Jalur dan Mata Rantai Pemasaran Kayu manis ke Pasar Domestik dan Eksportir.

kualitas AA dan 1 ton untuk kualitas KA. Di rumah masih ada kualitas KBKC sebanyak 500 kg dan kualitas C sebanyak 200 kg yang hingga kini belum putus harga. Saya datang ke Pasar ini PLL untuk mengetahui harga kualitas KBKC dan C, kalau bagus akan saya jual sekarang” Wawancara Tanggal 30 Maret 2006. Hasil wawancara di atas, memberikan kenyataan bahwa dalam proses penentuan harga kayu manis antara pedagang besar dengan pedagang pengumpul pasar nagari, terlihat masih ada pedagang pengumpul pasar nagari yang berusaha mencoba untuk memutus mata rantai pemasaran kayu manis yang panjang untuk langsung menjualnya ke eksportir di Padang. Jurus ini hanya jitu dan menguntungkan pedagang pengumpul pasar nagari selama eksportir memerlukan volume besar untuk memenuhi quota. Pada saat quota terpenuhi, maka eksportir akan menolak untuk membeli kayu manis ke pedagang pengumpul pasar nagari yang mencoba keluar dari ikatan clique membernya. Terlihat perjuangan Amri untuk mendapatkan harga yang “bagus” hingga rela mengeluarkan biaya transportasi ojek sebesar Rp Rp.10.000 PP dari Nagari Sungai Jambu ke PLL, demi untuk mencari informasi harga kayu manis yang dimilikinya untuk dijual ke pedagang besar tingkat kabupaten atau ke tingkat eksportir. Pilihan itu selalu saja tersedia, tetapi pada umumnya banyak pedagang pengumpul pasar nagari yang telah mencoba dan mengalami kegagalan. Namun, apabila mereka memiliki modal yang cukup kuat, maka usaha ini akan memberikan keuntungan yang menjanjikan, karena pedagang pengumpul pasar nagari cukup menunggu siklus kapan quota ekspor dan permintaan domestik belum terpenuhi, maka waktu itulah pedagang pengumpul pasar nagari mampu menembus ke tingkat eksportir.

7.3. Jalur dan Mata Rantai Pemasaran Kayu manis ke Pasar Domestik dan Eksportir.

Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pola-pola pemasaran kayu manis petani kayu manis di wilayah penelitian, maka jalur dan mata rantai penjualan dan pemasaran kayu manis petani kayu manis dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu, yang didasarkan atas munculnya berbagai lembaga pemasaran kayu manis sejak dari dahulu sampai saat sekarang. Mata rantai pemasaran kayu manis di mulai dari pasar nagari sebagai pusat aktifitas ekonomi masyarakat nagari. Petani kayu manis sebagai produsen kayu 243 manis menjual kayu manisnya di pasar nagari dan berhadapan langsung dengan pedagang pengumpul pasar nagari, pedagang besar kabupaten sampai eksportir. Mata rantai antara petani yang memproduksi kayu manis sampai pedagang pengumpul pasar nagari relatif tetap jaringan kerjanya. Mata rantai pemasaran yang banyak mengalami perubahan adalah dari pedagang pengumpul pasar nagari sampai eksportir. Berdasarkan institusi perdagangan kayu manis yang ada, maka kayu manis yang dijual di pasar nagari disalurkan ke beberapa institusi perdagangan sampai ke eksportir, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 13 di bawah. Berdasarkan gambar 13 ini sebenarnya ada 5 kelembagaan ekonomi perdagangan kayu manis dari pasar nagari untuk sampai ke pasar dunia, yakni: 1. Pedagang pengumpul pasar nagari, 2. Pedagang besar kabupaten, 3. ADPKPRR, 4. CV SAS, 5. Pasar Lelang Lokal PLL. Dua yang pertama relatif bertahan dengan perjalanan waktu, tetapi tiga yang terakhir selalu berubah dan berganti seiring dengan perkembangan perdagangan kayu manis. Gambar 13 Kelembagaan Perdagangan Kayu manis dari Pasar Nagari Sampai ke Pasar Supra Lokal 244 Lingkaran dalam pada sistem dan mata rantai pemasaran kayu manis selalu bergerak secara dinamis dalam pergerakan waktu. Sejak kolonial Belanda di kabupaten Tanah Datar mendirikan gudang-gudang kayu manis di nagari Rao-Rao sebelah Timur nagari Salimpaung. Gudang-gudang ini merupakan tempat penampungan kayu manis rakyat yang dibeli oleh pemerintah kolonial Belanda di pasar-pasar nagari di sekitar kecamatan Sungai Tarab dan Salimpaung. Setelah kemerdekaan, pembelian kayu manis di pasar nagari dilakukan oleh pedagang pengumpul pasar nagari yang sampai saat penelitian dilakukan masih dominan menjadi pelaku ekonomi utama dalam pembelian kayu manis rakyat. Para pedagang pengumpul pasar nagari ini kemudian menjual kayu manis yang dibelinya ke pedagang besar kabupaten, baik melalui sistem pengiriman delivery order maupun melalui sistem penjemputan oleh pedagang besar kabupaten. Pedagang besar kabupaten menjual kayu manis yang sudah diprosesingnya ke eksportir baik di Padang, Medan, dan Pekan Baru. Barulah para eksportir mengekspornya ke nagara-negara tujuan seperti USA, Jerman, Singapura, dan Belanda. Namun sejak tahun 2003, dengan berdirinya CV SAS di nagari Salimpaung, maka mata rantai perdagangan dari pasar nagari langsung ke eksportir ke Batam dan Padang. Sehingga dengan semakin pendeknya mata rantai perdagangan kayu manis ini, telah memungkinkan volume perdagangan di sentra-sentra produksi di kabupaten Tanah Datar bertambah besar, tetapi harga yang diterima petani tetap relatif rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh pedagang besar kabupaten.

7.4. Peminggiran Petani dalam Sistem Perdagangan Kayu manis di Pasar Nagari