kawasan pinggiran kota sekitar Jakarta, yang didasarkan pada satu kesatuan sistem yang saling mempengaruhi. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan pemahaman untuk mengelola bersama dalam kerjasama antar daerah yang telah ditetapkan dalam mekanisme dan sistem oleh peraturan yang berlaku. Untuk menterpadukan pemanfaatan ruang yang optimal di kawasan ini, pemerintah daerah perlu melakukan kerjasama dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki. Hal ini perlu agar para pelaku pembangunan memiliki sudut pandang yang sama terhadap permasalahan yang ada dan menetapkan skala prioritas pembangunan yang setara. Namun dengan semakin berkembangnya pembangunan, kelembagaan kerjasama antar daerah yang ada masih dirasakan kurang optimal. V DINAMIKA PERTUMBUHAN KAWASAN PERMUKIMAN DI PINGGIRAN KOTA METROPOLITAN JABODETABEK

5.1 Pendahuluan

Metropolitan adalah wilayah perkotaan yang merupakan perwujudan perkembangan alamiah dari suatu kawasan permukiman yang berkembang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan jumlah penduduk dan luas wilayah yang membesar dengan karakteristik dan persoalan yang spesifik Angotti 1993. Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang untuk menampung berbagai kegiatan penduduknya sebagai akibat peningkatan tuntutan kebutuhan dalam aspek kehidupannya. Kota sebagai perwujudan ruang geografis yang menampung berbagai kegiatan penduduk akan selalu mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Kota yang tumbuh dan berkembang secara terus menerus menyebabkan wilayah kota tidak lagi dapat menampung kegiatan penduduknya. Oleh karena wilayah kota secara administratif terbatas, maka pinggiran kota urban fringe harus mampu untuk menampung limpahan-limpahan kegiatan yang tidak terakomodir dalam wilayah kota tersebut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan perkotaan di Indonesia terutama di kota besar dan metropolitan menurut Firman 2003 secara fisik ditandai oleh pertumbuhan kawasan permukiman yang pesat pada wilayah pinggiran kota. Proses pengembangan kawasan permukiman pada wilayah pinggiran kota dikenal sebagai proses suburbanisasi Mayhey, 1997; Jakson 1985 dalam Rustiadi 1997. Rustiadi 2000 menyatakan bahwa suburbanisasi yang terjadi wilayah metropolitan Jabodetabek cenderung menjadikan kawasan perkotaan secara fisik meluas secara acak dan semakin tidak terkendali fenomena urban sprawl. Pinggiran kota sebagai suatu wilayah peluberan kegiatan perkembangan kota menjadikan wilayah ini mengalami pertumbuhan fisik secara cepat namun tidak teratur dan tidak terencana sehingga menimbulkan ketidakefisienan dan kemubaziran. Salah satu implikasi fisik akibat tersebut diatas adalah dapat dilihat dari dinamika perubahan penggunaan lahan yang dapat didekati dari analisis perubahan tutupan lahan Arifien 2012.