kepada pedagang pengumpul pasar nagari, bukan kepada pedagang besar kabupaten, mengingat pedagang pengumpul pasar nagari perilaku ekonominya
masih mementingkan ekonomi moral atau solidaritas sosial, sehingga keuntungan akan terbagi rata diantara pedagang dengan petani kayu manis resiprositas sosial
ekonomi .
7.6. Regulasi Pasar: Saling Hubungan Negara, Masyarakat, dan Pasar Nagari
Untuk memahami lebih detil bagaimana pasar nagari bekerja sebagai sebuah institusi sosial ekonomi tentunya harus dilihat dulu bagaimana aturan main atau
regulasi yang terbentuk di pasar itu sendiri. Untuk menjelaskan fenomena ini secara detil tentunya perlu dilihat bagaimana saling hubungan antara pasar nagari dengan
aktor yang terlibat di dalamnya, negara, dan masyarakat sekitarnya secara luas. Artinya regulasi yang terbentuk di pasar tentunya tidak terlepas dari ketiga institusi di
atas. Regulasi dimaksudkan disini adalah semacam aturan yang dibentuk oleh
berbagai pihak yang terlibat di pasar, dengan maksud menciptakan aturan main demi terciptanya keteraturan sosial. Sebagaimana yang dijelaskan Weber 1978,
1992, regulasi pasar dapat berasal dari sejumlah cara, dengan hukum, tradisi, dan dengan konvensi. Regulasi pasar yang berasal dari tradisi dan konvensi yang
menciptakan dan membangun keteraturan regulasi sosial yang dipelihara melalui sanksi sosial. Jadi regulasi pasar dibentuk atas pertimbangan-pertimbangan politik,
sosial, budaya, sehingga ini akan mempengaruhi tindakan ekonomi aktor di pasar. Sedangkan regulasi yang berasal dari hukum state, akan bekerja di pasar melalui
sejumlah tujuan, seperti untuk kepemilikan pasar dan lisensi perdagangan Damsar, 1998. Juga dijelaskan bahwa pihak yang berperan sebagai regulator di pasar
cenderung berorientasi mengejar kepentingan diri sendiri dengan dimotivasi secara individu, dan memaksimumkan kesejahteraan individu yang mengarah kepada hasil
yang terbaik Thompson, et. al, 1991, dalam Damsar, 1998:139. Mengingat keberadaan pasar nagari sebagai urat nadi perekonomian
masyarakat nagari yang masih sangat dibutuhkan, sekalipun di satu sisi, faktanya pasar nagari bukan lagi sebagai satu-satunya “outlet” pendistribusian produk
pertanian masyarakat nagari, disisi lain, keberadaannya sangat dibutuhkan karena mencerminkan betapa aktifitas ekonomi masyarakat setempat “melekat” dalam
256
aspek kultural, politik dan sosial dalam kehidupan masyarakatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam kaitannya dengan regulasi yang terbentuk di pasar nagari
adalah tidak terlepas dari adanya saling hubungan antara ”state”, masyarakat dan pasar itu sendiri. Artinya, regulasi yang terbentuk di pasar nagari sangat dipengaruhi
oleh berbagai pihak yang terlibat baik secara politik, sosial budaya dan ekonomi. Sebelum melihat bagaimana masing-masing pihak bersinergi, atau bekerja
membentuk sebuah formasi regulasi yang disepakati dan dianut oleh masing-masing pihak sebagai sebuah kesepakatanaturan yang mengatur etika dan kepentingan di
pasar, tentunya harus dilihat dulu pihak-pihak yang terlibat di pasar nagari dan mereka inilah yang menjadi subjek dari regulasi yang dibentuk.
Secara garis besar, pihak yang terlibat di pasar nagari dapat dikategorikan atas tiga jenis yaitu: 1, negara state, 2. Masyarakat community, dan 3. Aktor
ekonomi economic actors. Terlihat bahwa masing-masing pihak memiliki derajat yang berbeda dalam aktifitas dan pembentukan regulasi di pasar, yang pertama
dalam kasus ini disebut sebagai pihakkelompok yang berkontribusi untuk mengatur mekanisme pasar sebagai sebuah institusi ekonomi. Disini negara diwakili oleh
pemerintahan daerah kabupaten Tanah Datar, dan untuk mengaplikasikan mekanisme regulasi yang dibentuk di tingkat nagari dilaksanakan oleh pemerintahan
nagari. Terlihat bahwa regulasi yang dibentuk dengan orientasi “profit motive” di samping orientasi pengetahuan, penguasaan dan pengusahaan ruang publik public
space. Yang kedua adalah masyarakat, disini dimaksudkan bahwa nagari sebagai
sebuah tatanan hukum adat, dimana masyarakat hidup dalam sebuah budaya culture tertentu mewakili etika-etika dan budaya tertentu dalam melakukan
aktifitaskehidupan keseharian. Kepentingan politik, sosial dan budaya masyarakat terlihat ikut mempengaruhi aktifitas dan orientasi atau partisipasi mereka di pasar
nagari. Hal ini juga akan mempengaruhi bentuk regulasi yang akan dipilih atau yang akan disepakati oleh masyarakat sebagai bagian dari aktor yang terlibat dalam
aktifitas di pasar. Representasi dari kepentingan dan keterlibatan masyarakat di pasar nagari yang berwujud pada Kerapatan Adat Nagari KAN; adalah institusi
yang merepresentasikan bentuk kebutuhan masyarakat nagari terhadap keberlangsungan pasar nagari sebagai sebuah institusi ekonomi masyarakat nagari.
Disini terlihat bahwa regulasi terbentuk cenderung berorientasi kepada aspek
257
bagaimana masyarakat mampu menjadikan pasar nagari sebagai tempat outlet yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi tapi juga sebagai tempat
pertukaran sosial. Salah satu bentuk regulasi yang berkaitan dengan pasar kayu manis dan ini
mampu menjadikan pasar nagari sebagai outlet produksi kayu manis petani adalah dikeluarkannya peraturan oleh KAN 1990 sebagai representasi dari kepentingan
masyarakat nagari bahwa masyarakat nagari tidak diperbolehkan menjual kayu manisnya dalam bentuk berdiri di jual di batang dan tidak boleh menjual basah.
Masyarakat bila ingin menjual kayu manis harus memanen dan mengolah sampai kering baru kemudian bisa dijual. Bagi masyarakat yang menjual basah akan dikenai
sanksi dan denda oleh pemerintah nagari seperti di nagari Salimpaung, disamping itu jauh sebelumnya sudah ada aturan di tengah masyarakat yakni, jika terjadi ikatan
perkawinan, penganten pria harus menanam kayu manis di lahan milik calon istrinya adat tambilang besi.
Ternyata larangan menjual basah juga dimaksudkan oleh KAN sebagai salah satu upaya meminimalisir pencurian kayu manis oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Jadi bila petani mengolah dan menjemur lebih dahulu, jelas ini akan kelihatan oleh masyarakat nagari. Regulasi ini juga berdampak kepada
keberadaan pasar nagari jadi teramaikan dan regulasi yang terbentuk lebih berorientasi safety first untuk kehidupan masyarakat nagari.
Bahkan yang menarik adalah adanya regulasi dalam bentuk kesepakatan yang tidak tertulis dalam masyarakat nagari, bagi petani yang memiliki lahan kayu
manis yang luas dengan waktu panen tahunan, saat panen yang diambil hanya kulit dari batang utama dan cabang pohon. Sedangkan kulit dari ranting-ranting kayu
manis yang menghasilkan kualitas C, akan diambildipanen oleh petani yang berlahan sempit atau tidak memiliki lahan untuk di olah dan kemudian dijual ke
pasar. Dapat dikatakan ini semacam “asuransi sosial” dalam masyarakat nagari. Artinya konstruksi sosial seperti ini telah menciptakan regulasi yang tidak tertulis
dalam masyarakat dan sekaligus berdampak pada relasi sosial yang dibangun di pasar nagari.
Pihak ketiga aktor ekonomi yang terlibat di pasar nagari, dalam artian pedagang dan petani kayu manis adalah pihakkelompok yang juga ikut
berkontribusi menciptakan regulasi di pasar nagari. Terlihat regulasi yang terbentuk
258
lebih berorientasi “profit motive” dan berpedoman kepada orientasi “supply dan demand”. Regulasi yang terbentuk terlihat berbeda derajat kepentingan dan
orientasinya. Seperti: 1 petani kayu manis yang berlahan kecil dan panen tidak menentu, sebagai salah satu aktor yang terlibat di pasar nagari lebih berorientasi
safety first dan pertukaran sosial, sehingga terlihat lebih pada pertimbangan ekonomi moral yang kuat. Mereka cenderung berada atau menjadi pihak yang harus
tunduk pada regulasi pedagang di pasar nagari yang memiliki ekonomi moral yang berbeda dengan petani kayu manis. Sebaliknya petani yang berlahan luas dengan
pola panen tahunan, dalam regulasi yang tercipta menjadi pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih baik dan memiliki ekonomi moral dan relasi sosial yang lebih kuat
dengan pedagang dibanding petani tipe pertama. 2 pedagang pasar nagari, dalam kaitannya dengan regulasi yang terbentuk, lebih mengarah pada derajad
kepentingan diantara anggota kelompok clique members dan jaringan sosial personal tertentu klientisasi terutama dalam menentukan harga dan spesialisasi
pembelian kualitas kayu manis di setiap pasar nagari yang mereka kunjungi. Dapat dikatakan bahwa regulasi yang terbentuk diantara pedagang pengumpul ini sudah
melalui interaksi yang berulang dan berlangsung lama. Sehingga bagi anggota kelompok yang melanggar akan mendapat sanksi sosial atau “terlempar” dari
kelompoknya.
7.7. Sistem Pasar Nagari: Sebuah Idealisme dari Persepktif Sosiologi Ekonomi