manis. Interrelasi diantara sesama institusi ekonomi ini yang membuat pasar nagari mampu bertahan sampai sekarang. Artinya pasar nagari akan tetap
persisten ketika model transaksi yang dikembangkan oleh pedagang pengumpul pasar nagari dengan petani kayu manis dengan prinsip ekonomi moral.
Intervensi ekonomi supra lokal yang cenderung menganut prinsip ekonomi rasional yang mengutamakan keuntungan semata telah merugikan petani dan
pedagang pengumpul pasar nagari. Oleh karena itu, keberlangsungan pasar nagari akan tetap ada karena adanya keterlibatan kepentingan ekonomi
masyarakat nagari itu sendiri yakni petani kayu manis dan pedagang pengumpul pasar nagari.
8.2. Kesimpulan di Tataran Teoritik
Realitasnya ditemukan bahwa pertukaran yang terjadi di pasar nagari pasar kayu manis belum memperlihatkan sebagai sebuah kompromi minat pada masing-
masing pihak, dan belum mengarah kepada terciptanya kepuasan timbal balik reciprocal competition. Sebagaimana yang disinyalir Weber 1964, 1978,
perjuangan atas harga antar pesaing struggle between competitor dalam proses pertukaran memperlihatkan dinamika hubungan sosial yang cenderung berbentuk
“tertutup”. Ini terlihat terutama pada aktor tipe pemberi isyarat tree node yang dipasar nagari disebut “cingkariak”.
Dari sudut pandang Grannovetter 1992 yang melihat bahwa tingkah laku ekonomi aktor melekat dalam jaringan kerja sosial dari saling hubungan inter
personal yang sedang berlangsung. Namun Granovetter tidak melihat sejauhmana melekatnya. Granovetter tidak membedakan konsep keterlekatan tindakan ekonomi
aktor. Fakta di lapang menunjukkan bahwa keterlekatan tindakatan aktor memiliki derajat yang berbeda dari setiap tindakan ekonominya, artinya tindakan ekonomi
yang diambil didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan moral tertentu oleh aktor ekonomi moral. Keterlekatan yang ditemukan di lapang berbeda di setiap
liniberhierarkhi, dan keterlekatan itu bisa dalam bentuk vertikal maupun horisontal soft and hard embedded. Antara pedagang dan petani tidak melekat
disembedded atau sangat tipis derajat keterlekatannya. Sedangkan antara petani dengan pedagang perantara cenderung mempertimbangkan ekonomi moral
embedded vertikal satu arah. Antara pedagang besar dengan pedagang besar
269
embedded horisontal. Antara pedagang besar ke petani dissambedded rational choice. Antara pedagang besar ke pedagang perantara dissambedded bila bukan
clik-nya boundedly rationalityembedded tipis dalam patronnya clique member- nya. Hubungan antara pedagang perantara dengan pedagang perantara embedded
horisontal sangat kental karena mereka ”dikontrol” kode etik tertentu, jaringan kerja tertentu yang sangat mempertimbangkan keberlanjutan reciprositas ekonomi dan
sosial diantara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus pasar kayu manis, keterlekatan
tersebut tidak dapat diterima untuk tiap aras. Ini hanya terjadi pada aras-aras tertentu atau dalam bentuk hubungan horizontal tidak dalam bentuk hubungan aktor
secara vertikal. Dari segi tindakan ekonomi aktor yang dikatakan sebagai suatu bentuk tindakan sosial Swedberg, 1998, 2003 ini hanya terlihat pada aktor pada
hirarki yang paling bawah dalam struktur sosial pedagang di pasar nagari. Sedangkan untuk hubungan secara vertikal, masing-masing level pedagang punya
konstruksi sosial tertentu. Jika tindakan ekonomi “melekat” atau keterlekatannya lebih kuat tertanam dalam kelompok atau level tertentu dan keterlekatannya
“berbeda” diantara para aktor. Perbedaan keterlekatan itu sangat dipengaruhi oleh sejumlah aspek antara lain: aspek kekerabatan, kesukuan culture, religi, kode etik
yang mereka sepakati, dan derajad ketertanaman aktor dalam komunitas tersebut. Dalam kaitan dengan ketahanan pasar nagari, yang mengacu pada
perumuman empirik dapat disimpulkan bahwa: analisis di aras mikro menunjukkan bahwa persistensi pasar nagari dari waktu ke waktu disebabkan adanya unsur
keterlekatan: 1. Tindakan ekonomi aktor dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung. 2. Tindakan ekonomi dengan sistem sosial budaya
masyarakat. Keterlekatan ini ternyata memiliki makna yang berbeda pada masing- masing aktor ekonomi bagi petani, pedagang pengumpul, dan pedagang besar
kabupaten. Analisis di aras meso menunjukkan bahwa: persistensi pasar nagari
khususnya pasar kayu manis di Minangkabau adalah merupakan strategi bertahan pedagang lokal terhadap penetrasi ekonomi supra lokal ekonomi kapitalis. Strategi
yang dipilih ini berdampak pada petani menjadi pihak yang paling besar menanggung biaya untuk ketahanan pasar nagari dari waktu ke waktu. Artinya,
270
petani kayu manis adalah pihak yang paling besar mensubsidi pasar dunia, karena mereka menerima margin pemasaran yang paling rendah.
Analisis di aras makro menjelaskan bahwa dalam konteks ekonomi lokal dengan sistem perekonomian kapitalis, melalui pasar nagari menunjukkan gejala
peminggiran petani yang sekaligus merupakan implikasi dari kebijakan negara yang lebih berorientasi pada peningkatan produksi tanpa diikuti oleh kebijakan pasar
produk pertanian.
8.3. Kesimpulan di Tataran Metodologis