Sudut pandang adalah elemen yang tidak bisa ditinggalakan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang ini merupakan visi misi pengarang
yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi, sudut pandang ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Suharianto 2005:25 menyebut sudut pandang dengan istilah pusat pengisahan, yang mempunyai arti siapa yang bercerita dalam sebuah peristiwa.
Ada beberapa pusat pengisahan point of view yang dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu: 1 pengarang sebagai pelaku utama cerita, kategori ini
ditandai dengan penyebutan “aku” oleh pengarang, 2 pengarang ikut berperan atau sebagai tokoh, tetapi bukan tokoh utama, 3 pengarang serba hadir. Dalam
hal ini pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pertanda yang paling jelas dalam jenis ini adalah dengan penyebutan nama tokoh atau dengan menyebut
“dia” sebagai tokoh dalam cerita, 4 pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku
cerita atau yang ada dalam pikirannya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
adalah posisi pengarang dalam menampilkan atau menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Dalam menulis cerpen
pengarang harus mampu menceritakan tokoh dalam cerita secara jelas sehingga dapat menjelaskan kedudukan pengarang dalam cerita tersebut.
2.2.1.2.6 Diksi dan Gaya Bahasa
Diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan. Diksi yang baik harus efektif dan tepat di dalam makna, serta sesuai
untuk topik masalah, audiens, dan kejadian. Gaya adalah ciri khas seorang pengarang atau cara yang khas pengungkapan seorang pengarang. Ada yang
mengatakan bahwa gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Gaya dalam pembicaraan ini meliputi pemilihan kata-kata, penggunaan kalimat, penggunaan
dialog, penggunaan detil, cara memandang persoalan, dan sebagainya Jabrohim 2003:119.
Gaya merupakan cara pengungkapan seorang pengarang yang khas. Gaya seorang pengarang tidak akan sama bila dibandingkan dengan gaya pengarang
lain. Seorang pengarang selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadi dan kepribadiannya terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa gaya adalah orangnya, gaya pengarang adalah suara-suara pribadi pengarang yang terekam dalam karyanya. Secara
sederhana, gaya dapat didefinisikan sebagai cara pemakaian bahasa yang khas oleh pengarang.
Gaya adalah identitas verbal dari penulis, kerap didasarkan pada diksi penulis pilihan kata dan sintaksis susunan kata-kata dalam kalimat. Penulis
menggunakan bahasa untuk menyatakan gaya tone, atau sikap terhadap persoalan Putra 2010:97.
Bahasa dalam karya sastra memiliki fungsi ganda. Bahasa bukan hanya sebagai alat penyampai maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampai
perasaannya. Dengan karyanya, seorang pengarang bukan hanya sekadar bermaksud memberitahu pembaca mengenai apa yang dilakukan dan dialami
tokoh ceritanya, melainkan bermaksud pula mengajak pembacanya ikut serta
merasakan apa yang dirasakan dan dilakukan oleh tokoh cerita. Hal tersebut yang menjadi penyebab seorang pengarang memilih kata dan menyusunnya
sedemikian rupa sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam ceritanya tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa dalam cerita pendek adalah ciri khas yang dimiliki oleh seorang pengarang dalam
menyampaikan pikiran dan perasaannya. Dalam menulis sebuah cerita pendek pengarang atau penulis harus tepat dalam memilih ungkapan yang mewakili
sesuatu yang diungkapkan dan komunikatif.
2.2.1.2.7 Amanat