Program Bimbingan Konseling di SMP N Se-Kota Semarang

bimbingan konseling dengan pelaksanaannya memiliki kategori tinggi dengan hasil prosentase sebesar 80. Hasil prosentase sarana dan prasarana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan program bimbingan konseling dalam faktor non personal yang menjadi pengaruh sebagai faktor determinan kesenjangan antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya. Ini mengindikasikan bahwa dalam program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling konselor masih belum memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada atau konselor masih kesulitan dalam mendapatankan sarana dan prasana yang dibutuhkan guna menunjang proses pemberian layanan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitan, maka peneliti akan membahas secara mendalam tentang faktor determinan kesenjangan antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya di SMP N Se-Kota Semarang yang dikaitkan dengan landasan teori.

4.2.1 Program Bimbingan Konseling di SMP N Se-Kota Semarang

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah terlaksana melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu program bimbingan. Program yang demikian memerlukan persiapan yang sistematis dan terarah pada tujuan yang diharapkan dalam bimbingan dan konseling. Oleh karena itu sebelum program bimbingan dan konseling disusun maka perlu diketahui terlebih dahulu apa yang akan disusun, mengapa, dan untuk apa program disusun. Hal ini perlu dilaksanakan untuk menghindari dan menghilangkan kesan bahwa program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah tetap saja dari tahun ke tahun, tanpa perubahan dan tujuan yang jelas. Kriteria program bimbingan konseling berisi segala kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu, mulai dari siapa yang dilibatkan, fasilitas yang dibutuhkan, dimana tempat pelaksanaannya, kapan waktu pelaksanannya, dimana semua itu harus disusun dengan baik sehingga dapat memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapat layanan, maupun bagi konselor yang menyelenggarakannya, serta mengurangi hambatan dalam pelaksanaannya. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan konselor dan data program BK yang disusun oleh konselor, diperoleh hasil analisis deskriptif persentase bahwa program bimbingan konseling yang dibuat oleh konselor-konselor di SMP N Se- Kota Semarang secara keseluruhan sangat baik. Semua kegiatan pelayanan bimbingan konseling yang dibutuhkan oleh peserta didik tertuang dalam program yang dibuat untuk dipenuhi selama kurun waktu tertentu satu tahun. Program bimbingan konseling yang dibuat konselor berisi visi misi bimbingan konseling di masing-masing sekolah, kalender akademik sebagai acuan dalam perencanaan alokasi waktu pemberian layanan, instrumen yang digunakan untuk menggali kebutuhan peserta didik, dan hasil analisis instrumen yang kemudian disusun dalam bentuk kebutuhan peserta didik, silabus bimbingan dan konseling, dan program tahunan, program semesteran, program bulanan, program mingguan, terakhir berisi program harian. Secara keseluruhan konselor di SMP N Se-Kota Semarang mencantumkan segala kelengkapan administratif dalam program, program yang dibuat semuanya disusun secara sempurna, dengan layanan-layanan yang memenuhi kebutuhan peserta didik, dan dialokasikan dengan tepat secara efektif dan efisien dari waktu pelaksanaan selama kurun waktu tertentu. Program yang dibuat konselor untuk pemenuhan kebutuhan peserta didik dibuat berdasarkan dengan hasil dari analisis kebutuhan peserta didik need assessment dengan menggunakan aplikasi instrumen. Need assessment dilakukan dengan mengaplikasikan instrumen bimbingan konseling. Konselor di SMP N Se- Kota Semarang menggunakan instrumen yang beragam, dari mulai DCM Daftar Cek Masalah, ITP-ATP, IKMS, dan juga ada yang menggunakan angket yang dibuat sendiri oleh konselor dengan pernyataan yang lebih disesuaikan dengan keadaan peserta didik.

4.2.2 Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling di SMP N Se-Kota Semarang

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSULTASI DALAM BIMBINGAN KONSELING DI SMK NEGERI SE KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015

1 39 114

PEMAHAMAN GURU BK TENTANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) FORMAT KLASIKAL DI SMP SE KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 20152016

13 82 168

PERBEDAAN PEMAHAMAN GURU BK TENTANG KONSELING KELOMPOK ANTARA ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DAN ALUMNI NON UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DI SMP NEGERI SE KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2013 2014

0 3 164

TINGKAT KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKATAN TAHUN 2011, 2012 DAN 2013

2 27 149

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI SE KOTA CILACAP TAHUN PELAJARAN 2012 2013

2 44 169

PENERAPAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING PASCA SERTIFIKASI (STUDI DESKRIPTIF PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMP NEGERI SE KABUPATEN REMBANG TAHUN AJARAN 2012 2013)

10 91 138

FAKTOR DETERMINAN KETIDAKTERLAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMK Se KOTA PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2012 2013

0 5 128

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG: Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 3 50

TINGKAT PEMAHAMAN GURU BK TENTANG PERAN DAN FUNGSI MUSYAWARAH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (MGBK) DI SMP NEGERI SE-KOTA SEMARANG -

0 0 83

PERAN MUSWARAH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (MGBK) DAN KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELOR DI SMP NEGERI SE-KOTA SEMARANG TAHUN 2015 -

0 3 66