merupakan pasar nagari yang menjadi mata rantai jalur perdagangan kayu manis Sumatera Barat. Pada saat penelitian ini dilakukan, ada tiga kelompok yang berbeda
yang bermain dan menghubungkan pasar nagari dengan kegiatan eksportir kayu manis, yaitu: Pertama; pedagang pengumpul tingkat nagari dan kecamatan
melakukan pembelian di rumah dan di pasar nagari, dan kemudian dijual ke pedagang besar tingkat kabupaten pedagang supra lokal. Kedua, Pedagang
pengumpul tingkat kabupaten, disamping melakukan pembelian kayu manis pada petani dan pedagang pengumpul di pasar nagari, mereka juga memiliki gudang-
gudang penyimpanan kayu manis, dan melakukan prosesing sesuai dengan kualitas yang diminta oleh pihak eksportir di ibu kota Provinsi. Artinya mereka adalah mata
rantai kedua setelah pasar nagari untuk sampai ke pihak eksportir. Ketiga adalah ADP 1974-1983, KPRR 1983-1993, dan sekarang “bermetamerfosis” menjadi
“perusahaan joint venture” pedagang kayu manis dengan Dinas Koperindagtam dalam bentuk CV. SAS 2003-sekarang.
Keterkaitan pasar nagari ini dengan jaringan perdagangan dunia telah lama berlangsung. Dimulai sejak emas dan biji besi sebagai komoditi utama sampai
kepada komoditi perkebunan kayu manis sebagai komoditi andalan untuk komoditi ekspor non migas. Keberlanjutan pasar nagari ini akan tetap terus bertahan karena
pada saat sekarang, disamping komoditi kayu manis sebagai komoditi perdagangan yang berorientasi ekspor, komoditi tanaman mudo palawija juga mulai memasuki
babak baru dalam perdagangan pasar nagari dengan pasar supra lokal. Dimana sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan dan dijual di pasar nagari, saat ini
telah memasuki pasar supra lokal dalam bentuk antar kota dan antar provinsi seperti meningkatnya permintaan dari wilayah Pakan Baru, Jambi, Medan dan Dumai,
setiap minggunya Wawancara dengan pedagang, Maret 2006.
5.4. Simpulan Akhir Bab
Ternyata, kedudukan dan fungsi pasar nagari dalam perekonomian masyarakat nagari, dalam perjalanan sejarahnya mengalami proses perubahan dari
waktu ke waktu seiring dengan perkembangan pasar dan perobahan yang terjadi di pasar itu sendiri sebagai institusi sosial ekonomi. Perobahan fungsi pasar nagari
terlihat pada fungsi pelayanan ekonomi dan penyediaan informasi, pelayanan sosial-
164
budaya, dan pelayanan personal. Semakin luas dan besar lingkup sosial yang dicakup oleh sebuah pasar, semakin longgar fungsi pasar dari segi social and
cultural service, begitu juga sebaliknya. Dilihat dari struktur dan bentuk pengelolaan pasar nagari sebagai pranata
ekonomi nagari, dengan terjadinya perubahan sosial-politik ditingkat nagari dari waktu-ke waktu masa pra kolonial sampai masa otonomi daerah seperti sekarang.
—sebagai akibat dari intervensi negara state terhadap pemerintahan terendah dalam masyarakat Minangkabau -- telah berimplikasi terhadap perobahan struktur
dan model pengelolaan pasar nagari, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan nagari secara keseluruhan.
Dengan demikian, secara sosiologis historis, telah terbukti bahwa masyarakat Minangkabau, telah memiliki kontak dengan ekonomi supralokal dunia,
mulai dari abad ke 14, melalui pasar-pasar nagari. Itulah sebabnya melalui pasar, nagari-nagari di Minangkabau telah berhubungan dengan dunia luar dan telah
terintegrasi dalam perekonomian dunia Kahn, 1980, 27-75. Dikatakan bahwa pada abad ke 18 1760 semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat Minangkabau
dalam ekonomi dunia melalui aktivitas pasar nagari, yang ditandai dengan semakin meningkatnya permintaan akan komoditi hasil pertanian Minangkabau di pasar
internasional pasar Eropa, terutama terhadap komoditi lada, cassia, dan kopi. Bahkan tanaman cassia 1762 dinyatakan sebagai tanaman monopoli kompeni dan
dicari sampai ke Kerinci dan Tapanuli Utara, yang kemudian di bawa oleh pedagang perantara melalui jalur sungai ke pantai Timur Sumatera, melewati Malaka dan juga
dibawa melalui jalan darat menuju pelabuhan Tiku, di Pariaman Dobbin, 1992 dan Oki, 1977.
Secara empirik sejak dulu sampai sekarang pasar dan perdagangan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan keseharian masyarakat
Minangkabau. Sehingga keberadaan pasar sampai saat ini sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan perekonomian masyarakat nagari yang
mengarah kepada bentuk pola ekonomi ganda antara subsistensi dan komersial.
165
BAB VI BASIS KETAHANAN PASAR NAGARI: KETERLEKATAN PASAR KAYU MANIS