2.6.1.1.1 Latar belakang Pendidikan Konselor
Menurut Winkel 2007 sejak tahun 1992 pendidikan akademik bagi konselor sekolah pada IKIP Negeri adalah program studi Bimbingan dan
Konseling, sebagaimana termuat dalam Kurikulum Pendidikan Tenaga pendidik Sekolah Menengah Program S1, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Dep P.
Dan K, Jakarta, 1992. Kurikulum pendidikan konselor sekolah di Indonesia bertujuan mencetak tenaga yang memiliki seperangkat kemampuan dasar yang
mutlak dibutuhkan di lapangan. Konselor sekolah dengan menempuh pendidikan perguruan tinggi jurusan
Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat menguasai teknik konseling dan mampu membina komunikasi antarpribadi sebagai bekal sebagai seorang
konselor. Jadi konselor sekolah tidak bisa diperoleh dari asal jurusan yang kemudian akan melaksanakan tugas ganda, hal ini dapat menyebabkan kesalahan
dalam kinerja konselor di sekolah. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses
pendidikan formal jenjang strata satu S-1 bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan S.Pd
bidang Bimbingan dan Konseling.
2.6.1.1.2 Kompetensi Konselor
Pelaksanaan tugas konselor berada dalam tujuan untuk membantu konseli dalam mengembangkan potensi siswa dalam menyelesaikan masalah yang ia
hadapi, sehingga ia mampu hidup secara mandiri dan melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik. Mulyasa 2003:37 berpendapat kompetensi
adalah “ perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Apabila seorang konselor
tidak berkompeten, maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai konselor tidak dapat berjalan dengan profesional. Sebagai satu keutuhan, kompetensi konselor
merujuk pada penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu dan unjuk kerja profesional yang akuntabel
ABKIN, 2005:96. Kaitannya dengan pelaksanaan tugas konselor, konselor memiliki kinerja
yang harus bisa dipertanggungjawabkan dalam melayani siswa. Kinerja yang dimiliki konselor seyogyanya mengacu pada kompetensi
– kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2008, adalah sebagai berikut : 1
Kompetensi Pedagogik a.
Menguasai teori dan praksis pendidikan b.
Mengaplikasikan perkembangan fisiologis serta perilaku konseli
c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling
2 Kompetensi Kepribadian
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai – nilai
kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih. c.
Mewujudkan integritas dan stabilitas kepribadian yanng kuat
d. Menampilkan kinerja yang berkualitas
3 Kompetensi Sosial
a. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi
bimbingan dan konseling c.
Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi 4
Kompetensi Profesional
a. Menguasai konsep dan praksis assesmen untuk
memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli b.
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
c. Merancang program bimbingan dan konseling yang
komprehensif d.
Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
e. Memiliki kesadaran komitmen terhadap etika profesional
f. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam
bimbingan dan konseling. Konselor sekolah dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, harus
memiliki empat kompetensi diatas dan mengaplikasikannya dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konselingnya. Kompetensi konselor sebagai tolak ukur
bagaimana ia bekerja dan membantu konseli dalam mengatasi permasalahannya.
2.6.1.1.3 Kinerja Konselor