Acuan Kerja Penelitian Sejumlah Hipotesa Pengarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Acuan Kerja Penelitian

Acuan kerja penelitian meliputi dua unsur utama yakni hipotesa-hipotesa pengarah dan batasan analisis. Hipotesa pengarah dimaksudkan sebagai sebuah upaya untuk menuntun peneliti dalam berkerja di lapangan nantinya, dan mulai dari tahap awal kerja lapangan sampai tahap penulisan laporan Thomas dalam Creswell, 1994:70; Sitorus, 1999:41. Rumusan yang dikemukakan bisa berubah sesuai dengan perkembangan dan kondisi studi di lapangan, sehingga bentuk akhir dari rumusan-rumusan tersebut baru dapat ditemukan pada tahap analisis data dan penulisan laporan. Sehingga penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menekankan dan verifikasi suatu teori atau hipotesa. Penelitian ini bersifat penelitian ekplanatif yang luwes dan terbuka untuk berkembang lebih lanjut, sehingga pada dasarnya batasan analisis yang diberikan hanyalah semacam kerangka kerja yang memberi fokus untuk kerja analisis selama di lapangan maupun sesudah di lapangan.

3.2. Sejumlah Hipotesa Pengarah

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran di atas serta akumulasi pengetahuan lapangan peneliti, maka diajukan hipotesa utama; bahwa ketahanan persistence pasar nagari di Minangkabau, khususnya pasar kayu manis dalam ekonomi dunia diduga sangat erat kaitannya dengan relasi-relasi pertukaran yang dibangun oleh aktor ekonomi, jaringan kerja sosial dan pola perilaku aktor dalam melakukan tindakan ekonomi di pasar nagari. Untuk menuntun peneliti dalam bekerja di lapangan, sejumlah hipotesis pengarah dikemukakan sebagai berikut: 1.1.1. Pertanyaan tentang aktor yang ikut “bermain” di pasar nagari dan tentang regulasi pasar yang dimiliki atau dibentuk. Berkenaan dengan dua hal yang ingin dilihat dalam pasar sebagai sebuah institusi ekonomi, dan sebagai sebuah organisasi sosial maka dirumuskanlah hipotesa-hipotesa pengarah sebagai berikut: 1. Mengenai aktor yang ikut “bermain” di pasar nagari: Petani, Pedagang perantara di tingkat nagari, kecamatan, dan kabupaten, adalah aktor yang ikut bermain di pasar nagari. Petani diduga berasal dari kelompok petani yang berlahan kecil, yang memanfaatkan hasil penjualannya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka. Pedagang perantara di duga berasal dari kelompok elite sosial lokal sekaligus sebagai elite ekonomi yang memiliki akses ekonomi yang lebih besar dan memiliki diversifikasi mata pencaharian dan berdomisili di pasar nagari. Diduga mereka juga memiliki lahan kayu manis yang luas dan berasal dari keluarga elite lokal yang secara ekonomi telah mapan. 2. Mengenai regulasi pasar yang dimiliki atau bentuk regulasi pasar yang dimiliki atau yang dibentuk dipasar nagari, diduga merupakan hasil bentukan konstruksi sosial dari aktor yang terlibat di pasar nagari dan besar dugaan rekayasa tersebut dibentuk atas dominasi kelompok elite sosial dan ekonomi yang sekaligus berperan sebagai pedagang perantara yang bermodal besar dan memiliki akses pada kekuatan supra lokal eksportir. 1.1.2. Pola-pola perilaku aktor ekonomi dalam melakukan tindakan ekonomi dan kaitannya dengan ekonomi moral yang dianut: Lingkungan sosial budaya aktor ekonomi petani diduga berpengaruh terhadap ekonomi moral si petani. Artinya tindakan ekonomi petani sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya di mana si petani menjadi bagian dari komunitas pendukung kebudayaan tersebut dan kemudian mempengaruhi bentuk hubungan dengan aktor lain pedagang yang terlibat di pasar nagari. 1.1.3. “Keterlekatan” pemasaran kayu manis di pasar nagari dan di dalam masyarakat secara keseluruhan, serta bentuk jaringan 1 sosial personal yang dibentuk di dalamnya serta kaitannya dengan contractual arrangement antar aktor ekonomi yang dibentuk di pasar: Berkenaan dengan dua aspek pokok yang dianggap berpengaruh dalam proses pemasaran kayu manis di pasar nagari, yaitu pemasaran kayu manis di pasar nagari 1 Dalam sosiologi, studi tentang jaringan sosial telah mendapat perhatian sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial Powell dan Smith-Doerr, 1994 sebagaimana yang dikutip Damsar 1997; 43. Pada tingkatan struktur, jaringan sosial memperlihatkan bahwa pola atau struktur hubungan sosial meningkatkan dan atau menghambat perilaku individu untuk terlibat dalam bermacam arena dari kehidupan sosial. Oleh karena itu tingkatan ini memberikan suatu dasar untuk memahami bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial lebih jauh lihat Damsar, 1997; 41-56, bandingkan dengan Collins, 1988; 429-435. 63 “melekat” di dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung dan kaitannya dengan contractual arrangement antar aktor ekonomi yang dibentuk di pasar: 1. Tentang keterlekatan pemasaran kayu manis dalam jaringan kerja sosial personal yang sedang berlangsung di dalam masyarakat secara keseluruhan: Diduga pemasaran kayu manis di pasar nagari “melekat” embeddedness di dalam masyarakat secara keseluruhan dan dalam bentuk jaringan sosial personal antar aktor yang sedang berlangsung, yang di dalamnya terkandung unsur “radius kepercayaan” trust, resiprositas, dan jaringan kerja networking. Besar dugaan hal ini yang mempengaruhi contractual arrangement yang terbentuk diantara para aktor di pasar nagari dalam pemasaran kayu manis, dan yang setiap waktu selalu ditafsirkan dan dinilai dinamis oleh para aktor yang terlibat di dalam hubungan ekonomi tersebut. 2. Mengenai “penyusunan kontrak” yang terbentuk diantara aktor ekonomi: besar dugaan “penyusunan kontrak” yang terbentuk diantara aktor ekonomi sangat dipengaruhi oleh “kode etik” dan jaringan sosial yang terbentuk dan disepakati oleh aktor yang terlibat, dan itu hanya dalam bentuk “kode etik yang tidak tertulis” 1.1.4. Mengenai proses pembentukan harga di pasar dan kaitannya dengan bentuk perjuangan dan “kompetisi” yang terjadi di pasar nagari diantara aktor ekonomi yang terlibat, besar dugaan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh “permainan aspek ruang” dan “permainan aspek waktu” serta “aspek non-moneter” upaya mencari cacat barang yang dilakukan aktor pedagang, di samping dilema ekonomi moral yang dimiliki oleh si pedagang itu sendiri. 1.1.5. Di duga interrelasi antara pasar di tingkat lokal dengan pasar di tingkat supra lokal sangat mempengaruhi bentuk “perjuangan” dan “kompetisi” yang berlangsung di pasar, dan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan kekuasaan aktor ekonomi supra lokal eksportir. Besar dugaan kondisi ini membuat assymmetric information tetap terlanggengkan di antara para aktor, dan sekaligus memunculkan proses pembentukan harga yang tidak seimbang di antara para aktor yang terlibat antara petani dan pedagang perantara serta dengan pedagang supra lokal. 64

3.3. Batasan Analisis Pertama, masalah dan fokus penelitian ini adalah ketahanan persistence