69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian ilmiah, guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik atau prosedur suatu penelitian yang
akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah ketepatan penggunaan
metode yang sesuai dengan objek dan tujuan yang hendak dicapai sehingga penelitian dapat terarah dengan baik dan sistematis. Dalam metode penelitian ini
akan dibahas mengenai 1 jenis penelitian, 2 variable penelitian, 3 populasi dan sampel, 4 teknik pengumpulan data, 5 validitas dan reliabilitas, 6 analisis
data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah survey. Survey deskriptif juga berarti penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat
fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu Azwar, 2004:7. Menurut Singarimbun 2008:3, penelitian survai adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis penelitian deskriptif
dalam penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan dari tujuan penelitian, yang ingin mendapatkan informasi yang akurat mengenai faktor determinan
kesenjangan antara program bimbingan dan konseling dengan pelaksanaannya di SMP Negeri se-kota Semarang.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah “ segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2011:63”. Menurut Arikunto 2002: 97 variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini tidak termasuk
variabel bebas ataupun terikat, karena penelitian ini memiliki variabel tunggal. Variabel yang dimaksud adalah ” Faktor determinan kesenjangan antara program
bimbingan konseling dengan pelaksanaannya ”.
3.3 Definisi Operasional
Setelah variable penelitian diidentifikasi, maka langkah selanjutnya yaitu menyusun definisi operasional variable. Tujuannya yaitu mempermudah peneliti
untuk menyusun instrumen sebagai alat pengumpul data. Menurut Suryabrata 2006:29 “definisi operasional variable adalah definisi yang didasarkan atas sifat-
sifat variable yang didefinisikan dan dapat diamati”. Merujuk dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud faktor determinan kesenjangan antara program
bimbingan konseling dengan pelaksanaannya adalah faktor yang paling dominan dari kesenjangan antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya
yang terdiri dari : faktor personal dan faktor non personal. Sebelum melihat ke faktor determinan tersebut perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana program
bimbingan konseling di sekolah dan bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. Berikut ini akan dijabarkan definisi operasional yang akan diteliti.
1 Konselor,
Konselor merupakan pemeran utama dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Seorang konselor dituntut memiliki kemampuan atau
kompetensi dan ketrampilan sesuai dengan profesinya sebagai konselor. Pada rambu
– rambu penyeleggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal Departemen Pendidikan Nasional, 2007:3 disebutkan bahwa, “konselor
adalah sarjana pendidikan S1 bidang bimbingan dan konseling dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi konselor PPK”. Konselor di sekolah
adalah seorang pendidik yang professional yang telah menempuh minimal pendidikan S1 Sarjana pendidikan khususnya pendidikan Bimbingan Konseling,
dan atau
yang memiliki
kualifikasi kepribadiannya,
pendidikannya, pengalamannya, dan kemampuannya di bidang bimbingan konseling.
2 Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kepala sekolah memegang tanggung jawab penuh terutama yang berhubungan dengan perencanaan program,
pengintergrasian program, pelayanan konseling, program administrasi sekolah,
melaksanakan pengawasan terhadap program bimbingan, pembagian waktu, biaya serta fasilitas yang diperlukan.
3 Guru Mata Pelajaran.
Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Guru mata pelajaran berfungsi sebagai perantara antara konselor dengan siswa yang membutuhkan
bantuan. Pelayaan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efektif jika ada kerja sama yang baik antara konselor dengan guru bidang studi.
4
Program Bimbingan dan Konseling
Kegiatan bimbingan konseling akan berjalan dengan baik apabila disetiap lembaga
tersedia program
yang terencana
dan terprogram
secara berkesinambungan. Program yang demikian memerlukan persiapan yang
sistematis dan terarah pada tujuan yang diharapkan dalam bimbingan dan konseling. Tahapan program dimulai dari penyusunan, pelaksanaan, sampai pada
evaluasi. Program tahunan merupakan program yang mencakup seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Satuan waktu terbesar dalam satu
setahun yang digunakan dalam pendidikan sekarang adalah semester. Dalam program tahunan seluruh kegiatan didistribusikan kedalam satuan waktu semester.
Oleh karena itu dalam program tahunan ditampilkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam semester ganjil dan semester genap. Dari program tahunan
tersebut dapat digeneralisasikan menjadi program semesteran, program bulanan, program mingguan, dan program harian.
5
Sarana dan Prasarana
Bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efektif apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung, antara lain :
6. Ruang BK
g. Papan Pengumuman BK
h. Papan Mading BK
i. Kartu Pribadi Siswa
j. Ruang Konseling
k. Rak Buku
l. Lemari
7. ATK dan Kebersihan
8. Media Pembelajaran
9. Program Penyuluhan
10. Program Insidental sesuai kebutuhan inisiatif siswa.
3.4 Populasi dan Sampel