7.5. Terbentuknya Monopsoni Tersembunyi dalam Perdagangan Kayu manis
Konsep monopsoni dalam mainstream ilmu ekonomi sebenarnya merujuk kepada hanya terdapat satu pembeli saja dalam suatu pasar single buyer. Analisis
sosiologi ekonomi yang melihatnya kelompok sebagai unit ekonomi, maka satu clique member dalam transaksi perdagangan kayu manis di pasar nagari boleh
dikatakan sebagai satu kelompok pembeli. Pada model transaksi perdagangan di pasar nagari yang cenderung
dikuasai oleh satu clique member saja, akan mirip dengan konsep monopsoni dalam maintream ilmu ekonomi, karena anggota clique member akan menetapkan harga
secara relatif seragam terhadap petani kayu manis. Harga hanya akan bervariasi apabila transaksi di pasar nagari terdapat lebih dari satu kelompok clique member.
Kenyataan yang ditemui di pasar nagari Baso yang terdapat lebih dari dua kelompok clique member yakni, CV. SAS, H. WN, dan CN, ternyata untuk beberapa kali
dibukanya pasar nagari ketiga kelompok clique member ini justru membentuk pula kesepakatan seperti antara CV. SAS dengan H. WN bahwa pada transaksi tanggal
10 April 2006, CV. SAS khusus hanya membeli kualitas AA saja, kualitas KB dan C di serahkan kepada kelompok clique member H. WN, dan H. WN tidak mau membeli
kualitas AA. Jika ada petani datang menjual kepada anggota kelompoknya, maka akan diserahkan kepada anggota clique member CV. SAS. Adanya kesepakatan
diantara dua clique member bertujuan untuk membuat pembelian kayu manis kualitas AA dapat dikuasai terutama untuk penentuan harga oleh CV. SAS.
Realitas inilah yang disebut dengan terbentuknya monopsoni tersembunyi. Kesepakatan untuk mengarahkan transaksi kayu manis ke arah monopsoni
juga dilakukan oleh pedagang pengumpul pasar nagari dalam satu keanggotaan clique member maupun dalam antar kelompok clique member. Pada satu anggota
clique member diantara pedagang pengumpul pasar nagari mereka bersepakat ada yang hanya membeli kualitas AA saja, kualitas KB saja, dan kualitas C saja. Namun
spesialisasi itu dilakukan pada pasar nagari yang berbeda-beda, agar mereka memperoleh tingkat keuntungan yang sama. Sehingga bagi petani kayu manis,
praktis mereka hanya menghadapi satu pembeli saja. Jika mereka ingin melakukan perlawanan tersembunyi dengan membawa kayu manisnya ke pedagang lain, maka
pedagang anggota clique member ini akan menjawab bahwa dia tidak membeli
253
kayu manis dengan kualitas yang dibawa petani kayu manis tersebut, dan pedagang pengumpul ini akan menunjuk teman anggota clique member yang khusus
melakukan pembelian untuk kualitas tertentu untuk kali ini. Sehingga dengan terpaksa petani kayu manis akan kembali ke pedagang semula, dengan
konsekwensi menerima harga rendah sebagaimana ditetapkan oleh pedagang pengumpul pasar nagari.
Jadi, dengan adanya kelompok clique member dan anggota dari clique member, maka sebetulnya perdagangan kayu manis di pasar nagari merupakan
suatu bentuk sistem monopsoni. Artinya konsep monopsoni bukan hanya merujuk kepada jumlah pembeli tunggal untuk suatu komoditi, tetapi juga kualitas
transaksinya, dimana jika para pembeli ini membentuk kelompok-kelompok untuk menyeragamkan harga serendah mungkin, sehingga transaksi lebih ditentukan oleh
kelompok pembeli, maka juga disebut monopsoni. Walaupun, jumlah pembeli banyak, tetapi karena mereka bertindak dan berperilaku atas nama kelompok dan
anggota kelompok clique member, maka model transaksinya juga disebut monopsoni, karena kelompok dan anggota kelompok clique member perdagangan
kayu manis ini bertindak sebagai penentu harga price taker, dan petani kayu manis sebagai penerima harga.
Intervensi pemerintah kabupaten Tanah Datar selama ini dalam meningkatkan pendapatan petani kayu manis, belum memperhatikan adanya
monopsoni tersembunyi yang terbentuk dalam sistem perdagangan kayu manis di pasar nagari ini. Bahkan perusahaan yang dibentuk atas joint venture antara
pemerintah melalui Dinas Koperindagtam kabupaten Tanah Datar CV. SAS, ternyata juga ikut memperkuat sistem monopsoni perdagangan kayu manis di pasar
nagari. Jika dianalisis lebih lanjut, upaya pemerintah yang tepat untuk menghindari
sistem monopsoni yang terbentuk di pasar nagari ini adalah dengan menetapkan harga terendah dan harga tertinggi ceiling price yang harus diterima oleh petani
kayu manis, dengan cara mengumumkan harga tertinggi pada setiap kali pasar nagari dibuka oleh pemerintahan nagari, agar petani memiliki pedoman atau
informasi tentang harga jual kayu manis saat itu. Disamping itu, untuk menghindari terbentuknya monopsoni tersembunyi,
pemerintah membentuk lembaga yang dapat menampung kayu manis petani kayu
254
manis yang tidak berhasil ditransaksikan di pasar nagari. Lembaga ini dapat membeli kayu manis petani kayu manis dengan harga patokan yang ditetapkan oleh
pemerintah terutama pada harga tertinggi. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, maka keuntungan terbesar dalam perdagangan kayu manis akan tetap berada di tangan
pedagang kayu manis. PLL yang dibentuk di Batusangkar untuk perdagangan kayu manis sudah
merupakan arah yang tepat, tetapi yang perlu diperbaiki adalah pasar yang tidak bersifat permanen, namun harus dinamis sesuai dengan hari pakan di tiap-tiap
nagari, sehingga PLL mampu mengikuti irama dan aturan main role of the game yang dilakukan oleh pedagang, terutama menyangkut dengan waktu transaksi yang
lebih dini. Petugas PLL juga berasal dari petugas pasar nagari yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan waktu pasar nagari dibuka.
Sejumlah usaha yang telah dilakukan untuk membendung sistem monopsoni tersembunyi perdagangan kayu manis selama ini, memang belum memperlihatkan
hasil sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, hanya dengan memperkuat kedudukan pasar nagari sebagai kelembagaan
pertukaran ekonomi yang paling dekat dengan petani kayu manis inilah yang mampu mendorong kepada peningkatan pendapatan petani kayu manis. Artinya, membuka
PLL di pasar nagari, memberikan patokan harga yang menguntungkan petani kayu manis melalui kebijakan ceiling price, dan mendorong petani melakukan prosesing
agar kualitas kayu manisnya meningkat, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan penerimaan di tingkat petani.
Memperbanyak jumlah pembeli kayu manis dalam artian memperbanyak jumlah kelompok pedagang besar kabupaten yang membina jaringan bisnisnya
sampai ke pasar nagari. Berarti memperbanyak kelompok-kelompok pedagang yang akan ikut melakukan transaksi di pasar nagari. Oleh karena itu, peranan pasar
nagari dalam pentransaksian komoditi kayu manis semakin besar perannya dalam menghindari terjadinya monopsoni tersembunyi yang terjadi selama ini di kalangan
pedagangan kayu manis. Tujuan memperbanyak jumlah kelompok-kelompok pedagang itu hanyalah dengan memberikan program-program pembangunan yang
mendorong kearah terbentuknya dengan mudah enterpreneur-enterpreneur yang sebenarnya dapat berasal dari pedagang pengumpul pasar nagari. Oleh karena itu,
pemerintah harus memberikan bantuan tambahan modal justru yang lebih banyak itu
255
kepada pedagang pengumpul pasar nagari, bukan kepada pedagang besar kabupaten, mengingat pedagang pengumpul pasar nagari perilaku ekonominya
masih mementingkan ekonomi moral atau solidaritas sosial, sehingga keuntungan akan terbagi rata diantara pedagang dengan petani kayu manis resiprositas sosial
ekonomi .
7.6. Regulasi Pasar: Saling Hubungan Negara, Masyarakat, dan Pasar Nagari