Sudut Pandang Point Of View

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sebuah cerita dapat terjadi pada masa yang lalu di zaman tertentu atau pada waktu pagi, siang, dan malam hari. Latar tempat ialah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar suasana adalah hal-hal yang berhubungan suasana lingkungan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa latar dalam sebuah cerpen merupakan tempat, waktu, maupun suasana yang menunjukan peristiwa dalam sebuah cerita. Dalam menulis sebuah cerpen pengarang harus mampu menggambarkan latar tempat, latar waktu, dan latar suasana secara tepat dan jelas sesuai dengan peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek.

2.2.1.2.5 Sudut Pandang Point Of View

Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana ia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari sudut pandang pengarang ini pembaca dapat mengikuti jalannya cerita Baribin 1985:75. Sudut pandang atau point of view adalah adalah cara pengarang memandang siapa yang bercerita di dalam cerita itu atau sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang ini berfungsi melebur atau menggabungkan tema dengan fakta cerita Jabrohim 2003:117. Untuk menceritakan suatu hal dalam cerita fiksi, pengarang dapat memilih dari sudut mana ia akan menyajikannya. Sudut pandang adalah elemen yang tidak bisa ditinggalakan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang ini merupakan visi misi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi, sudut pandang ini sangat erat dengan teknik bercerita. Suharianto 2005:25 menyebut sudut pandang dengan istilah pusat pengisahan, yang mempunyai arti siapa yang bercerita dalam sebuah peristiwa. Ada beberapa pusat pengisahan point of view yang dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu: 1 pengarang sebagai pelaku utama cerita, kategori ini ditandai dengan penyebutan “aku” oleh pengarang, 2 pengarang ikut berperan atau sebagai tokoh, tetapi bukan tokoh utama, 3 pengarang serba hadir. Dalam hal ini pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pertanda yang paling jelas dalam jenis ini adalah dengan penyebutan nama tokoh atau dengan menyebut “dia” sebagai tokoh dalam cerita, 4 pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada dalam pikirannya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah posisi pengarang dalam menampilkan atau menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Dalam menulis cerpen pengarang harus mampu menceritakan tokoh dalam cerita secara jelas sehingga dapat menjelaskan kedudukan pengarang dalam cerita tersebut.

2.2.1.2.6 Diksi dan Gaya Bahasa